Menyajikan Data Mengungkap Fakta Menjadi Sejarah

Sejarah

3/sejarah/post-list
Tampilkan postingan dengan label Banda. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Banda. Tampilkan semua postingan

Mahasiswa Pendidikan Sejarah STKIP Hatta-Sjahrir Banda Naira Kunjungi Museum Siwalima dan Studi Tour di Ambon


Mahasiswa Pendidikan Sejarah STKIP Hatta-Sjahrir Sedang Berfoto di Depan Museum Siwalima Koleksi Kelautan, Jumat, 27/05/2022, Pagi.   

Museum merupakan objek studi lapangan berbasis sumber benda yang cukup efektif untuk merangsang motivasi belajar dan kreatifitas mahasiswa pendidikan sejarah. Di kantor penyimpan koleksi benda purbakala unik itu, mahasiswa dapat mengamati berbagai jenis benda tinggalan sejarah lokal, budaya nusantara, budaya bahari, jejak Islam, kolonialisme bangsa Eropa dan lainnya.

Mengujungi museum dan studi wisata ke tempat-tempat bersejarah dapat melepas kejenuhan selama belajar di dalam kelas. Merefresikan pikiran menjadi damai, menghilangkan stres akibat menumpuknya tugas kuliah. Menemukan pengetahuan. Menguatkan literasi mahasiswa ketika diperhadapkan pada sumber benda, selain sumber lisan dan tulisan.

Mahasiswa yang melaksanakan praktek pembelajaran di lapangan dapat melakukan pengamatan secara langsung, baik berupa tempat, nama, bentuk, maupun narasi tentang objek wisata sejarah. Pada titik inilah sejarah tidak untuk dihafal, tetapi diamati diteliti dan ditulis kembali sebagai sebuah karya sejarah yang bernilai guna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan informasi parawisata sejarah sekarang dan ke depan. Model pembelajaran semacam ini dapat memperkaya produksi ingatan mahasiswa terhadap peristiwa masa lalu. Menghasilkan pengalaman baru. Memperluas cara pandang mereka terkait objek dan fakta yang sedang dipelajari.

Dalam melakukan observasi, dosen pengampu menjadi fasiliator mengemas model pembelajaran dengan baik, agar terkesan hidup dan menyenangkan. Mengefektifkan peran mahasiswa dalam menjejaki tempat-tempat bersejarah adalah yang terpenting. Mahasiswa dituntut untuk lebih aktif dan kreatif memanfaatkan benda-benda bersejarah itu. Media kamera Hp digunakan tidak sekedar hanya untuk  berfoto selfi, mengabadikan gambar dan mengapdate status di sosial media. Akan tetapi, mahasiswa pembelajar sejarah dapat berdokumentasi dengan baik, agar karyanya bisa beguna untuk menciptakan konten kreatif berupa video pembelajaran tentang studi wisata sejarah itu. 

"Studi lapangan itu menyenangkan, kami bisa mengamati langsung objek sejarah di Ambon. Di meseum Siwalima, banyak koleksi benda bersejarah di sana yang dapat menambah pengetahuan kami. Termasuk tata kelola museum yang baik, yang bisa diterapkan di museum alam di Banda Naira. "

Demikian kata salah satu Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP Hatta-Sjahrir Banda Naira, Maluku Tengah, yang turut serta dalam kegiatan Studi Tour dan praktek lapangan ke Museum Siwalima dan kunjungan ke tempat-tempat bersejarah di Pulau Ambon. Kegiatan yang belangsung pada 25-28 Mei 2022 itu berjalan lancar dan sukses. Studi tour dan praktek lapangan ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi kegiatan pembelajaran sejarah pada matakuliah "Sejarah Indonesia Abad XVI-XIX." 

Dalam kegiatan studi tour mahasiswa pendidikan sejarah semester 2 itu didampingi oleh dosen pengampu matakuliah Rahma Temarwut, S.Pd., M.Pd, dan seorang tour gude dari sarjana pendidikan sejarah. Selain melaksanakan obsevasi benda bersejarah dan bedokumentasi, para mahasiswa juga di bekali pengetahuan tentang meseum dari pegawai kantor penyimpang benda purbakala itu.

Di depan gerbang Benteng Victoria Ambon

Benteng Victoria, Patung Pattimura Park,  Mesjid Wapaue, Benteng Amesterdam di Hila-Kaitetu dan Kapaha, Perkuburan Perang Dunia II menjadi tempat kunjungan para mahasiswa itu. Di depan gerbang Benteng Victoria para mahasiswa menyempatkan diri bersua foto dengan para prajurit Tentara Kodam XVI Pattimura yang bermarkas di benteng tinggalan kolonialisme Eropa tersebut.

