Menyajikan Data Mengungkap Fakta Menjadi Sejarah

Sejarah

3/sejarah/post-list

PEREMPUAN IPMAM MENGEJAR MIMPI DARI WILAYAH DOMESTIC MENUJU PUBLIK




Ingatkan Perempuan Ipmam, dan perempuan disekeliling Anda, karena terkadang mereka  Perlu diingatkan..!

Air mata adalah salah satu cara perempuan mengespresikan kegembiraanya, kegalauan, cinta, kesepian, penderitaan dan kebahagiaan. Perempuan akan mempunyai kekuatan yang mempesona laki-laki. Dapat mengatasi beban bahkan melebihi laki-laki. Dia pun mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapanya sendiri. Dia mampu menjerit bahkan saat hatinya menjerit. Mampu menyayangi saat menangis, menangis saat terharu, bahkan tertawa saat ketakutan. Dia berkorban demi orang yang dicintainya. Mampu berdiri melawan ketidak adilan. Dia tidak menolak kalaw melihat yang lebih baik. Dia menujukan dirinya untuk keluarganya. Dia membawa temanya yang sakit untuk berobat. Cinta tampa syarat. Dia menangis saat melihat anaknya pemenang. Dia girang dan bersorak saat melihat kawanya tertawa. Dia begitu bahagai saat mendengar kelahiran. Hatinya begitu sedih mendengar berita sakit dan kematian. Tetapi, Dia selalu punya kekuatan untuk mengatasi hidup. Dia tau bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka. Hanya ada satu yang kurang dari Perempuan. Dia lupa betapa berharganya Dia.....!!! (Deegly Humble; www.lintong.s5.com).
Setiap manusia punya hak bermimpi. Karena bermimpi hanya ada pada diri manusia. Mimpi bukan hanya diartikan sebagai sesuatu yang terlihat atau dialami dalam tidur. Tapi, seorang yang mencita-citakan sesuatu untuk keberhasilan dirinya dikemudian hari, itulah mimpi. Mimpi adalah dambaan  dan keinginan manusia dalam mencita-citakan suatu tujuan. Mimpi kadang terwujud di diluar dugaan manusia. Olehnya itu, setiap individu berhak untuk bermimpi, karena mimpi itu tidak dipungut biaya, alias gratis.
Sebagaimana Pimpinan Redaksi TVOne Karni Ilyas mengatakan bermimpi itu Halal. Tetapi ada syaratnya, yaitu bekerja keras, bekerja keras, dan bekerja keras. Itu artinya, setiap individu berhak bermimpi. Ingin punya rumah mewah, mobil mewah, istri cantik yang shaleha, suami ganteng yang beriman, keluarga bahagia, kaya raya, menjadi pimpinan revolusioner dan lain-lain. Namun impian itu, akan terwujud jika dibarengi dengan proses bekerja keras, berkeja cerdas, dan iklas beramal. Insyah Allah pasti bisa.
Sebagaiamana laki-laki, Perempuan juga punya hak yang sama untuk bermimpi, ingin menjadi pimpinan revolusioner dalam wilayah public. Menjadi pimpinan dalam organisasi, instansi suwasta, maupun pemerintah, lingkungan Masyarakat, Bangsa dan Negara, serta lingkungan paling terkecil adalah menjadi pimpinan dalam keluarga yaitu pimpinan untuk anak-anaknya. Karena mimpi adalah hak setiap manusia diseanteru jagad raya ini.
Sama seperti Perempuan yang ada pada genersai Ipmam, mereka berhak untuk bermimpi besar. Mencita-citakan sesuatu demi kesuksesan masadepan dirinya, kesejateraan hidupnya, kesuksesan karirnya, keberhasilan dalam mengatur suami dan anak-anaknya, serta bermimpi untuk menjadi pimpinan revolusioner dalam organisasi, masyarakat, bangsa, dan negara. Bermimpilah wahai perempuan Ipmam selama itu gratis. Namun untuk mewujudkan mimpi tersebut, sehingga tidak menjadi hayalan belaka. Maka, generasi perempuan militan Ipmam hari ini, perlu kiranya  mengikuti proses tampa henti-hentinya. Proses yang dimaksud adalah proses dalam dunia pendidikan.
Pendidikanlah yang dapat mewujudkan Mimpi besar generasi perempuan Ipmam. Karena mimpi hanya akan menjadi kahayalan belaka, jika tampa dilakukan dengan berproses di dunia pendidikan. Ini berarti,  Perempuan IPMAM dituntut untuk masuk dibangku pendidikan, belajar keras, dan bekerja cerdas demi sebuah mimpi yang besar, yaitu kesuksesan masa depan yang dicita-citakan. Kesuksesan Pendidikan adalah salah satu yang dapat mewujudkan mimpi generasi perempuan Ipmam meraih kesuksesan masa depan itu.
Hadirnya perempuan Ipmam dikanca pendidikan perguruan tinggi saat ini, justru semakin menambah kuwota kebangkitan generasi Perempuan Dusun Amaholu. Meraih Mimpi besar dalam katagori perempuan progresif dan bersolidaritas di lingkungan masyarakat, bangsa dan negara harus lewat sebuah proses kerja keras. Pendidikan tidaklah semata-mata membaca dan belajar. Pendidikan juga datang dari pengalaman hidup yang kita jalani di dalam perjuangan klas dan bagaimana kita meresponnya. Tiap individu harus disiapkan untuk meletakkan dirinya dalam barisan proses itu. Dan pengalaman hidup itu, bisa dipelajari dengan baik jika individu mempunyai dasar pendidikan formal yang didapatkan melalui jalur proses belajar dibangku pendidikan. Olehnya itu, Perempun Ipmam hari ini tidak mestinya mendapat diskriminasi dan tereleminasi dari keluarga dalam dunia pendidikan.
