Menyajikan Data Mengungkap Fakta Menjadi Sejarah

Sejarah

3/sejarah/post-list

Sekilas Sejarah Ekspansi Kesultanan Ternate di Maluku Tenggah

 

Gambar : historia.id

Di kawasan Timur Nusantara, Ternate adalah kerajaan Islam terbesar dan terluas wilayah kekuasaanya yang berpusat di Maluku (sekarang Provinsi Maluku Utara). Sebelum hadirnya pengaruh Islam, Ternate merupakan sebuah kerajaan bernama Gapi. Dalam beberapa sumber menyebutkan bahwa kerajaan ini didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada 1257 M. Kesultanan ini memperluas wilayah kekusaanya dari kawasan Sulawesi, Maluku Tenggah hingga ke Papua setelah hadirnya pengaruh Islam yang turut merubah status pemerintahan dari kerajaan menjadi Kesultanan.

Peletak dasar politik ekspansionis Kerajaan Ternate ini adalah Kolano Ngara Malamo (1304 -1317). Pada masa pemerintahannya, beberapa desa di Jailolo mulai dianeksasinya. Pada masa perkembangan ekspansi Ternate, patut disebutkan bahwa keluarga Fala Raha-yang terdiri kalano Tamaito, Tomagola, Limatahu, dan Marsaoli adalah pelaksana-pelaksana ekspansi Ternate.

Sebagaiman diuraikan M. Adnan Amal (2017) dalam "Kepulauan Rempah-Rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250 - 1950," bahwa pada akhir abad ke-15 klan Tomaito mengirimkan ekspedisi ke Kepulauan Sula dan membawa kawasan ini menjadi daerah sebrang laut Tarnate yang pertama. Untuk jasa-jasanaya, Raja Tarnate mengangkat klan Tomaito sebagai salahakan (Gubernur) kepulaun Sula dan Sulabesi.

Pada akhir abad ke-16 Keluarga Tomagola memperluas wilayah seberang laut ternate dan Buru. Kalan Tumagola dibawa pimpinan Kikuba, mulai menduduki Seram dan sekitarnya, kemudian melangkah Kepulauan Ambon, sebelum akhir tahun 1600. Kubiba sendiri ketika itu belum beragama, tetapi akhirnya ia memeluk Islam dan nenikah dengan Baifta Broly, Putri seorang Ternate bernama Sehe Jumali yang bermukim di Makian.

Dari perkawinan ini lahirlah tiga orang anak: Dudu, Samasuru, dan Molicanga. Dudu melanjutkan kepemimpinan Kalan Tomagola setelah wafat Kubiba. Setelah Dudu meninggal, keluarga Tumagola berada di bawah dua sub klan masing-masing dipimpin Samasuru dan Molicanga. Dari Kedua pimpinan sub-klan Tumagola itu, Samasuru yang paling menonjol. Hal ini menyebabkannya diutus Sultan Khairun sebagai salahkan di Ambon.

Samasuru mempunyai dua orang putra; Robohongi dan Saptioron. Dari kedua putra Samaran itu, Robohongi merupakan orang kepercayaan dan pembantu utama Babullah. Setelah Babullah dinobatkan sebagai Sultan Ternate, ia mengirim Rubohongi, Ternate berhasil memantapkan posisinya atas Seram, Buru, dan sekitarnya. Rubohongi juga berlayar Ke Tomini dan mempersembahkan Teluk Tomini di Sulawesi Tenggah kepada Kesultanan Tarnare.

Robohongi mempunyai lima anak; Jumali, Angsara, Kasigu, Dayan, dan Basaib. Jumali, putra pertama Rubohongi, memiliki seorang putera benama Sadin, yang menurungkan Majira. Pada masa pemerintahan Sultan Hamza (memerintah 1627–1648), Majira menjadi salahakan, dan melakukan pemberontakan melawan VOC. Keturunan Rubohongi lainnya menjadi Salahakan adalah Luhu dan Leilato, masing-masing adalah putera Dyan dan Basaib. Pada masa kekuasaan merekalah Portugis mulai datang ke Ambon (1515), tetapi di bawah para salahakan, klan Tomagola ini pula, Tarnate mendominasi Kepulauan Amboina, termasuk pulau Buru, Ambalau, Manipa, Kelang, Buano, Seram, Seram Laut, Nusalaut Honimda (Saparua), Oma (Haruku), dan Ambon sendiri.

Ekspansi dan Perdagangan Rempah

Sejak abad ke-16. Sebagian dari Maluku Tengah dikuasai Tarnate. Dan dalam abad ke-17 wilayah Kekuasaan ini meliputi Jazirah Hoamual di Pulau Seram, Pulau Buru, Manipa, Kelang, Buano dan Ambalau. Untuk mempermudah kontrol atas wilayah tersebut, Sultan Tarnate mengangkat seorang Gimelaha (wakil sultan) yang selalu berasal dari keluarga Tumagola. Keluarga Tomagola, suatu keluarga bangsawan yang penting dalam kraton Tarnate kala itu.