Studi Tour ini bertujuan agar para mahasiswa bisa berkreasi menghadirkan imajinasi masa lalu dalam nasari historiografi ketika diperhadapkan pada bukti benda tinggalan sejarah. Terutama sejarah kolonialisme Belanda dalam kaitanya dengan perdagangan rempah dan penjajahan di Maluku. Ketika posisi Ambon sebagai kota niaga dan pusat pemerintah VOC sebelum di pindahkan ke Batavia abad ke 16-19. Para mahasiswa juga mendapatkan transfer pengetahuan sejarah dan budaya langsung dari pegawai museum Siwalima tentang koleksi benda purbakala di museum itu.

Mahasiswa yang mengikuti studi tour wajib harus menyusun laporan dalam bentuk narasi historiografi sebagai pertangungjawaban pelaksanaan praktek lapangan, sekaligus menambah nilai tugas mahasiswa pada matakuliah dimaksud.** (K. R).

Share:

Benteng Kolonial Masa Depan Parawisata Sejarah

 

Seorang anak sedang berfose di depan Benteng Concordia di Negeri Waer, Banda Besar, Maluku Tengah

Benteng Concordia di Negeri Waer, Banda besar. Benteng tinggalan VOC Belanda yg di bangun abad ke-17. Dibangunya benteng ini, sebagai upaya kolonial Belanda untuk memudahkan kontrol produksi rempah pala dan fuli (bunga pala) di sisi timur kepulauan Banda. Setelah di bangunya benteng Holandia di sisi barat, Lontor juga dua benteng utama di pulau Naira, yakni Benteng Nassau dan Benteng Belgica.

Upaya pembangunan benteng pada dua sisi Timur dan Barat itu telah menguatkan eksistensi kolonial Belanda di "Titik Nol Jalur" Rempah Nusantara. Terutama Pasca penaklukan Banda Naira dan pembantaian orang Banda di bawah gubernur Jenderal VOC Ceon tahun 1621.

Belanda kemudian membangun benteng-benteng pertahanan di sejumlah sisi kepulauan Banda demi ambisi penguasaan dan kontrol terhadap lalulintas perdagangan pala dan fuli.

Ulasan ringkas itu tentang masa lalu. Apa manfaatnya untuk masa kini? Tentunya banyak manfaatnya dari situs benteng itu. Selain untuk pembelajaran sejarah, pengembangan ilmu pengetahuan, juga menjadi obyek wisata sejarah, baik orang datang berkunjung sekedar bersua foto, maupun untuk kepentingan komersial, seperti pengambilan video yotube yang mendatangkan banyak duit bagi konten kreator dalam industri kreatif, juga vestival yang mengejar proyek tahunan.

 Masa depan, situs tersebut perlu dirawat dengan baik sebagai cagar budaya yang mendorong industri parawisata di Banda Naira tetap bertarap internasional. Karena orang Belanda dan bangsa Eropa lainnya akan datang ke Banda meski hanya untuk sekedar neyaksikan langsung kejayaan nenek moyang mereka dahulu. Tentu akan menghasilkan keuntungan dinamis bagi negara, daerah umumnya dan mayarakat Banda khususnya. Karena kehadiran mereka dalam kapasitas sebagai wisatawan regional, bukan lagi sebagai bangsa kolonial seperti yang pernah terjadi pada ratusan tahun lalu.

 Semakin lama mereka menetap, maka semakin banyak uang yg mengalir di daerah dan bagi masyarakat setempat. Pendapatan disektor prawisata meninggkat. Pemilik home stay, hotel, dan penginapan mendapatkan penghasilan, juga para pengrajin usaha kuliner merasakan manfaatnya. Tidak hanya wisatawan regional, tetapi juga wisatawan domestik dan lokal akan berkunjung untuk mencari kedamaian hidup dan ketenagan batin dengan alam Banda, baik yang datang liburan atau yang sedang studi (tour) sejarah.

 Karena itu, pemerintah perlu memberikan perhatian penuh dari berbagai situs tersebut demi peningkatan industri parawisata berbasis cagar Budaya dan benda tinggalan sejarah, sehingga tidak hanya sekedar serimonial "makan patita" dalam setiap poroyek vistival sejarah dan budaya, tetapi juga memberikan perhatian dalam bentuk revitalisasi kawasan benteng yang sudah terlihat kumuh, kotor dan tidak lagi menarik minat wisatawan untuk mengujunginya. Karena benteng sejarah itu bukan hanya masa lalu, tetapi juga menetukan masa depan.

