Gubernur Maluku sedang mengikuti kegiatan Seminar Nasional Vestival Hatta-Sjahrir di ruang kerjanya melalui meting zoom (Sumber Foto : RRI Ambon ) |
Kegiatan Vestival Hatta-Sjahrir Tahun 2021 yang dirangkai dengan Seminar Nasional Banda Naira: Romantisme Masa Lalu Kejayaan Masa Depan,” berlangsung pada Kamis (12/08) Pagi hingga Siang, sangatlah menarik. Memang sungguh menarik perhatian publik, pasalnya mendialogkan tokoh pergerakan Nasional Muhammad Hatta dan Sutan Sjahrir oleh mereka yang kini juga menjadi tokoh lokal dan tokoh nasional.
Sebut saja Menteri Parawisata dan Erkaf/Bidang Parawista Ekonomi Kreatif Dr. Sandiaga Salahudin Uno, anak mendiang Bung Hatta Prof. Mutiah Hatta, anak mendiang Bung Sjahrir Siti Rabiah Parvavti Sjahrir, Sejarawan Ridwan Saidi, Antropolog Prof. Mushuliselan, Gubernur DKI Jakarta Prof Anis Baswedan, Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah, Gubernur Maluku Irjen Pol (Porn) Drs. Murad Ismail, Bupati Kabupaten Maluku Tenggah yang di wakili Wakil Bupati Marlatu L. Leleury, SE., dan tokoh Banda Naira sekaligus Ketua STP & STKIP Hatta Sjahrir Dr. Muhammad Farid, M.Sos. Dialog ini dipandu akademisi Unpatti Ambon Dr. Jusuf Madubun, M.Si, serta sejumlah Forkopimda Maluku para dosen dan mahasiswa turut hadir sebagai peserta dalam tatap maya itu.
Dialog ini memang sangat bergensi tinggi. Pasalnya merupakan rangkaian agenda lokal bertaraf nasional, menjelang Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-76 yang jatuh pada tanggal 17 Agustus pekan depan. Buntung agenda bertaraf nasional kali ini berada pada masa pandemi Covid-19, sehingga banyak acara yang dipusatkan di Banda Naira, batal dilaksanakan. Termasuk diantaranya acara ekspedisi Jalur Rempah dengan titik nolnya di negeri rempah ini.
Pikiran
yang muncul dibenak mereka pemangku kepentingan, momentum ini adalah kesempatan
emas bagi pengembangan parawisata lokal dan prmosi ekonomi kreatif masyarakat
melalui Usaha Mikro Kecil dan Meneggah (UMKM) di Banda Naira. Akan tetapi, masyarakat akar rumput lebih banyak
yang pesimis. Bahkan
ada yang bilang setiap momentum lokal bertaraf nasional masyarakat hanya mendapat
ampas dari impas atas hajatan yang menelan biaya besar itu. Asumsi pesimis itu hadir
disandarkan pada pengalaman terdahulu. Banyak agenda nasional yang
dipusatkan di Banda Naira, akan tetapi hanyalah momentum sesaat dan setelah itu
maka selesai sudah. Sebut saja Sail Banda. Dampak kesejateraan belum terasa untuk masyarakat Banda dari agenda yang menelan kepeng banyak itu, misalnya yang paling urgen adalah soal akses jalan lingkar pulau Banda Besar yang telah rusak dan belum ada perhatian pemerintah hingga saat ini.
Kembali lagi ke topik. Cukup menarik perhatian dalam diskusi itu adalah paparan dari Prof. Muttiah Hatta mewakili keluarga tokoh Proklamator Bangsa Indonesia Muhammad Hatta. Anak mendiang Bung Sjahrir Siti Rabiah Parvavti Sjahrir sebagai pembicara. Tak lupa pula Gubernur Sumatera Barat mendapat porsi untuk menyampaikan gagasan dari dua bung pendiri bangsa karena mereka saudara sedaerah. Juga hadir Gubernur DKI Jakarta Anis Rasid Baswedan, ternayata diam-diam menjadi pengagum kedua tokoh pemikir bangsa yang pernah dibuang Belanda itu. Bahkan hingga kini orang nomor satu di DKI Jakarta tersebut, masih menyimpan koleksi buku tentang Hatta dan Sjahrir yang dikaguminya sejak masa kecil. Ia suka membaca pikiran sang ekonom Bung Hatta dan seorang sosialis Bung Sjahrir. Bahkan untuk membuktikan kekaguman itu, Anis menujukan beberapa buku koleksinya tentang Hatta dan Sjahrir kepada seluruh peserta seminar di ruang tatap maya. Sungguh luar bisa.
Tentu tak mungkin ditinggalkan gubernur Maluku selaku tuan rumah penyelengara kegiatan vestival tahun ini. Drs. Jendral (Purn) Murad Ismail dalam gagasannya sangat menekankan pentingnya pengembangan parawisata dan ekonomi kreatif masyarakat melalui UMKM di Banda Naira. Pasalnya daerah Maluku khususnya Banda Niara merupakan kawasan parawisata yang sangat potensial di Indonesia bagian Timur.
Gagasan itu tak tanggung-tangung disampaikan di ruang tatap maya, bahkan sempat menyelip pembicaraan Gubernur Anis Baswedan ketika gilirannya menyampaikan gagasanya tentang sosok tokoh Hata-Sjahrir. Saking semangatnya gubernur Jenderal Maluku ini, hanya untuk mengingatkan kembali pentingnya potensi parawisata lokal menjadi parawisata nasional kepada tokoh Nasional di Jakarta. Paling tidak mendapatkan perhatian dan sinergi di antara tokoh lokal dan nasional dalam membangun Maluku khusunya Banda Naira, sebagai kawasan destinasi wisata.
Itulah sebabnya, selaku anak dari Sang Proklamator Bangsa Indonesia Mutia Hatta, mewakili keluarga Bung Hatta dan Bung Sjahrir dalam penutup materinya berharap, melalui seminar dan vestival yang mengangkat Parawisata Kelauatan sebagai bagian dari parawisata Nasional ini dapat dikembangkan dalam kerja sama antar kepala daerah di Indonesia, dengan mengerakan semangat pemuda Indonesia, yang kelak pada tahun 2045 akan menjadi para pemimpin dan pelaku pembangunan nasional dan daerah. Tampa menanamkan perasaan cinta dan bangga kepada tanah air, a.l “melalui strategi pembangunan parwisata nasional dan pendidikan nasional yang tepat untuk membangun krakter bangsa yang tangguh, mereka tak akan bisa optimal dalam membangun bangsa dan tanah air Indonesia di masa depan.” Demikian Anak Bung Hatta itu menutup makalahnya.
Pada prinsipnya pemimpin nasional dan daerah harus mengerakan semangat pemuda yang pada tahun-tahun mendatang yang akan menjadi pemimpin bangsa dan pelaku pembangunan nasional dan daerah, dengan perasaan cinta dan bangga kepada tanah air. Termasuk mengerakan kepentingan pengembangan parawisata dinegeri pengasingan Bung Hatta dan Sjahrir di Banda Naira. Tampa mengabaikan tinggalan-tinggalan sejarah yang juga menarik wisatawan untuk menikmati wisata sejarah. Banda Naira memiliki banyak potensi parawisata yang belum dikelolah secara optimal baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Negeri Andan Sari itu terabaikan dan diwacanakan hanya sesaat, saat agenda nasional itu ada apanya? ** (K.R).
0 Komentar