Ketakuatan orang tua menyekolahkan anak perempuan mereka akibat ada anggapan keliru. Bahwa Perempuan mestinya pantas mengurus kebutuhan domestic, dari pada harus menjadi pelayan publik. Memasak, mencuci, bersih-bersih rumah, jika sudah menikah harus mengurus Anak dan suaminya, dan tutut kesurga atau ke neraka bersama suaminya. Keadaan demikian menjadikan orang tua sering mempraktekan sifat diskriminatif dalam lingkungan keluarga terhadap anak perempuan mereka. Para Orang Tua, Lagi-lagi berangapan perempuan lebih mulia, jika harus bersama menemani orang tuanya, dan suaminya dirumah. Padahal tidak semestinya demikian.
Paling fenomenal, masyarakat di Daerah Huamual Barat Kabupaten Seram Bagian Barat Maluku dan lebih khusus masyarakat Dusun Amaholu. Dimana banyak anak perempuan memilih harus menikah di usia mudah, ketimbang berpendidikan dan mengejar mimpi untuk kesejateraan hidup masa depan dengan ilmu dan pengetahuan lewat sebuh proses dibangku pendidikan. Orang tua ingin cepat-cepat menikahkan anak perempuannya kadang, setelah lulus SD, dan SMP. Beruntung, jika anak perempuan mereka menikah setelah lulus SMA. Mungkin saja hal ini, lantaran ketakuatan orang tua jangan sampai jodoh anak perempuan mereka tak kunjung datang. Sehingga harus menikahkanya diusia mudah. Ataukah ? factor ekonomi sehingga orang tua, harus mendahulukan laki-laki untuk mengejar mimpi besarnya, sehingga tidak mau melirik anak perempuan mereka untuk berpendidikan tinggi. Perempuan yang dibumkan kemauan dan karirnya dalam keluarga diusia mudah, justru menjadikan anak perempuan frustasi, hingga harus menikah diusia muda dalam masa sekolah.
Rujukan Ini menjadi bijakan kita bersama generasi Ipmam khusunya bagi kaum perempuan. Para orang tua lebih mensakralkan anak perempuan, ketika bisa hidup berdampingan dengan orang tua. Kekhwatiran orang tua yang terlalu berlebihan, menyebabkan Anak perempuan mereka kadang  tidak bisa keluar kampung untuk menuntut ilmu dinegri orang. Anak perempuan cukup dirumah bersama orang tua, biarlah laki-laki yang berpendidikan tinggi. Soalnya anak perempuan jika disekolahkan lebih tinggi kadang putus ditengah jalan. Itulah anggapan para orang tua di Huamual Barat dan khususnya di Dusun Amaholu, yang kwatir dengan anak perempuan mereka untuk berpendidikan tinggi. Padahal anak lelaki pun tak dapat menjamin bisa menyelesaikan pendidikanya dengan baik.
Pengamatan penulis, masih banyak potensi perempuan Ipmam yang belum dikelolah dengan baik dan bijak. Mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan tingkat perguruan tinggi.  Mereka perempuan Ipmam punya kecerdasan skill dalam berkomunikasi dengan sesama sejawatnya. Sudah tidak jaman lagi, ketika para orang tua di Dusun Amaholu hari ini, terus membungkan dan melarang kebebasan anak perempuan untuk mengejar mimpinya didunia pendidikan.
Dari Kacamata penulis, jika di bandingkan antara perempuan yang ada pada generasi Ipmam dengan perempuan dari etnis dan daerah-daerah lain, maka perempuan  Ipmam jauh lebih tertinggal. Perempuan dari daerah lain di Profinsi Maluku misalnya etnis adat. Skop SBB, SBT, Maluku tenggara, dan lain-lain. Mereka lebih berfikir global, progresif, militant, melawan dan bersolidaritas. Ketertinggalan ini akibat dari pada factor orang tua yang sering memperioritaskan laki-laki dan mendiskriminasikan perempuan. Dan perempuan yang diberikan kebebasan namun akhirnya kebablasan, tampa memikirkan jeripaya dan kerja keras orang tua. Menyebabkan orang tua pun ikut Frustasi dan traumatic, jika harus menyekolahkan anak perempuan mereka jauh lebih tinggi. Harus menjadi evaluasi bersama, antara orang tua dan anak perempuanya didalam keluarga agar tidak terjebak dengan perlakuan diskriminatif.
Memang  Ipmam secara institusi hanya bisa mendorong dan memberikan masukan kepada perempuan Ipmam untuk mengejar impian itu. Tapi yang paling terpenting adalah, bagaimana para orang tua memberikan kepercayaan kepada anak perempuannya, agar bisa bersaing dalam dunia pendidikan seperti halnya perempuan didaerah lain. Dan perempuan pun ketika sudah diberikan kebebasan dari orang tua untuk berpendikan. Maka , tidak harus kebablasan yang berakibat pada putusnya proses dibangku pendidikan.
Ipmam secara institusi, mendorong generasi perempuan Ipmam yang progresif dan punya pemikiran kritis untuk menjadi pimpinan besar revolusioner Ipmam. Adalah sebuah prestasi, ketika hari ini Ipmam dipimpin oleh seorang perempuan yang progeresif dan bersolidaritas. Karena nantinya pimpinan ini, akan terus didorong untuk menjadi pimpinan-pimpinan besar yang revolusioner diwilayah yang berskala besar yaitu pimpinan daerah, nasional, bahkan internasional sekalipun.