.* (K.R)

 

Share:

Bung Kecil di Pengasingan Banda Naira

Seorang anak sedang duduk di tangga rumah pengasingan Sutan Sjahrir di Banda Naira

Bung Kecil, begitulah Sutan Sjahrir disebut. Karena tubuhnya yang kecil nan lincah di antara tokoh pergerakan Nasional lain pada masanya. Bung kecil, memiliki peran besar dalam sejarah bangsa dan lahirnya Indonesia. Ia pemuda pertama yang mendengar kekalahan Jepang atas Sekutu pada Perang Dunia II dari sumber berita radio yang dimilikinya. Kemudian mendesak Soekarno untuk segara memproklamirkan kemerdekaan. Meski Ia sendiri memilih absen saat detik proklamasi dibacakan Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur Jakarta tanggal 17 Agustus 1945.

Pasca Indonesia merdeka, Sjahrir menjadi Perdana Menteri Indonesia. Ia dikenal sebagai diplomat ulung ahli strategi andalan bangsa. Strategi diplomasi "take and give" menjadi andalanya. Diplomat Belanda pada setiap kali bersidang di forum PBB sering kewalahan menghadapi argumentasi cerdasanya. Ibarat "kecil tapi pedis." Ia menjadi pelopor dasar politik luar negeri bebas aktif. Baginya, diplomasi adalah jalan terjal mempertankan kemerdekaan Indonesia atas kembalinya Penjajah Belanda yang memboceng tentara Sekutu pasca Proklamasi.

Di rumah inilah (baca: foto) dahulu Ia tinggal sebagai orang buangan Belanda. Setelah berpisah rumah dengan Mohammad Hatta. Selama kurang lebih enam tahun lamanya, 1936-1942, Bung Hatta dan Bung Sjahrir hudup bersama orang Banda. Di Negeri Rampah pala ini, ada juga ada aktivis pergerakan lain, yakni Cipto Mangunkusumo dan Iwa Kusumasumantri sesama orang buangan Belanda.

Sjahrir memilih berpisah rumah dari kawan sejatinya, Muhammad Hatta yang sebelumnya tinggal bersama di sebuah rumah kontrakan milik parkenir, agar lebih leluasa memperiapakan diri saat menyambut pujaan hatinya, Maria yang akan datang menemuinya dari Negeri Belanda. Namun kerinduan terhadap istrinya itu, hanyalah mimpi yang tak terwujud hingga kepulangannya dari tanah pengasingan. 

Di Banda Naira, Ia begitu menikmati manisan pala, menyeruput teh dengan aroma rasa kayu manis setiap pagi, berenag, mendayung kole-kole, olah raga, dan menghirup udara segar dari panorama alam Banda yang asri. Sungguh sebuah tempat buangan yang jauh beda dengan Boven Diegul, Papua.

Di Banda Naira mereka seolah tidak sedang di buang, tetapi menemukan surga yang tersembunyi. Disetiap kali bertemu dengan sesama orang buangan, pembahasan situasi politik dunia, termasuk nasib kemerdekaan bangsa selalu menjadi topik menarik yang diperbincangkan secara sembunyi-sembunyi, agar tidak di ketahui polisi Hindia Belanda yang setiap saat berpatroli memantau pergerakan mereka.

Sjahrir dikenal sangat kritis anti terhadap Pemerintah Hindia Belanda. Itulah sebabnya Ia di penjara di Cipinang lalu dibuang ke Boeven Digul Papua, bersama Bung Hatta dan berberapa aktivitas pergerakan lain kemudian dipindahkan ke Banda Naira pada 1936. Pemindahan itu dilakukan akibat mendapat pelakuan yang tidak wajar dan jatuh sakit terkena malaria. Berita sakit tokoh pergerakan itu tersebar sampai ke negeri Belanda sehingga mengundang reaksi dan kecaman keras dari kaum sosialis Eropa atas kondisi kesehatan para tahanan politik Hindia Belanda. 

Menurut kaum sosialis itu, bahwa pengasingan para tokoh pergerakan, bukan bertujuan untuk membunuh mereka. Akan tetapi, sekedar menjauhkan mereka dari gerakan politik di titik sentral Pemerintah Hindia Belanda di Pulau Jawa yang mencita-citakan kemerdekaan.

