Menyajikan Data Mengungkap Fakta Menjadi Sejarah

Sejarah

3/sejarah/post-list

Konsep Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka Belajar dalam Pembelajaran

Sumber gambar : unida.ac.id

 

Pengantar

Kurikulum senantiasa diperbaharui namun tentu penyempurnaan kurikulum. Hal ini dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya adalah untuk mengimbangi pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat ini, Kurikulum 2013 diubah lagi dengan kurikulum baru yaitu Kurikulum Merdeka. Namun demikian, satuan pendidikan pada semester ganjil 2022 ini masih bebas memilih penerapan kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka Belajar

Kurikulum Merdeka hadir untuk menyempurnakan implementasi Kurikulum 2013. Penelitian dari Krissandi dan Rusmawan (2019), mengungkapkan bahwa penerapan Kurikulum 2013 (K-13) terkendala dari pemerintah, instansi sekolah, guru, dan orang tua siswa, serta siswa sendiri. K-13 merupakan pengembangan kurikulum yang berfokus pada peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge).

Kurikulum ini bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Pemerintah membuat terobosan dengan adanya Kurikulum Merdeka. Saat ini pemahaman guru dalam penerapan Kurikulum Merdeka masih dalam kategori cukup, dan perlu adanya pengembangan.

Karakteristik K-13

Dalam permendikbud No 68 tahun 2013 juga menjelaskan bahwa Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut;

1.      Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.

2.      Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar

3.      Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.

4.      Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

5.      Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran

6.      Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.

7.      Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

Dalam kaitan itu, pakar pendidikan Mulyasa, juga mengidentifikasikan tentang karakteristik Kurikulum 2013, yang menurutnya terdapat lima karakteristik yaitu: mendayagunakan keseluruhan sumber belajar, pengalaman lapangan, strategi individual personal, kemudahan belajar, dan belajar tuntas.

Perbedaan Kurikulum 2013 dengan KTSP 2006

1.      Pada KTSP 2006 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi, sedangkan pada Kurikulum 2013 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan masyarakat.

2.      Pada KTSP 2006 Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan mata pelajaran, sedangkan pada Kurikulum 2013 Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan

3.      Pada KTSP 2006 pemisahan antara mata pelajaran pembentukan sikap, pembentukan keterampilan, dan pembentukan pengetahuan, sedangkan pada Kurikulum 2013 semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

4.      Pada KTSP 2006 kompetensi diturunkan dari mata pelajaran,sedangkan pada Kurikulum 2013 mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai.

5.      Pada KTSP 2006 mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah, sedangkan pada Kurikulum 2013 semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas).

6.      Pada KTSP 2006 pengembangan kurikulum sampa pada kompetensi dasar, sedangkan pada Kurikulum 2013 pengembangan kurikulum sampai pada buku teks dan buku pedoman guru.

7.      Pada KTSP 2006 tematik kelas I-III (mengacu mapel), sedangkan pada Kurikulum 2013 tematik integratif kelas I-VI (mengacu kompetensi).

Guru dalam Penerapan Kurikulum 2013

Guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Namun, bagi kelas tinggi akan kebingungan karena materi yang diajarkan perlu diperluas dan iperdalam kembali. Sehingga guru harus mencari ke sumber belajar lainnya, seperti penelusuran internet. Bahkan memakai kembali buku kurikulum lama (KTSP).

Siswa dalam Penerapan Kurikulum 2013

Untuk siswa kelas 1-3, mereka lebih ramai dan senang dalam belajar, karena mereka sering diberikan tugas atau proyek luar kelas. Selain itu, media yang beragam untuk mendukung pembelajaran dapat menarik minat siswa. Sementara, bagi siswa kelas tinggi penerapan Kurikulum 2013 ini membuat kebingungan, karena siswa harus mencari sumber lain, siswa belum terbiasa mandiri dan masih bergantung pada materi yang sudah ada di buku. Siswa lebih senang belajar dengan menggunakan buku KTSP daripada buku tema. Selain itu, banyaknya aktivitas pembelajaran di kelas tinggi membuat siswa bosan dan malas dalam belajar. Ada dampak penerapan kurikulum K-13 bagi siswa sebagai pembelajar Pertama, dampak positif; siswa memiliki nalar kritis dalam setiap pelajaran dan guru pun dituntut untuk kreatif. Kedua, dampak negatif; adanya penurunan yang diakibatkan pergantian kurikulum.

