Setting
Dewasa ini perubahan sosial terjadi sangat cepat sehingga perubahan itu tidak hanya menyangkut aspek material, seperti tekno logi, juga menyangkut aspek mental, seperti pandangan hidup dan ca ra berpikir. Semua umat manusia dan bangsa dilanda oleh perubahan di berbagai sendi kehidupan, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Per kembangan teknologi, terutama teknologi informasi, telah mengubah cara berpikir umat manusia dewasa ini. Akibatnya manusia berpikir lebih cepat dan praktis, bahkan rnenjurus ke arah pola pikir yang in stan.
Gejala kejutan budaya rnelatarbelakangi sebagian besar kebi ngungan, frustasi dan disorientasi yang juga dialami oleh negara-ne gara rnaju seperti Amerika dan negara lainnya. Hal ini rnenyebabkan kelurnpuhan komunikasi, salah menafsirkan kenyataan dan ketidak marnpuan untuk menghadapinya. Namun kejutan budaya rnasih rela tif lunak jika dibandingkan dengan penyakit yang lebih gawat, yaitu kejutan masa depan. Kejutan masa depan adalah disorientasi yang rnernbuat kebingungan yang disebabkan oleh tibanya masa depan yang terlalu dini. Apabila tidak diambil langkah bijaksana untuk mengantisipasinya maka jutaan umat manusia akan merasa diri mere ka kehilangan orientasi yang rnakin lama makin tidak rnarnpu untuk rnenghadapi lingkungan mereka secara rasional (Toffler, 1970: 11).
Manusia rnerupakan makhluk hidup historis, hanya rnanusia yang rnernbuat sejarah. Seluruh aktivitas manusia rnernbentuk sistern budaya, sedangkan budaya sebagai tindakan kemanusiaan (actus hu manus) selalu terkait dengan rencana masa depan. Nilai merupakan kualitas yang inheren pada suatu objek atau pelaku budaya, yaitu rna nusia. Budaya membentuk sistem hidup kemasyarakatan yang sarat dengan nilai. Ketika aturan hidup, norma adat istiadat, serta segala bentuk sistern pandangan hidup masyarakat itu terbentuk maka di saat itu pula rnanusia rnenjalankan segala aktivitas dengan berorientasi pa da nilai yang dianut oleh komunitasnya.
Perubahan kehidupan yang sangat cepat itu didukung oleh ke rnarnpuan rnanusia dalarn berpikir dan bertindak. Perubahan dapat rnernpunyai berrnacam-rnacam pola, rnisalnya: linear, siklik atau spi ral. Perkembangan dalam beberapa dasawarsa terakhir menunjukkan bahwa rnanusia sekarang sedang rnenghadapi kernajuan (progress) yang melampaui kecepatan pada masa-masa sebelumnya.
Heraclitus rnengatakan bahwa kenyataan itu selalu berubah, ti dak ada sesuatu pun yang tetap, semuanya berubah terus-rnenerus dan tidak rnerniliki identitas diri. Pantha rhei kai ouden menei (semuanya rnengalir dan tidak ada sesuatu rnenetap). Heraclitus rnengatakan bahwa seseorang tidak dapat rnandi dua kali di air sungai yang sama, bahkan satu kali pun tidak bisa (Bakker, 1990: 82). Pendapat Heracli tus ini rnengindikasikan bahwa realitas itu selalu bergerak ke arah kemajuan (progress), dan pandangan ini rnenjadi dasar bagi perkem bangan pernikiran dalam kajian filsafat sejarah spekulatif yang dikern bangkan oleh G.W.F. Hegel, Karl Marx, Auguste Comte, dan tokoh tokoh filsafat sejarah spekulatiflainnya.
Perkembangan dalarn pengertian yang bernada "optimistik" mendapat konotasi sebagai kemajuan atau progress. Hal ini tercermin dalam pandangan G.W.F. Hegel, Karl Marx, Auguste Comte, yang mengajarkan bahwa perkembangan jiwa atau sejarah umat manusia akan menujuke arah kemajuan (Koento-Wibisono, 1983: 98). Sejarah filsafat Barat telah menunjukkan bahwa dalam ide tentang "kemajuan (progress)" itu tercermin keyakinan manusia Barat akan perubahan yang positif dalam perkembangan manusia dan masyarakat.
Ide Tentang Kemajuan.
Ide tentang kemajuan merupakan hal yang tidak dapat dipisah kan dalam sejarah kehidupan manusia. Manusia dengan ide tentang kemajuan itu telah mengubah dunia alamiahnya menjadi lebih nya man untuk dihuni. Robert Nisbet dalam bukunyaHistoryof the Idea of Progress, menyatakan,
"We find in the history of idea of progress centers upon man's moral or spiritual condition on earth, his happi ness, his freedom from torment of nature and society, and above all his serenity or tranquility. The goal of progress or advanced is mankind's eventual achieve ment, on earth, of these spiritual and moral virtues, thus leading toward ever-greater perfection of human nature" (Nisbet, 1980: 5).
Bagi Nisbet, sejarah tentang ide kemajuan berpusat pada moral atau kondisi spiritual manusia di bumi, kebahagiaannya, kebebasannya dari kesengsaraan alam dan masyarakat, dan yang terpenting ketentra man atau ketenangan. Tujuan kemajuan atau peningkatan adalah pada akhimya pencapaiannya di bumi, dalam hal ini adalah kebajikan spiri tual dan kebajikan moral, yang akhimya mengarah pada kesempuma an yang lebih agung yang pemah dicapai manusia.
Ide tentang kemajuan dalam sejarah filsafat telah ada sejak fil sufYunani Kuno, Heraclitus, berpendapat bahwa realitas itu tidak te tap, semuanya mengalir,pantha rei kai ouden menei. Kemudian pada abad ke-19 istilahflux yang berasal dari istilah Latinfluxus diderivasi kan dari kata kerjafluere yang artinya to flow (mengalir). To flow de noted in philosophy a continuous succession af changes of condition, composition, or substance (Reck, 1972: 185). Realitas tidak tetap dan terus mengalir menjadi inspirasi bagi para filsuf abad ke-19, khusus nya para filsuf sejarah. Mereka berpandangan bahwa sejarah sebagai mana realitas pada umumnya bergerak terus-menerus dari masa lam pau ke masa kini dan akan menujuke masa depan.
Pierre-Joseph Proudhon dalam buku The Philosophy of Progress mengatakan bahwa ide tentang kemajuan merupakan sesuatu yang bersifat alamiah dalam kehidupan manusia. Manusia dengan ide kemajuan itu membangun peradabannya ke arah yang lebih maju. Le bib lanjut ia mengatakan,
"Progress, in the purest sense of the word, which is the least empirical, is the movement of idea, 'processus'; it is innate, spontaneous an essential movement, uncon trolable and indestructible, which is to the mind what gravity is to matter" (Proudhon, 2009: 11).
Bagi Proudhon kemajuan merupakan ide bawaan manusia yang spon tan, yang menggerakkan, tidak dikontrol oleh manusia dan sifatnya membangun.
Konsep kemajuan merupakan unsur pokok dalam filsafat seja rah karena ide tentang kemajuan merupakan inti persoalan yang diba has oleh para filsuf sejarah, seperti Hegel, Marx, Comte, Berdyaev, Toffler. Untuk mengetahui tentang ide kemajuan para filsuf sejarah tersebut akan dikemukakan secara singkat pemikiran filsafat sejarah mereka.
Bersambung.....Ke Part 4
0 Comments:
Posting Komentar