Sjahrir mendapat pendidikan hukum dari Negeri Belanda atas imbas politik etis awal abad ke-20. Di Negeri Kincir Angin itu, Ia mendapat pengaruh pemikiran Sosialis, yang menyadarkan darinya tentang penjajahan atas kaum pribumi di Hindia Belanda. Karena itulah, separu jiwanya disumbangkan untuk perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. 

Di Negeri Belanda, Hatta dan Sjahrir bergabung dalam organisasi Perhimpunan Indonesia. Sebuah organisasi pelajar yang mencita-citakan kemerdekaan, juga organisasi pertama yang menggunakan nama Indonesia di Eropa. Meskipun nama Indonesia, awalnya adalah nama yang dikatakan primitif oleh Dowes Dekker, "Ah Indonesia itu kan Primitif." Kata tokoh pergerakan Nasional dari Indisce Party ketika berkunjung ke Belanda pada 1923. Bung Hatta menepis penuh semangat "biarlah kita Indonesia asal kita yang menciptakan sendiri." 

Sekembalinya dari Negeri Balanda, Sjahrir bergabung dan membetuk organisasi Pendidikan Nasional Indonesia (PNI) baru, pasca Pemerintah Belanda membekukan Partai Nasional Indonesia (PNI) bentukan Soekarno. Kemudian disusul Hatta kembali ke Indonesia. Dalam organisasi PNI baru itu Hatta menjabat ketua dan Sjahrir wakilnya. Organisasi ini bergerak dalam dunia pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kaum pribumi. Terutama rakyat kecil yang tidak diterima di sekolah Belanda. Bagi mereka, pendidikan menjadi alat perjuangan untuk mencapai kemerdekaan. Karena itu kaum pribumi harus cerdas agar dapat mengatur bangsa kelak secara mandiri lepas dari penjajahan. Pada prinsipnya PNI baru berupaya mempersiapkan pemimpin masa depan dan itu hanya dapat dilakukan dengan membuka sekolah bagi kaum pribumi yang tertindas.

Terbitnya peraturan Pemerintah Hindia Belanda "Koninklijk Besaluit" pada 14 Mei tahun 1913 yang melarang perkumpulan atau organisasi politik atas dugaan mengangu keamanan dan ketentraman umum, membuat gerakan para tokoh nasionalis untuk menyebarkan semangat Nasionalis mulai terbatas dan di batasi Belanda. Di tengah kondisi itulah semua tokoh pergerakan di tangkap dan di asingkan Belanda.

Berlatar Latar belakang hukum membuat Sjahrir terdorong untuk memberikan layanan bantuan hukum gratis kepada warga pribumi di pengasingan Banda Naira. Terutama ketika ada warga Banda yang bermasalah dengan polisi Hindia Belanda. Meskipun dirinya sendiri berada ditengah pengawaan polisi untuk tidak bicara soal politik. Namun Ia bebas menikmati hidup di bawah pohon-pohon pala. Mencari ketenangan batin dan inspirasi di Laut Banda atas kegalauannya akibat terpisah jauh dengan Mariah, Istrinya di Belanda. 

Sjahrir mengisi waktu luangnya mengarungi laut pesisir dengan perahu ke Pulau Pisang. Kini pulau itu dikenal dengan Pulau Sjahrir. Hobinya melaut membuat Polisi Hindia sempat melarangnya untuk tidak lagi mengungkapkan perahu, sebab dikhawatirkan Ia melarikan diri ke Australia. Namun larangan yang tidak masuk akal itu ditepis Sjahrir, sehingga Ia tetap bebas berperahu ke pulau terdekat dari Naira. Petualangannya di laut pesisir menjadi alasan dirinya untuk menyebarkan faham nasionalis.

Karena itulah perahu yang dibelinya dari nelayan Lontor diberi nama INDONESIA. Sebuah nama yang sangat asing di Laut Banda. Nama yang baru di dengar pertamakali oleh anak-anak Banda. Ia terus mengenalkan nama Indonesia kepada anak bangsa, mengajarkan nasionalisme, menumbuhkan semangat patriotisme di pengasingan. Di tengah mendayung perahu ke pulau Pisang lagu Indonesia Raya selalu dinyaikan untuk mengajarkan kapada anak-anak Banda tentang semangat tentang Nasionalisme dan patriotisme.

Bersama Hatta, Sjahrir membuka "Sekolah Sore' yang diperuntukkan kepada anak pribumi yang tidak diterima di sekolah negeri bentukan Belanda karena perlakuan diskriminatif bangsa kolonial.