Kebangkitan perempuan Ipman tidak harus dimaknai ansih, sebagai saingan bagi laki-laki Ipmam dalam meraih kepemimpin Ipmam. Munculnya Patriarki laki-laki terhadap kepemimpinan perempuan karena dalil fundamentalis Agama yang sempit dan berlebihan dalam kehidupan tradisional kemasyaakat dengan melarang prempuan sebagai motor pengerak di wilayah publik. Angapan tersebut bagian dari sebuah proses pembumkaman mimpi besar perempuan yang berpikiran progresif.
Ketika kebebasan perempuan Ipmam dalam merai kursi kepemimpinan organisasi masih dibumkan. Maka, itu bagian dari masih adanya patriarki dalam diri masing-masing anggota Ipmam khusunnya generasi laki-laki.
Ipmam sebagai sebuah organisasi memberikan Kebebasan dan kesempatan kepada perempuan Ipmam untuk menduduki kursi kepemimpinan, dan dianggap sebagai hal yang wajar jika dinilai punya kelayakan untuk membawa Ipmam kearah yang lebih baik. Namun potensi perempuan Ipmam yang progresif belum menampakan wujudnya, unggul diinternal dan diekternal organisasi. Belum ada yang kita dengar bahwa perempuan yang berasal dari generasi IPMAM berpestasi dan menduduki jabatan stategis diwilayah public baik diinstitusi ini maupun di institusi itu, organisasi ini dan itu, kampus ini dan itu. Dan Jika itu ada, maka itu adalah sebuah gebrakan baru dari perempuan  Ipmam untuk bangkit dan melawan ketretindasan pembungkaman dan sifat diskiminatif dari lingkungannya. Ini akibat perempuan Ipmam yang sudah masuk diwilayah public (keluar untuk berpendidkan), namun lagi-lagi berfikir mundur diwilayah domestic atau ingin cepat-cepat pulang kampung agar mengurus kerja-kerja pelayanan, Dapur, Sumur dan Kasur. Dengan tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban perempuan. Padahal mestinya berfikir mengejar  mimpi dari wilayah domestic menuju public. Sehingga ketika impian itu sudah terwujud, maka kerja-kerja domestic pun tidak ditinggalkan dan gampang dilaksanakan. Tinggal dibutuhkan manajemen waktu yang baik dan benar dari diri sendiri, sehingga mendapatkan keseimbangan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan.

Muncul lagi spekulasi atau anggapan keliru bahwa, ketika perempuan IPMAM mengambil tugas-tugas kepemimpinan paguyuban, justru akan membawa Ipmam kepada juran kehancuran. Memang tugas kepemimpinan paguyuban ini boleh dibilang hal kecil, dan sepele. Tapi, bukankah orang-orang besar (berhasil) mereka belajar dari hal-hal yang kecil dilingkungannya. Spekulasi ini, menyebabkan perempuan sering tergeser dari pimpinan revolusioner dilingkungan social (publik).
Sedikit mengutip apa yang dikatakan Pat Brewer dalam artikelnya “ Organisasi Revolusioner: Memajukan Perempuan sebagai Pimpinan Politik” bahwa salah satu anggapan sosial bagi kaum perempuan adalah mereka tidak harus mengemban tugas-tugas kepemimpinan. Kita diajarkan untuk takut pada konsekuensi dari upaya untuk memimpin; bahwa perbuatan semacam itu akan berarti menyepi dan menolak diri sendiri. Kita dikondisikan untuk memainkan peran pendukung di dalam keluarga, dicerminkan dalam bentuk kerja-kerja pelayanan yang merupakan pekerjaan sebagian besar perempuan sebagai tenaga kerja upahan. Kehendak sosial untuk mendukung dan melayani orang lain, laki-laki dan anak-anak, dapat disimpulkan dari anggapan yang menyatakan ‘dibelakang setiap kesuksesan laki-laki adalah seorang perempuan’. Dalam situasi sosial semacam inilah kaum perempuan lebih sulit untuk menjadi pimpinan politik yang percaya diri. Dan sulit bagi laki-laki, yang sudah ‘terbiasa’ berharap perempuan memainkan peran suportif dan patuh, untuk menerima perempuan sebagai pimpinan.
Menurutku bahwa agagapan yang paling keliru dan paling menyudutkan perempuan untuk memegang tongkat kepemimpinan hanya bisa didasari pada anggapan Agama yaitu“Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan”. Namun makna tersebut multitafsir. Bisa saja disala artikan oleh individu dan kelompok serta memanfaatkannya, agar mengeser posisi dan kedudukan perempuan dalam wilayah public, kewilayah domestik. Padahal agama tidaklah sempit seperti yang dimaknai oleh individu dan kelompok demikian. Karena Agama juga telah merekomendasikan bahwa Perempuan adalah Manusia. Dan sebagai seorang manusia berhak menjadi pimpinan dijagat raya ini. Sebenarnya, ini hanyala persoalan kedudukan dan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam lingkungan masyarakat Bangsa dan Negara. Kaum laki-laki sering kali menganggap bahwa perempuan tidak setara dengan laki-laki. Anggapan ini jusrtu memposisikan perempuan sebagai manusia kelas dua yang pantas mengurus; Sumur, Dapur, dan Kasur serta tidak layak menjadi pimpinan.
