Menyajikan Data Mengungkap Fakta Menjadi Sejarah

Sejarah

3/sejarah/post-list

Kayu Manis Banda Naira dalam Dunia Maritim Global

 

Tanaman Kayu Manis di Banda Naira

Tanaman Kayu Manis di Banda Naira

Banda Naira adalah negeri rempah di Maluku Tenggah. Terkenal dengan komoditas unggulannya, Pala dan fuli (Bunga Pala). Komoditas ini menjadi ciri khas pulau vulkanik itu. Negeri Andna Sari (nama lain Banda), tidak banyak menghasilkan cengkeh, seperti halnya di Tarnate dan Tidore Maluku Utara. Akan tatapi sejarah mengisahkan, bahwa kawasan ini dahulu menjadi incaran berbagai sukubangsa belahan dunia. 

Penjelajah Italia Christopher Columbus (1451-1506) harus rela menembus badai samudra Atraltik lalu terhampas di dataran Amerika bila saja harum cengkeh, buah dan bunga pala tak mampir di hudungnya. Pelaut Purtugis pimpinan Alfonso de Albuquerque (1453–1515) pun tak puas menaklukan Malaka, bandar transito terbesar di Asia Tenggara itu, pasalnya belum menemukan Banda Naira, sehingga harus melayarkan dua buah kapalnya lagi di bawah nahkoda Antonio de Arbeu dan Pransisco Serrao dari Malaka untuk menelusuri titik pusat produsen pala dan fuli. Setelah berlayar selama dua bulan lamanya, kapal Portugis akhirnya berhasil bertemu Banda Naira pada 1512. Sebuah kawasan laut terdalam yang ditaburi pulau-pulau yang telah lama menjadi incaran para penjelajah Eropa. 

Demikian pula Inggris dan Belanda, harus bertukar guling atas tanah Banda di Pulau Run dengan Manhattan kota New York Amerika (Perjanjian Breda tahun 1667), hanya untuk mengakhiri perseteruan keduanya. Ketika masing-masing bangsa kolonial itu berebut potensi alam Banda Naira. 

Sebetulnya bila dilihat dari peta Indonesia, Kepulauan Banda hanyalah sekumpulan pulau-pulau kecil nan terpencil di kawasan timur Nusantara. Akan tetapi kebesaran namanya dahulu melampaui pulau-pulau bersar di belahan bumi lainnya. 

Kepulauan Banda memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah ruah, bukan saja pala dan fuli, tetapi juga kayu manis. Komoditas ini faktanya menjadi komoditas unggulan sejak dahulu hingga sekarang. Harganya pun kini terbilang fantastis untuk ukuran ekonomi skala mikro, yakni Rp 120 ribu perkilogram dijual oleh para pedagang untuk pasaran di Banda Naira. 

Ketika berada di bawah pohon kayu manis sembari bernostalgia ke masa lalu, penulis membayangkan bagaimana nilai jual kayu manis dipasarkan global dahulu? Pasalnya para saudagar Arab sempat merahasiakan daerah asal tanaman endemik ini, terutama ketika melakukan aktivitas niaga maritm di negeri mereka, "Kayu manis di Kepulauan Maluku hanya tumbuh di lembah-lembah yang curam, sangat sulit dijangkau, biasanya menunggu dibawa burung-burung untuk bisa memperolehnya." 

Mitos yang dibuat pedagang Arab itu, telah menjadikan kayu manis bernilai ekonomis tinggi di jazirah Arab, Afrika dan Eropa. Selain mahal harganya, kayu manis memiliki multiguna, baik untuk penyedap rasa hingga obat-obatan. Karena itulah, di abad pertengahan kayu manis hanya dibeli oleh kalangan tertentu yang mapan secara ekonomi dan memiliki status sosial tinggi. Fakta ini sekaligus memberi kesan, bahwa Kayu Manis yang di jual oleh pedagang Arab ke Eropa dibumbui cerita yang penuh dramatis demi mempertahankan nilai jual dan daya beli di pasaran global.  

Tak ketinggalan, bapak sejarawan Yunani Kuno Herodotos pada abad ke-5 Sebelum Masehi melanjutkan cerita pedagang Arab tentang betapa sulitnya memperoleh kayu manis. Ia pun meneruskan cerita itu, “burung-burung besar membawa tongkat kayu manis ke sarang mereka, bertengger tinggi di atas gunung yang sulit dijangkau oleh manusia mana pun.”

Padahal faktanya, kayu manis tumbuh liar di tanah Banda diperoleh dengan cara mudah. Tumbuh di hutan-hutan di pesisir pantai hingga ke pedalaman kawasan itu. Bila pohon kenari menjadi pelindung tanaman pala dari sinar matahari langsung, maka kayu manis sebagai penyejuknya. Kayu manis yang dibawah burung-burung tumbuh liar di antara celah-celah tanaman pala.

Kini kayu manis tak lagi tumbuh liar seperti dulu, masyarakat Banda telah membudidayakan tanaman itu beramaan dengan pala di lahan perkebunan mereka. Kayu manis ditanam di lahan -lahan perkebunan pala, bersamaan dengan kenari dan kelapa. Selain sebagai tanaman pelindung (menaungi pala). Katanya, aroma harum kayu manis dapat merangsang kualitas buah, bunga dan pala.  Orang Banda mengunakan kayu manis sebagai bumbu masak dan penyedap rasa aneka kue. Bahkan teh manis biasanya ditambah kayu manis di sajikan penuh nikmat. Harga kayu manis saat ini terbilang cukup mahal, lebih mahal dari harga cengkeh dan pala, tapi tidak semahal fuli (bunga pala). Kayu manis kualitas terbaik memang tak bisa disangkal lagi terdapat di tanah Banda. Karena itulah, sejak dahulu pala, fuli, kenari dan kayu manis Banda mengemparkan dunia maritim global. **( K.R)

 

Catatan ringan: Kasman Renyaan

Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Unordered List

3/sosial/post-list

Latest blog posts

3-latest-65px

BTemplates.com

3/sosial/col-right
Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Statistik Pengunjung

Ekonomi

3/ekonomi/col-left

Publikasi

3/publikasi/feat-list

Error 404

Sorry! The content you were looking for does not exist or changed its url.

Please check if the url is written correctly or try using our search form.

Recent Posts

header ads
Ag-Historis

Text Widget

Sample Text

Pengikut

Slider

4-latest-1110px-slider

Mobile Logo Settings

Mobile Logo Settings
image

Comments

4-comments

Budaya

budaya/feat-big

Subscribe Us

Recent Posts

sejarah/hot-posts

Pages

Popular Posts