Kemudian terdapat sangaji-sangaji di kota-kota pelabuhan yang penting dan pati atau kipati di negeri-negeri. Di pulau-pulau lainya di Maluku Tengah terdapat kekuasaan VOC yang diwarisi dari Portugis 1605. Dalam bagian pertama dari abad ke-17 wilayah jazirah Leihitu di Pulau Ambon menduduki tempat tersendiri yang cenderung menempatkan diri antara Ternate dengan VOC. Selain itu bagian utara dari pulau-pulau saparua, Haruku dan Nusalaut yang secra nominal di kuasai oleh VOC, tetapi karena penduduknya waktu itu masih beragama Islam, mereka cendrung memihak pada Gimelaha.

Dalam jaringan inilah VOC menjalangkan politik perdagangannya untuk pertama menguasai produksi cengkeh yang pada awal abad ke-17 hanya terdapat di wilayah Gimelaha. Setelah cengkeh yang disuruh tanam oleh VOC di kepulaun Ambon-Lease cukup memenuhi kebutuhan VOC, maka VOC berusaha untuk menghancurkan daerah produksi di wilayah Gimelaha.

Politik perdagangan cengkeh dari VOC ini dapat dikatakan mulai sejak tahun 1607. Ketika VOC mendapat hak monopolinya dari Sultan Tarnate sebagai imbalan dari keresidenan VOC untuk membantu melawan Poortugis/Spanyol di Manila, yang telah membunuh Sultan Ternate Baabullah (1528-1583). Hak monopoli itu berupa hak tinggal untuk membeli cengkeh di seluruh wilayah Ternate dan hak tinggal untuk mengangkutnya keluar wilayah tersebut.

Dalam tahun 1600 tibalah Jacob van Neck di Hitu, dan menemui orang-orang Belanda yang tinggal di benteng tersebut. Sementara itu pihak Ambon (Kaum Kristen di Leitimur) dan Portugis telah mencoba menyerang Asilulu di bagian utara Pulau Ambon, tetapi karena Hitu dibantu Belanda, percobaan ini gagal. Van Neck kemudian berhasil mengadakan kontrak dengan pihak Hitu, yang membebaskan Belanda dari pembayaran pajak dan uang pelabuhan (djangkar).

Kedatangan armada Furtado telah membawa harapan kepada missi kaum Kristen, dan selama waktu itu pekerjaan penginjilan hidup lagi dan 3000 jiwa yang telah menjadi Islam kembali ke gereja. Akan tetapi kegagalan usaha untuk menaklukan Ternare membawa suasana sedih, dan benar apa yang diucapkan Luiz Fernandes, bahwa “sejak Hairun dibunuh secara keji, sejak sumpah yang diberikan capitao benteng dilangar, sejak itulah semua bencana di Maluku sudah menimpa dan kiranya hukuman Tuhan atas kejahatan itu belum dijalangakan. Sultan Hairun adalah Sultan Ternate ke-23, bertakhta selama 1534-1570. Ia merupakan ayah dari Sultan Baabullah. Setelah kematian ayahnya, Hairun melakukan perlawanan atas orang Portugis dan menggusir orang-orang Portugis di wilayah kuasa Kesultanan Ternate, nanum pada akhirnya ia pun menyusun ayahnya, di eksekusi atas tipu muslihat Portugis.

Terpisah, bahwa setelah De Houtman digantikan oleh Adriaen Maertenszoon Block gubernur VOC di Ambon sebagai gubernur VOC (1615-1618) di Ambon. Dialah yang memulai dengan serangkaian kekerasan untuk tujuan tersebut. Untuk itu ia menganggap perlu pergi ke Gamsugi dengan suatu rombongan pengikut yang besar untuk memperingatkan Gimalaha dan para orangkaya akan ketentuan-ketentuan monopoli yang terdapat dalam kontrak-kontrak yang mereka buat.

Kemudian dalam tahun 1615, juga ia menyerbu dan membakar habis kota pelabuhan Kambelo di pantai barat zajirah Hoamual (kini wilayah Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku) karena mengadakan perdagangan dengan orang-orang Inggris. Oleh Belanda sendiri menggap aktitas dagang itu ilegal atau perdagangan gelap. Di tempat itu ia mendirikan sebuah benteng untuk memudahkan kontrol atas perdagangan rempah di kawasan itu. *** (K.R)

Sumber Data:

Amal, Adnan M. 2007 Kepulauan Rempah-Rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250 - 1950. Jakarta: Gramedia.

R.Z. Leirissa. 1971. Tindakan Atas Politik Perdagangan VOC di Maluku dalam Bagian Perama dari Abad Ketujubelas: C.P.R. Luhulima (ED), 1971: 85. Bunga Rampai Sejarah Maluku. Lembaga Research Kebudayaan Nasional, Terbitan Tak Berkala.

Rumphius, G.E. Ambonsche Landbeschrijiring, 1679, Z.J. Manusama (ed.), Jakarta: Arsip Naional Republik Indonesia, 1983.

 

 

 

Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Unordered List

3/sosial/post-list

Latest blog posts

3-latest-65px

BTemplates.com

3/sosial/col-right
Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Statistik Pengunjung

Ekonomi

3/ekonomi/col-left

Publikasi

3/publikasi/feat-list

Error 404

Sorry! The content you were looking for does not exist or changed its url.

Please check if the url is written correctly or try using our search form.

Recent Posts

header ads
Ag-Historis

Text Widget

Sample Text

Pengikut

Slider

4-latest-1110px-slider

Mobile Logo Settings

Mobile Logo Settings
image

Comments

4-comments

Budaya

budaya/feat-big

Subscribe Us

Recent Posts

sejarah/hot-posts

Pages

Popular Posts