Tantangan Penerapan K-13

Menurut Neti Budiwati, berpendapat bahwa tantangan keterlaksanaan Kurikulum 2013 disebabkan oleh para pendidik yang belum siap dalam mengimplementasikan kurikulum ini. Selain itu, pendidik belum mendapatkan pelatihan yang mencukupi untuk menerapkan kurikulum ini di kelasnya. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kehendak sendiri, bahkan masih ada yang menerapkan seperti Kurikulum KTSP, yaitu secara parsial. Karena Kurikulum 2013 yang integratif, dirasa sangat sulit diterapkan oleh guru di kelasnya masing-masing

 Penyempurnaan K-13 Dengan Merdeka Belajar

Kurikulum kini disempurnakan dengan Kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum ini merupakan kebijakan pemerintah di bawah komando kementerian pendidikan yang bertujuan untuk mengembalikan otoritas pengelolaan pendidikan kepada sekolah dan pemerintah daerah dalam bentuk memberikan mereka fleksibilitas dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program-program pendidikan yang dilaksanakan di sekolah, dengan mengacu pada prinsip-prinsip kebijakan Merdeka Belajar yang ditetapkan pemerintah pusat.

Tujuan Pelaksanaan Merdeka Belajar

Kebijakan Merdeka Belajar dilaksanakan untuk percepatan pencapaian tujuan nasional Pendidikan, yaitu meningkatnya kualitas sumber daya manusia Indonesia yang mempunyai keunggulan dan daya saing dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Pentingnya Merdeka Belajar

Ada beberapa alasan mengapa perlu kurikulum merdeka belajar diterapkan di satuan pendidikan diantaranya sebagai berikut ;

1.     Peraturan Pendidikan selama ini umumnya bersifat kaku dan  mengikat, contoh: aturan terkait UN, aturan RPP, aturan  penggunaan dana BOS dan lainnya. Peraturan tersebut  terbukti tidak efektif untuk mencapai tujuan nasional  Pendidikan;

2.     Ketidakefektifan pencapaian tujuan nasional Pendidikan terlihat pada hasil belajar siswa di komparasi test internasional (contoh: PISA) yang menunjukkan siswa-siswi kita masih lemah dalam aspek penelaran tingkat tinggi khususnya dalam hal literasi dan numerasi;

3.     Kebijakan Merdeka Belajar yang tidak bersifat kaku dan mengikat (fleksibel) diharapkan dapat mengatasi keragaman kondisi, tantangan dan permasalahan Pendidikan yang berbeda antar sekolah, dengan strategi penyelesaian yang berbeda.

 

Manfaat Pelaksanaan Merdeka Belajar

1.      Kepala sekolah, guru, orang tua dan pemerintah daerah dapat bergotongroyong untuk mencari dan menemukan solusi yang efektif, efisien dan cepat terhadap kondisi, tantangan dan permasalahan Pendidikan di masingmasing sekolah khususnya dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar siswa

2. Kepala sekolah, guru, orang tua dan pemerintah daerah merasa memiliki dan bertanggungjawab terhadap pengelolaan Pendidikan di sekolah pada daerah masingmasing

Perbedaan Merdeka Belajar dengan K-13

1.   Menekankan pada Kompetensi yang Esensial

2.   Fleksibilitas dalam Pendekatan Pembelajaran

3.   Penguatan Karakter

Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar

1.     Mengganti USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional) menjadi Asesmen Kompetensi

2.    Mengganti Ujian Nasional (UN) menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter

3.      Perampingan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

4.      Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi

Catatan Akhir

Kurikulum 2013 merupakan implementasi dan penyempurna dari kurikulum- kurikulum sebelumnya. Hanya saja terdapat sedikit perubahan pada standar isi dan penilaian dengan tetap berpedoman kepada tujuan pendidikan Nasional yaitu mencerdaskan bangsa dan menjadikan manusia yang beriman dan berakhlakul karimah yang tinggi. Sedangkan Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Dengan kurikulum ini, dapat membantu guru untuk memilih berbagai perangkat ajar untuk menyesuaikan kebutuhan belajar dan minat peserta didik..**

 

 

Share:

Mahasiswa Pendidikan Sejarah STKIP Hatta-Sjahrir Banda Naira Kunjungi Museum Siwalima dan Studi Tour di Ambon


Mahasiswa Pendidikan Sejarah STKIP Hatta-Sjahrir Sedang Berfoto di Depan Museum Siwalima Koleksi Kelautan, Jumat, 27/05/2022, Pagi.   