Padahal para ahli antropologi sudah menemukan bahwa keadaannya tidaklah selalu demikian.  Dalam masyarakat Indian Iroquis, misalnya, kedudukan perempuan dan laki-laki benar-benar setara. Bahkan, semua laki-laki dan perempuan dewasa otomatis menjadi anggota dari Dewan Suku, yang berhak memilih dan mencopot ketua suku. Jabatan ketua suku dalam masyarakat Indian Iroquis tidaklah diwariskan, melainkan merupakan penunjukan dari warga suku melalui sebuah pemilihan langsung yang melibatkan semua laki-laki dan perempuan secara setara.
Keadaan ini berlangsung sampai jauh ke abad ke 19. Dalam masyarakat Jermania, ketika mereka masih mengembara di luar perbatasan dengan Romawi, berlaku juga keadaan yang sama. Kaum perempuan mereka memiliki hak dan kewajiban yang setara dengan kaum laki-lakinya. Peran yang mereka ambil dalam pengambilan keputusanpun setara karena setiap perempuan dewasa adalah juga anggota dari Dewan Suku.
Demikian pula yang berlaku di tengah suku-suku Schytia dari Asia Tengah. Di tengah mereka, bahkan perempuan dapat diangkat menjadi prajurit dan pemimpin perang. Namun jika kita cermati lebih lanjut, masyarakat-masyarakat di mana kedudukan perempuan dan laki-laki benar-benar setara ini adalah masyarakat nomaden, yang mengandalkan perburuan dan pengumpulan bahan makanan sebagai sumber penghidupan utama mereka. Suku-suku Indian Iroquis sudah mulai bertanam jagung, namun masih dalam bentuk sangat sederhana. Demikian pula yang berlaku di tengah masyarakat Jermania dan Schytia. Pertanian, bagi mereka, hanyalah pengisi waktu ketika hewan-hewan buruan mereka sedang menetap di satu tempat. Data-data arkeologi bahkan menunjukkan bahwa pertanian primitif ini hanya dikerjakan oleh kaum perempuan sebagai pengisi waktu senggang, dan tidak dianggap sebagai satu hal yang terlalu penting untuk dapat dikerjakan oleh seluruh suku secara bersama-sama.
Namun, ketika berbagai masyarakat manusia menggeser prikehidupannya ke arah masyarakat pertanian, seluruh struktur masyarakatpun berubah. Termasuk di antaranya hubungan antara laki-laki dan perempuan. Konsep Pertanianlah yang membentuk Bangkitnya Patriarki yang mengeser kedudukan perempuan diwilayah public. Berlawanan dengan pandangan umum tentang bangkitnya masyarakat pertanian, umat manusia tidaklah dengan sukarela memeluk pertanian sebagai cara hidup. Biasanya, orang beranggapan bahwa manusia mulai bertani ketika mereka menemukan daerah-daerah subur yang cocok untuk bertani. Namun, data-data arkeologi dan antropologi menunjukkan bahwa manusia mulai bertani ketika mereka terdesak oleh perubahan kondisi alam, di mana kondisi yang baru tidak lagi memberi mereka kemungkinan untuk bertahan hidup hanya dari berburu dan mengumpul bahan makanan.
Peradaban pertanian yang pertama kali muncul adalah peradaban Sumeria dan Mesir. Keduanya lahir dari terdesaknya suku-suku manusia yang mengembara di dataran padang rumput yang kini dikenal sebagai Afrasia. Padang rumput kuno yang kini sudah musnah ini membentang dari daerah pegunungan Afrika Timur melalui Arabia sampai pegunungan Ural di Asia Tengah. Sekitar 8.000 - 11.000 tahun yang lalu, ketika Jaman Es terakhir telah berakhir, padang rumput ini mengalami ketandusan akibat perubahan iklim. Ketandusan ini berawal dari daerah Arabia dan meluas ke utara dan selatan. Bersamaan dengan mengeringnya padang rumput ini, hewan-hewan buruan akan berpindah mencari tempat yang masih subur. Para pemburu dan pengumpul yang mengikuti hewan buruan ke utara akhirnya bertemu dengan lembah sungai Efrat dan Tigris, sementara yang ke selatan bertemu dengan lembah sungai Nil. Pada masa itu, sebuah lembah sungai merupakan medan yang tak tertembus oleh manusia, contoh modern dari lembah-lembah sungai yang masih perawan seperti ini dapat kita lihat di Papua. Karena terjepit antara dua keadaan yang berbahaya bagi kelangsungan hidup mereka, kelompok-kelompok pemburu dan pengumpul ini akhirnya memutuskan untuk bergerak memasuki lembah-lembah sungai ini dan berusaha menaklukkannya - setidaknya, di lembah-lembah sungai ini masih tersedia air.
Proses penaklukan ini pasti berjalan dengan amat beratnya karena peralatan yang mereka miliki, pada awalnya, hanyalah peralatan untuk berburu. Kini mereka harus menciptakan improvisasi bagi alat-alat mereka supaya dapat digunakan untuk membersihkan lahan. Karena peralatan mereka yang primitif itu, proses pembukaan lahan ini dapat berlangsung beratus tahun lamanya. Sementara jarang ada binatang buruan yang akan mengikuti mereka memasuki lembah-lembah sungai itu. Mereka dihadapkan pada keharusan untuk menemukan sumber makanan lain.
Dan di saat inilah, menurut data arkeologi, kaum perempuan muncul sebagai juru selamat. Mereka menggunakan ketrampilan mereka untuk mengolah biji-bijian menjadi tanaman untuk mendapatkan bahan makanan bagi seluruh komunitas. Apa yang tadinya hanya pengisi waktu senggang kini menjadi sumber penghidupan utama seluruh masyarakat.