Di sekolah itu Sjahrir juga berperan sebagai guru yang mengajar mata pelajaran Sejarah dan bahasa asing. Semua matapelajaran diajarkan dalam bahasa Belanda. Untuk menyatukan pemuda Banda, Ia membetuk klub sepak bola anak muda yang dinamai dengan Persatuan Pemuda Banda (Perbamu).

Ekspansi pasukan Jepang hingga ke Pulau Ambon, membuat Hatta dan Sjahrir di jemput pasukan Sekutu di Banda Naira dan diterbapkan ke Jawa. Inilah akhirnya cerita Sjahrir Di Banda Naira.

Hikmah: Tak harus menjadi Sjahrir, tapi belajar dari Sjahrir, bahwa dimanapun kita berada kita harus bisa bermanfaat kepada lingkungan tempat kita berada dan terus menebar kebaikan meski orang lain ada yang tidak suka kepadamu.

 

#Catatan Ringkas, Kasman Renyaan, Banda Naira 18 Maret 2022

 

 

Share:

Apa Guna Jalur Rempah untuk Banda Naira?

 


Jalur Rempah, tidak hanya untuk seriomonial makan patita, tetapi juga harus bisa mengenyangkan masyarakat pemilik rempah. Banda Naira, adalah titik nol jalur rempah Nusantara, dengan komoditas utamanya pala dan fuli. Fakta itu tak bisa terbatahkan. 

Pertanyaannya apa manfaat jalur rempah untuk Banda Niara sebagai pemilik identitas rempah? Pemerintah harus bisa merekomendasikan kepada pusat, bila Indonesia punya Jalur rempah sebagai Identitas bangsa, seperti Cina punya Jalur Sutra, maka Banda Naira harus menjadi “TITIK NOL JALUR REMPAH” dan itu perlu ditergaskan dalam keputusan pemerintah bila nantinya UNESCCO menyetujuai Jalur Rempah Sebagai Warisan Dunia.

Dengan demikian, Identitas kepemilikian tanaman endemik itu tidak dikelaim daerah lainnya. Agar Banda Naira tak diabaikan, seperti Belanda dulu usai menguras hasil rempah lalu mengabaikannya. Banda Naira kini masih tertinggal jauh dari daerah lain di Indonesia. Janji pemekaran Kecamatan Banda Tak kunjung terealisasi. Apalagi harus menjadi daerah sendiri, seperti tempo dulu bersatus Provinsi lalu diturunkan menjadi kabupaten lalu dikucilkan lagi oleh Belanda menjadi kecamatan, sampai skarang statusnya kecamatan, sungguh miris.

Jalan lingkar Banda Besar kini hancur berentakan. Padahal daerah parawisata yang dikunjungi oleh Wisatawan Lokal dan Mancanegara setiap tahunnya. Semoga pemerintah kita tidak menutup mata, menjadikan Banda seperti kolonialisme Belanda dulu mengabaikkan negeri rempah ini.

Tak perlu lagi membandingkan Manhatan, Amerika, dengan Pulau Run di Banda Naira yang tempo dulu di bangun Inggris dari hasil rempah pala dan fuli. Tapi sungguh miris Pulau Run sekarang, daerah parawisata, tetapi listrik negara hanya sampai 12 Jam.

Padahal Negeri Run, selain punya pala juga punya potensi ikan yang luar bisa, sehingga disebut Kampung Nelayan. Akan Tetapi, sunggu miris Listrik negara tak sesuai harapan. Masyarakat tak bisa memproduksi Es karena listri tak 24 Jam. Apalagi sinyal dari Tower Merah Putih timbul tenggelam. Jadi apa guna jalur rempah untuk daerah pemilik rempah Banda Naira di masa depan?(K.R).

Share:

Unordered List

3/sosial/post-list

Latest blog posts

3-latest-65px

BTemplates.com

3/sosial/col-right
Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Statistik Pengunjung

Ekonomi

3/ekonomi/col-left

Publikasi

3/publikasi/feat-list

Error 404

Sorry! The content you were looking for does not exist or changed its url.

Please check if the url is written correctly or try using our search form.

Recent Posts

header ads
Ag-Historis

Text Widget

Sample Text

Pengikut

Slider

4-latest-1110px-slider

Mobile Logo Settings

Mobile Logo Settings
image

Comments

4-comments

Budaya

budaya/feat-big

Subscribe Us

Recent Posts

sejarah/hot-posts

Pages

Popular Posts