Museum merupakan objek studi lapangan berbasis sumber benda yang cukup efektif untuk merangsang motivasi belajar dan kreatifitas mahasiswa pendidikan sejarah. Di kantor penyimpan koleksi benda purbakala unik itu, mahasiswa dapat mengamati berbagai jenis benda tinggalan sejarah lokal, budaya nusantara, budaya bahari, jejak Islam, kolonialisme bangsa Eropa dan lainnya.

Mengujungi museum dan studi wisata ke tempat-tempat bersejarah dapat melepas kejenuhan selama belajar di dalam kelas. Merefresikan pikiran menjadi damai, menghilangkan stres akibat menumpuknya tugas kuliah. Menemukan pengetahuan. Menguatkan literasi mahasiswa ketika diperhadapkan pada sumber benda, selain sumber lisan dan tulisan.

Mahasiswa yang melaksanakan praktek pembelajaran di lapangan dapat melakukan pengamatan secara langsung, baik berupa tempat, nama, bentuk, maupun narasi tentang objek wisata sejarah. Pada titik inilah sejarah tidak untuk dihafal, tetapi diamati diteliti dan ditulis kembali sebagai sebuah karya sejarah yang bernilai guna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan informasi parawisata sejarah sekarang dan ke depan. Model pembelajaran semacam ini dapat memperkaya produksi ingatan mahasiswa terhadap peristiwa masa lalu. Menghasilkan pengalaman baru. Memperluas cara pandang mereka terkait objek dan fakta yang sedang dipelajari.

Dalam melakukan observasi, dosen pengampu menjadi fasiliator mengemas model pembelajaran dengan baik, agar terkesan hidup dan menyenangkan. Mengefektifkan peran mahasiswa dalam menjejaki tempat-tempat bersejarah adalah yang terpenting. Mahasiswa dituntut untuk lebih aktif dan kreatif memanfaatkan benda-benda bersejarah itu. Media kamera Hp digunakan tidak sekedar hanya untuk  berfoto selfi, mengabadikan gambar dan mengapdate status di sosial media. Akan tetapi, mahasiswa pembelajar sejarah dapat berdokumentasi dengan baik, agar karyanya bisa beguna untuk menciptakan konten kreatif berupa video pembelajaran tentang studi wisata sejarah itu. 

"Studi lapangan itu menyenangkan, kami bisa mengamati langsung objek sejarah di Ambon. Di meseum Siwalima, banyak koleksi benda bersejarah di sana yang dapat menambah pengetahuan kami. Termasuk tata kelola museum yang baik, yang bisa diterapkan di museum alam di Banda Naira. "

Demikian kata salah satu Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP Hatta-Sjahrir Banda Naira, Maluku Tengah, yang turut serta dalam kegiatan Studi Tour dan praktek lapangan ke Museum Siwalima dan kunjungan ke tempat-tempat bersejarah di Pulau Ambon. Kegiatan yang belangsung pada 25-28 Mei 2022 itu berjalan lancar dan sukses. Studi tour dan praktek lapangan ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi kegiatan pembelajaran sejarah pada matakuliah "Sejarah Indonesia Abad XVI-XIX." 

Dalam kegiatan studi tour mahasiswa pendidikan sejarah semester 2 itu didampingi oleh dosen pengampu matakuliah Rahma Temarwut, S.Pd., M.Pd, dan seorang tour gude dari sarjana pendidikan sejarah. Selain melaksanakan obsevasi benda bersejarah dan bedokumentasi, para mahasiswa juga di bekali pengetahuan tentang meseum dari pegawai kantor penyimpang benda purbakala itu.

Di depan gerbang Benteng Victoria Ambon

Benteng Victoria, Patung Pattimura Park,  Mesjid Wapaue, Benteng Amesterdam di Hila-Kaitetu dan Kapaha, Perkuburan Perang Dunia II menjadi tempat kunjungan para mahasiswa itu. Di depan gerbang Benteng Victoria para mahasiswa menyempatkan diri bersua foto dengan para prajurit Tentara Kodam XVI Pattimura yang bermarkas di benteng tinggalan kolonialisme Eropa tersebut.