            Keharusan manusia untuk menemukan cara-cara baru untuk mempertahankan hidupnya membuat perkembangan teknologi berlangsung dengan pesat di tengah masyarakat pertanian, jika dibandingkan dengan perkembangan teknologi dalam masa-masa sebelumnya. Dengan perkembangan teknologi ini, apa yang tadinya hanya dapat dikerjakan bersama-sama (komunal) kini dapat dikerjakan secara sendirian (individual). Proses untuk menghasilkan sumber penghidupan kini berangsur-angsur berubah dari proses komunal menjadi proses individual.
Dan, hal yang paling wajar ketika pekerjaan sudah dilakukan secara individual adalah bahwa hasilnya kemudian menjadi milik individu (perorangan). Pertanian memperkenalkan kepemilikan pribadi pada umat manusia.
Di samping itu, pertanian sesungguhnya menghasilkan lebih banyak daripada berburu dan mengumpul. Tiap kali panen, manusia menghasilkan jauh lebih banyak daripada yang dapat dihabiskannya. Dengan kata lain, pertanian memperkenalkan hasil lebih pada pri-kehidupan manusia. Namun, hasil lebih ini tidaklah muncul secara kontinyu, melainkan dalam paket-paket. Sekali panen, mereka mendapat hasil banyak, namun hasil itu harus dijaga agar cukup sampai panen berikutnya. Hal ini menumbuhkan keharusan untuk menjaga dan membagi hasil lebih ini. Melalui proses ratusan tahun, kedua keharusan ini menumbuhkan tentara dan birokrasi. Dengan kata lain, pertanian memperkenalkan Negara pada pri-kehidupan manusia. Sekalipun berlangsung berangsur-angsur selama ratusan tahun, pada satu titik, perubahan-perubahan kecil ini menghasilkan lompatan besar pada pri-kehidupan manusia. Terlebih lagi setelah pertanian diperkenalkan, baik melalui penaklukan atau melalui proses inkulturasi, pada peradaban-peradaban lain di seluruh dunia.
Dan salah satu perubahan penting ini terjadi pada pembagian peran antara laki-laki dan perempuan.
Pertama, pertanian pada awalnya membutuhkan banyak tenaga untuk membuka lahan karena tingkat teknologi yang rendah. Hanya dari proses ekstensifikasi (perluasan lahan)-lah pertambahan hasil dapat diperoleh. Oleh karena itu, proses reproduksi manusia menjadi salah satu proses yang penting untuk mendapatkan sebanyak mungkin tenaga pengolah lahan pertanian. Aktivitas seksual, yang tidak pernah dianggap penting, bahkan dianggap beban, di tengah masyarakat berburu dan mengumpul, kini menjadi satu aktivitas yang penting. Dewi Kesuburan merupakan salah satu dewi terpenting di tengah masyarakat pertanian, bukan hanya berkenaan dengan kesuburan tanah melainkan juga tingkat kesuburan reproduksi perempuan.
                 Dan sebagai akibat logis dari keadaan ini kaum perempuan semakin tersingkir dari proses produktif di tengah masyarakat. Waktunya semakin lama semakin terserap ke dalam kegiatan-kegiatan reproduktif.
Kedua, teknologi pertanian yang maju semakin pesat ini ternyata malah membuat aktivitas produksi di sektor pertanian menjadi semakin tertutup buat perempuan. Penemuan arkeologi menunjukkan bahwa ditemukannya bajak (luku) telah menggusur kaum perempuan dari lapangan ekonomi. Bajak merupakan alat pertanian yang berat, yang tidak mungkin dikendalikan oleh perempuan. Terlebih lagi bajak biasanya ditarik dengan menggunakan tenaga hewan ternak, di mana pengendalian terhadap ternak memang merupakan wilayah ketrampilan kaum laki-laki. Intrusi (mendesak masuknya) peternakan ke dalam pertanian telah membuat ruang bagi kaum perempuan, yang keahliannya hanya dalam bidang pertanian, semakin tertutup.
Karena perempuan semakin tidak mampu bergiat dalam lapangan produksi, maka iapun semakin tergeser ke pekerjaan-pekerjaan domestik (rumah tangga). Dan ketika perempuan telah semakin terdesak ke lapangan domestik inilah patriarki mulai menampakkan batang hidungnya di muka bumi. Tergesernya kaum perempuan dari lapangan produktif ini terjadi dalam konteks berkembangnya kepemilikan pribadi. Dengan semakin bergesernya proses produksi menjadi sebuah proses perorangan, maka unit pengaturan masyarakat pun berubah. Jika tadinya unit pengaturan masyarakat yang terkecil adalah suku maka kini muncullah sebuah lembaga baru, yakni keluarga.
Dari penjelasan tersebut diatas bahwa masih ada satu faktor lagi yang mengukuhkan ketertindasan perempuan: kepemilikan pribadi. Kepemilikan pribadi tumbuh dari sebuah proses produksi yang perorangan, di mana seluruh barang kebutuhan dihasilkan oleh perorangan. Oleh karena itu, perjuangan pembebasan terhadap perempuan tidaklah dapat dilepaskan dari perjuangan untuk mengubah kendali atas proses produksi (dan hasil-hasilnya) dari tangan perorangan (pribadi) ke tangan masyarakat (sosial). Sebaliknya, pengalihan kendali ini tidak akan berhasil jika kaum perempuan belumlah terbebaskan.