Studi Tour ini bertujuan agar para mahasiswa bisa berkreasi menghadirkan imajinasi masa lalu dalam nasari historiografi ketika diperhadapkan pada bukti benda tinggalan sejarah. Terutama sejarah kolonialisme Belanda dalam kaitanya dengan perdagangan rempah dan penjajahan di Maluku. Ketika posisi Ambon sebagai kota niaga dan pusat pemerintah VOC sebelum di pindahkan ke Batavia abad ke 16-19. Para mahasiswa juga mendapatkan transfer pengetahuan sejarah dan budaya langsung dari pegawai museum Siwalima tentang koleksi benda purbakala di museum itu.

Mahasiswa yang mengikuti studi tour wajib harus menyusun laporan dalam bentuk narasi historiografi sebagai pertangungjawaban pelaksanaan praktek lapangan, sekaligus menambah nilai tugas mahasiswa pada matakuliah dimaksud.** (K. R).

Share:

Belajar Bermain dengan Alam

 


Abang Fahzin, sudah dua hari Ini belum balik kanan dari negeri Jajahan Inggris, Pulau Ay, hanya untuk menikmati ke indahan alam di titik nol jalur rempah Nusantara itu. Fahzin Alqhafiqi, sedang berpetualang di pulau sebrang. Ia meniggalkan ibu, ayah dan dua adiknya di rumah.

Bersama tiga gadis manisan pala, tetangganya, mengisi waktu liburan di kawasan taman wisata perairan. Satu di antara dua gadis itu, mahasiswi yang jago Diving (renang-selam) pada kedalaman 50 meter. Seringkali di pakai menjadi pemandu wisata untuk wisatawan macanegara yang ingin memotret taman bawah Laut Banda. Peneliti terkenal Prancis Cousteau, mengatakan Taman Bawah Laut Banda adalah "Serpihan Surga yang jatuh di bumi." Di dalamnya hidup 350 spesis biota laut yang tidak terdapat di pojok dunia manapun. 
 
Ibunya, tak begitu khawatir berpergian menyebrang laut bersama gadis ahli diving. Agar ia terbiasa dengan tantangan alam sejak dini. Tetapi rasa kangen adiknya hadir saat menjelang tidur malam. Aban, adik pertama tak bisa bermain sendiri. Meski ditinggal semantara waktu. Aban, seringkali menyebut nama kakaknya. Seolah kesepian tampa ditemani kakanya menjelang tidur.
Sejak usia 40 hari Fahzin, telah di bawah menyebrang laut mengitari Tanjung Sial, Seram barat, menuju kampung neneknya, di tengah angin timur beriup kencang di sertai gelombang. Keseringan berpergian membuatnya menjadi tak mabuk laut. Itupula yang meyakinkan mamanya, jika Ia bisa melewati tantangan alam. 
 
Setiap kali berpergian, ia mendatangkan banyak cerita-cerita lucu. Mengisahkan pengalaman yang dilihat dan di dengar kepada mamanya, menjelang tidur. Caranya belajar dengan alam. Melihat, mendengar dan mengamati, menambah pengetahuan dan kosakatanya. Bermain sambil belajar dengan alam menjadi stimulus rasa ingin tahu, sifat kreatif untuk selalu maju. Faktor lingkungan berpengaruh terdapat belajar dan pembentukan prilaku anak sejak usia dini.
Share:

HMPS Pendidikan Sejarah Hatta Sjahrir Gelar Buka Puasa Bersama

Buka Puasa bersama Program Studi Pendidikan Sejarah, Sabtu, 23 April 2022

AG-HISTORIS Banda: Di momentum pertengahan bulan suci Ramadhan 1443 Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah (HMPS-PSJ), Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Hatta-Sjahrir Banda Naira, Maluku Tengah, mengelar acara buka puasa bersama (Bukber) di Gedung E, kampus itu,  Sabtu (23/04/2022), kemarin.

Pelaksana tugas Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah, Kasman Renyaan, S.Pd., M. Pd mengatakan, kegiatan ini penting dilakukan. Pasalnya bukan hanya untuk serimonial berkumpul menikmati makanan takjil bersama, tetapi memiliki nilai tambah perekat silaturahim, meningkatkan ibadah, mendorong rasa empati, termasuk menghadirkan kebersamaan di Bulan Suci. Semua itu menjadi tambahan amal ibadah dan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.

Renyaan menambahkan, bulan suci Ramadhan ini menjadi momentum terbaik berbagai nikmat. Menyiapkan dan memberikan secuwil makanan kepada orang yang berbuka pahalanya berlipat ganda, tanpa mengurangi sedikit pun nilai pahala orang yang memberikan itu bila ia berpuasa. Apabila seorang yang tidak berpuasa lalu menyiapkan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka pahalanya sama saja dengan orang yang berpuasa itu.

"Boleh saja di antara mahasiswa yang berbuka ini, anak kos-kosan yang serba kekurangan, sehingga momentum Ramadhan ini saatnya kita berbagai kebaikan  dan mencari tambahan pahala."  Ungkapnya.

Meskipun demikian, masih banyak pula mahasiswa yang belum memiliki kesadaran untuk ikut berpartisipasi mensukseskan acara itu. "Buka Puasa bersama hari ini terlihat sepi, banyak mahasiswa prodi ini tidak hadir. Entah apa sebabnya? Sedangkan undangan telah disebarkan ke grub sehari sebelumnya, sehingga terkesan masih banyak mahasiswa belum memiliki kesadaran sosial dalam momentum yang digelar setahun sekali." Ungkap seorang pengurus HMPs Psj yang namanya tidak ingin dipublikasikan.

Kegiatan Bukber ini diinisiasi HMPS PSJ dan dukungan penuh oleh Prodi Pendidikan Sejarah. Langkah ini sekaligus merupakan perwujudan dari agenda tahunan prodi sejarah untuk mempererat silaturahim antar mahasiswa, alumni dan dosen dilingkungan akademik. Pasca kampus Hatta-Sjahrir mengelar kegiatan pasantren dan Safari Ramadhan Minggu pertama Bulan Puasa.

Acara yang berlangsung sederhana ini, turut dihadiri pembantu Ketua III Bidang Kemahasiswaan, Aditya Putra Basir, S.Pi., M.Si, Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Ermawati,  S.Pd., M.Pd., Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Muhammad Mifta Sabban, S.Pd., M.Pd., Perwakilan Stap admistrasi, Yeni  Ahad, S.Pi,  Ketua Bem STKIP HS, para dosen dan sejumlah almuni serta mahasiswa pendidikan Sejarah.**(Ad).

 

Share:

Agama dalam Pandangan Bung Hatta


Muhammad Hatta, berpandangan bahwa Agama berdasarkan pada kepercayaan yang mutlak. Percaya kepada adanya Tuhan tidak bisa dibantah lagi. Orang yang tidak percaya Tuhan, sesungguhnya juga percaya. Mereka percaya bahwa Tuhan tidak ada. Namun tidak dapat dibuktikannya secara ilmiah bahwa Tuhan itu tidak ada. Itu di luar pengalaman yang kita alami. 
 
Karena soal Tuhan, tidak ada soal ilmiah yang kita bisa selidiki dengan bukti-bukti yang nyata. Kalau air bisa diselidiki. Air terdiri dari dua zat, H dan O, yang dapat dibuktikan dengan memanasi air. Lambat laun pecalah air itu menjadi dua bagian zat H dan satu bagian Zat O. Tetapi yang gaib itu hanya bisa dipercaya dengan hati dan iman. Keadaan Tuhan tidak dapat dibuktikan dalam alam yang tidak dapat dialami. 
 
Kebenaran agama didasarkan pada kepercayaan mutlak, berbeda dengan ilmu. Kebenaran ilmu bisa digugat. Seorang ahli yang mendapatkan teori baru, maka teori itu bisa digugat dengan penemuan-penemuan baru sesuai perkembangan ilmu. Karena itu dapat diselidiki dengan mengupasnya. Hata mencontohkkan pengalian Minyak dahulu di jaman Belanda, dikatakan bahwa di Irian Barat sudah tidak punya minyak lagi. Pengalian minyak di Irian Barat ditinggalkan, sudah tidak perlu lagi. Namun pada akhirnya dengan kemajuan teknik, sekarang kita dapat menggali minyak itu kembali. 
 