Tidaklah mungkin membuat satu pengendalian produksi (dan pembagian hasilnya) secara sosial jika kaum perempuan, yang mencakup setidaknya setengah dari jumlah umat manusia, tidaklah terlibat dalam pengendalian itu. Di sinilah kita dapat menarik satu kesimpulan: Pertama; Perjuangan Pembebasan perempuan akan berhasil dengan sempurna jika ia disatukan dengan perjuangan untuk mencapai sosialisme. Dan sebaliknya, perjuangan untuk sosialisme akan juga berhasil dengan sempurna jika perjuangan ini menempatkan pembebasan perempuan sebagai salah satu tujuan utamanya. Kedua; perjuangan ini tidak boleh dipisahkan, atau yang satu didahulukan daripada yang lain. Keduanya harus berjalan bersamaan dan saling mengisi. Hanya dengan demikianlah kaum perempuan akan dapat dikembalikan pada posisi terhormat dalam masyarakat - sejajar dengan laki-laki dalam segala bidang kehidupan: ekonomi, sosial dan politik. (Materi Asal-usul Penindasan Perempuan oleh Bibang Perempuan Pembebasan).
Jadi kesimpulanku bahwa tidak ada alasan untuk mengatakan Perempuan Ipmam hanya bisa mengurus wilayah domestik (Sumur Dapur, Kasur) namun wilayah public pun harus menjadi impianya. Sebagai manusia, maka punya hak yang sama mengejar mimpi kesejateraan hidup dan menjadi pimpinan yang revolusioner. Saatnya perempuan Ipmam agar “adil sejak dalam pikiran lalu mengubah dunia. Demi mewujudkan impian kesejatraan masa depan tampa diskriminati dan tereleminasi dari wilayah public dengan tidak harus meninggalkan wilayah domestik.[1]







[1] Tulisan di atas, ditulis hanya untuk mengisi waktu. Ditulis dikamar sunyi senyap, tampa Rokok, tampa kopi, hanya ditemani segelas Aqua. Ku minum untuk menghilangkan haus disaat menulis. Terispirasi ketika Ku buka Profil AD/ART Paguyuban Ikatan Pelajar Mahasiswa Amaholu (IPMAM) Dusun Amaholu Negri Luhu Kec. Huamual, Kab. Seram Bagian Barat Maluku. Dipadukan dengan materi asal-usul penindasan perempuan, pendidikan politk dasar I pembebasan. Semoga bermanfaat Dan menginspirasi perempuan khususnya Generasi IPMAM meraih mimpi.
Share:

Hancurnya Etika Generasi Ipmam Ditengah Arus Globalisasi



Kehancuran etika, dan bobroknya mentalitas genersi, akibat tidak terkontrolnya arus globalisasi yang melanda setiap generasi tersebut dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Generasi bisa menjadi baik, utuh, dan punya komitmen dalam pembagunan sumberdaya manusia berkwalitas yang dicita-citakan bersama, ketika generasi itu, dapat menjunjung tinggi nilai-nilai etika.  Generasi yang beretika, akan lebih menghargai dan saling menghormati disetiap pergaulan dalam lingkungan masyarakat itu sendiri. Etika juga bisa dimanfaatkan untuk mendukung traspormasi arus globalisasi saat ini. Dimana setiap generasi dapat  memanfaatkan informasi, transportasi dan komunikasi dengan etika yang baik dan benar sesuai norma yang berlaku dimasyarakat.
Generasi Ipmam yang progresif, militant, dan bersolidaritas hari ini, adalah bentukan generasi masalalu.  Generasi yang menghargai keringat dan jasa perjuangan generasi terdahulu. Generasi yang tidak mudah melupakan perjuangan masalalu generasinya. Belajar dari masa lalu, akan menjadikan generasi Ipmam cerah dan  unggul dikemudian hari. Sebab masa lalu adalah pengalaman terbaik untuk masa depan. Generasi Dusun Amaholu masalalu yaitu generasi yang menjunjung tinggi etika,  solidaritas, gotong-royong, dan memiliki sopan santun terhadap sesama masyarakat. Sifat solidaritas generasi terdahulu seperti digambarkan masyarakt di Dusun Amaholu, misalkan ketika ingin mendirikan rumah. Maka, warga secara gotong royong membantu. Prinsipnya bekerja besama-sama untuk kesejateraan hidup bersama. Ketika ada tetangga meminta tolong,  tetangga yang orang lain membantu, jika dalam sebuah keluarga sudah tidak beretika, keluarga yang lain menasehati. Anak muda masih menghargai orang tua. Orang tua mendidik anaknya, dengan nilai-nilai etika didalam kehidupan keluarganya. Anak masih berbudi luhur dengan orang tuanya, orang tua berprilaku baik terhadap anaknya. Orang tua ketika menyuruh anaknya tampa ada bantahan sedikit pun dari anak, dan tidak ada anak yang mendapat perlakuan kasar dari orangtuanya. Begitulah kehidupan generasi Dusun Amaholu masa lalu. Generasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika.
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti yaitu tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Jadi, etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika tidak sama dengan etiket, “Etika” berarti “moral” dan “Etiket” berarti “sopan santun”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1989), menjelaskan Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlaq); kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlaq; nilai mengenai nilai benar dan salah, yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Etika berkaitan dengan nilai, norma, dan moral. Di dalam Dictionary of Sosciology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai dan pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi nilai itu hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri. Di dalam nilai itu sendiri terkandung cita-cita, harapan-harapan, dambaan-dambaan dan keharusan. Sehingga yang pastinya setiap masyarakat menginginkan agar generasinya harus beretika dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika itu.