Pada prinsipnya agama hanya dapat dipercaya dengan iman, yang tidak dapat dibuktikannya dengan ilmu pengetahuan. Demikian orang yang beragama harus pula berilmu. Karena dalam Islam jelas mengajarkan, bahwa hanya orang yang berakal memiliki kewajiban dalam menjalankan syariat Islam.
Share:

Benteng Kolonial Masa Depan Parawisata Sejarah

 

Seorang anak sedang berfose di depan Benteng Concordia di Negeri Waer, Banda Besar, Maluku Tengah

Benteng Concordia di Negeri Waer, Banda besar. Benteng tinggalan VOC Belanda yg di bangun abad ke-17. Dibangunya benteng ini, sebagai upaya kolonial Belanda untuk memudahkan kontrol produksi rempah pala dan fuli (bunga pala) di sisi timur kepulauan Banda. Setelah di bangunya benteng Holandia di sisi barat, Lontor juga dua benteng utama di pulau Naira, yakni Benteng Nassau dan Benteng Belgica.

Upaya pembangunan benteng pada dua sisi Timur dan Barat itu telah menguatkan eksistensi kolonial Belanda di "Titik Nol Jalur" Rempah Nusantara. Terutama Pasca penaklukan Banda Naira dan pembantaian orang Banda di bawah gubernur Jenderal VOC Ceon tahun 1621.

Belanda kemudian membangun benteng-benteng pertahanan di sejumlah sisi kepulauan Banda demi ambisi penguasaan dan kontrol terhadap lalulintas perdagangan pala dan fuli.

Ulasan ringkas itu tentang masa lalu. Apa manfaatnya untuk masa kini? Tentunya banyak manfaatnya dari situs benteng itu. Selain untuk pembelajaran sejarah, pengembangan ilmu pengetahuan, juga menjadi obyek wisata sejarah, baik orang datang berkunjung sekedar bersua foto, maupun untuk kepentingan komersial, seperti pengambilan video yotube yang mendatangkan banyak duit bagi konten kreator dalam industri kreatif, juga vestival yang mengejar proyek tahunan.

 Masa depan, situs tersebut perlu dirawat dengan baik sebagai cagar budaya yang mendorong industri parawisata di Banda Naira tetap bertarap internasional. Karena orang Belanda dan bangsa Eropa lainnya akan datang ke Banda meski hanya untuk sekedar neyaksikan langsung kejayaan nenek moyang mereka dahulu. Tentu akan menghasilkan keuntungan dinamis bagi negara, daerah umumnya dan mayarakat Banda khususnya. Karena kehadiran mereka dalam kapasitas sebagai wisatawan regional, bukan lagi sebagai bangsa kolonial seperti yang pernah terjadi pada ratusan tahun lalu.

 Semakin lama mereka menetap, maka semakin banyak uang yg mengalir di daerah dan bagi masyarakat setempat. Pendapatan disektor prawisata meninggkat. Pemilik home stay, hotel, dan penginapan mendapatkan penghasilan, juga para pengrajin usaha kuliner merasakan manfaatnya. Tidak hanya wisatawan regional, tetapi juga wisatawan domestik dan lokal akan berkunjung untuk mencari kedamaian hidup dan ketenagan batin dengan alam Banda, baik yang datang liburan atau yang sedang studi (tour) sejarah.

 Karena itu, pemerintah perlu memberikan perhatian penuh dari berbagai situs tersebut demi peningkatan industri parawisata berbasis cagar Budaya dan benda tinggalan sejarah, sehingga tidak hanya sekedar serimonial "makan patita" dalam setiap poroyek vistival sejarah dan budaya, tetapi juga memberikan perhatian dalam bentuk revitalisasi kawasan benteng yang sudah terlihat kumuh, kotor dan tidak lagi menarik minat wisatawan untuk mengujunginya. Karena benteng sejarah itu bukan hanya masa lalu, tetapi juga menetukan masa depan.

.* (K.R)

 

Share:

Unordered List

3/sosial/post-list

Latest blog posts

3-latest-65px

BTemplates.com

3/sosial/col-right
Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Statistik Pengunjung

Ekonomi

3/ekonomi/col-left

Publikasi

3/publikasi/feat-list

Error 404

Sorry! The content you were looking for does not exist or changed its url.

Please check if the url is written correctly or try using our search form.

Recent Posts

header ads
Ag-Historis

Text Widget

Sample Text

Pengikut

Slider

4-latest-1110px-slider

Mobile Logo Settings

Mobile Logo Settings
image

Comments

4-comments

Budaya

budaya/feat-big

Subscribe Us

Recent Posts

sejarah/hot-posts

Pages

Popular Posts