Masyarakat Dusun Amaholu Khusus para orang tua juga sangat mendambakan jika generasi mereka beretika dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika dalam pergaulanya dilingkungan keluarga maupun masyarakat. Mengormati orang yang lebih tua, dan tidak berprilaku buruk dihadapan orang tua. Sehingga etika tetap ada dan dapat dipraaktekan dilingkungan keluarga maupun masyarakat, demi keutuhan mentalitas dan moralitas generasi. Dengan beretika, generasi Ipmam dapat berperilaku etiket atau sopan santun terhadap siapa pun dan apapun itu.
Namun dengan perkembangan traspormasi arus globalisasi yang menembus batas ruang dan waktu ini. Nilai etika itu, perlahan-lahan menghilang ditelan jaman. Munculnya prilaku globalisasi, menjadikan generasi Ipmam  jauh dari niai-nilai etika, angkuh, dan takabur terhadap orang lain. Merasa dirinya serba bisa, menyebabkan ia tidak menghargai orang lain dalam pergaulanya dilingkungan masyarakat khususnya masyarakat Dusun Amaholu. Anak sudah tidak menghargai orang tuanya, dalam bertingkah laku dan berkomunikas. Anak mudah kurang menghargai orang yang lebih dituakan, Parahnya lagi, orang tua menganggap prilaku anak seperti itu, biasa-biasa saja. Padahal prilaku buruk yang ditunjukan anak sudah luar bisa terjadi dihadapan orang tuanya.
 Ilmu pengetahuan yang dimiliki generasi Ipmam tidak akan berarti apa-apa, jika didalam pergaulan dilingkungan masyarakat, sudah tidak ada lagi nilai-nilai etika. Selaku generasi yang mendambakan pentingnya nilai-nilai etika, sudah sepantasnya Ipmam secara institusi mentransperkan nilai-nilai etika itu dalam pergaulan dengan masyarakat. Tetapi, tansper nilai etika tidak akan sedikit pun menyetuh masyarakat, ketika generasi cerdas Ipmam belum menunjukan mental dan moralitas yang baik kepada masyarakat.
Generasi Ipmam khusnya kaum intelektual sering mendapat cemooh dari para orang tua, akibat kurang adanya etika baik yang ditunjukan dilingkungan masyarakat. Siswa dan Mahasiswa yang mondar mandir keliling kampung tidak tau arah dan tujuannya, ketika melihat dan melewati orang tua yang sedang duduk, tidak ada tegur sapa. Lewat begitu saja. Siswa dan mahsiswa Sering mabuk-mabukan didalam kampung, ikut pesta kampung bersama pemuda-pemuda kampung, dikampung-kampung tetangga. Pokoknya, para orang tua sudah tidak bisa lagi mengurus kelakuan generasi Ipmam yang semakin menjadi-jadi. Prilaku yang paling rusak yang ditunjukan generasi Ipmam ketika berada dilingkungan masyarakat yaitu disaat hari lebaran itu tiba. Generasi Ipmam yang memakai lebel siswa dan mahasiswa ada yang paling senang jika harus mengonsumsi minuman keras (miras) disaat lebaran. Para orang tua kampung hanya bisa sapu dada dan mengatakan, kenapa! generasi Amaholu sudah semakin hancur seperti itu. Problem Ini yang harus dipikirkan bersama oleh kaum intelektul Ipmam lainya yang peduli akan perubahan kampung.
Budaya joget yang sering dipraktekan oleh sebagian genersi-generasi Ipmam di Dusun-Dusun tetangga ketika malam pesta tiba. Semakin menjadikan generasi Ipmam jauh dari nilai-nilai etika, dan seruan syariat islam agar menghindari perbuatan keji dan mungkar tersebut. Padahal perbuatan itu adalah perbuatan setan yang akan membawa generasi Ipmam kepada jurang kehancuran.
Dusun Amaholu sejak dulu sampai sekarang, paling melarang pesta joget diadakan didalam kampung. Namun sebagian generasinya paling senang jika harus mengikuti pesta joget dikampung-kampung tetangga. Ketika generasi  Dusun Amaholu yang ikut pesta joget dikampung lain, kemudian melakukan sedikit kesalahan, joget tidak sopan, minum mabuk dipesta orang lain, dan lain sebagainya. Maka, sudah barang tentu citra Dusun Amaholu akan semakin buruk dihadapan Dusun-Dusun lain. Hanya lantaran perbuatan individu-individu generasi Dusun Amaholu pecandu joget.  Dusun Amaholu selama ini dikenal oleh Dusun-Dusun lain diwilayah pesisir Huamual Barat, dengan sebutan Dusun yang taat beragama. Namun ungkapan itu hanya bisa dilihat dari sisi eksternal, tapi dari sisi internal belum begitu mendukung untuk katagori Dusun yang punya ketaatan beragama.
Budaya Joget adalah hal yang wajar bagi anak muda yang jauh dari syariah. Tetapi, paling tidak wajar jika harus datang dipesta orang lain, dengan tidak menunjukan etika dan sopan santun yang baik. Mabuk-mabukan dipesta, joget yang tidak beraturan, kurang adanya sopan santun yang ditunjukan terhadap pasangan joget. Inilah yang membuat citra Dusun Amaholu tercoreng.
Penulis mengambil contoh kasus pesta joget agar memperjelas persoalan dimana penulis menyaksikan langsung bertapa hancurnya etika, dan tidak adanya etiket baik generasi Ipmam ditengan keidahan arus globalisasi ini;
Pesta joget yang dipraktekan sebagian generasi Ipmam di Dusun lain, sebut saja Dusun Talaga Indah pada tahun 2012 lalu. Generasi Ipmam khusunya pelajar, dimana saat itu tengah melaksanakan kegiatan Volly Ball dan sepak bola, untuk mengembangkan bakat dan menumbuhkan minat olahraga dikalangan generasi muda Dusun Amaholu. Para pelajar berinisiatif mengundang pelajar Dusun Talaga Indah untuk bermain Volly Ball dan Sepak Bolla. Sebagai bentuk solidaritas (persahabatan) sesama pelajar. Undangannya boleh dibilang ekspansi wilayah Kecamatan. Pelajar Amaholu dari Kecamatan Huamual, dan Pelajar Talaga Indah, dari Kecamatan Waisala dalam lingkup wilayah  Kabupaten Seram Bagian Barat. Luar biasa hebatnya persahabatan para pelajar.
Sungguh Aneh tapi nyata. Baru pertama kali terjadi untuk ukuran generasi muda Dusun Amaholu.  Pelajar Dusun Amaholu yang mengundang Dusun Talaga Indah, justru tempat mainya di Dusun Talaga Indah. Pelajar Dusun Amaholu yang mengundang bukan yang di undang tapi, tempat mainya di Dusun yang diundang. Alsanyanya sederhana, hanya lantara Dusun Amaholu tidak punya Lapangan bola kali. Alasan yang tidak logis tapi, masih bisa diterima, namun bisa dipertimbangkan. Disisi lain  alasan tersebut dibarengi dengan dilarangnya Dusun Amaholu melaksanakan pesta joget didalam kampung. Jadi menurut pelajar, apapun undangannya, bagaimana pun bentuknya, mainya harus di Dusun Talaga Indah.
Setelah siangnya melangsungkan kegiatan permainan Volly Ball dan Sepak Bola, Pelajar Amaholu ditahan oleh Pelajar Talaga Indah untuk bermalam. Karena ditahan bermalam, para Pelajar Dusun Amaholu pun ikut bermalam, mumpun hanya satu malam. Kemudian para pelajar kedua belapihak bersepakat untuk melangsungkan pesta joget. Memang rencana joget itu, sudah ada sejak awal dalam angenda kegiatan. Demi menghilangkan rasa cape permainan olah raga itu. Happy happy biar capenya hilang. Joget pun belangsung cukup meriah, aman, nyaman, damai, rukun, tampa ada ganguan, sehingga pesta joget berlangsung sampai pagi.
Hari berikutnya, Pelajar Dusun Amaholu kembali diundang oleh pelajar Dusun Talaga Indah untuk bermain Volly Ball dan Sepak Bola. Undangan kali ini sebagai bentuk undangan balasan, karena tadinya pelajar Dusun Amaholu yang mengundang, kini giliran pelajar Dusun Talaga Indah yang mengundang.  Pelajar Dusun Amaholu yang diundang, dan Pelajar Dusun Talaga Indah yang mengundang. Permainan olah raga tersebut dilangsungkan di Dusun Talaga Indah. Sekitar ratusan orang yang ikut berangkat dari Dusun Amaholu menuju Dusun Talaga Indah. Para pemain dan penontong terdiri dari Pelajar laki-laki dan perempuan, gabung pemuda-pemudi, juga puluhan orang tua ikut serta dalam rombongan tersebut. Ada beberapa orang tua khusunya ibu-ibu yang berangkat bersama rombongan itu, namun bertujuan  ingin mencari batang ubih di Dusun Talaga Indah. Beberapa ibu-ibu itu, Bukan bermaksud ingin menoton permainan tapi, karena kebetulan bertepanatan dengan kegiatan pelajar akhirnya bebrapa orang ibu-ibu itu, juga ikut berangkat berasama para rombongan menuju tempat kegiatan.
Keberangkatan rombongan Pelajar dari Dusun Amaholu menuju Dusun Talaga Indah dengan mengunakan dua buah kapal Motor (TS) alias Bodi Minyak. Kedua kapal motor tersebut, terlihat sarat dengan penumpang. Sampai-sampai awak kapal motor melarang penumpagnya untuk duduk diatas Dek Kap. Menghindari jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bersama. Suasana motor berjalan diair laut, seakan berjalan dilautan minyak. Laut yang tenang dan tak bergelombang membuat perjalanan semakin asik, indah dipandang mata. Dibarengi lantunan merdu suara music, menambah semangat generasi mudah IPMAM ingin tetap melakukan kegiatan yang sama dikemudian hari dibidang olah raga. Sesampainya di Dusun Talaga Indah, ratusan orang berjejer di Talut Pantai menyaksikan datangnya rombongan pelajar Dusun Amaholu itu. Para Perajar di Dusun talaga indah  langsung menyabut kehadiran rombongan itu dengan ucapan selamat datang. Rombongan Pelajar Dusun Amaholu kemudian diarahkan disabuah yang telah disediakan. Tidak ada arahan dan sepata kata yang keluar dari perwakilan pelajar dari kedua bela pihak. Tampa berlamam-lama didalam sabuah, Pelajar talagah Indah langsung mengambil tamunya masing-masing, agar bisa beristrahat dirumah untuk sebentar persiapan bermainan. Karena pelajar Talaga Indah kuantitasnya sedikit, dibanding dengan pelajar dan pemuda Dusun Amaholu yang datang. Para orang tua dan pemuda yang merasa iba terut mengambil tamu sehingga tidak ada rombongan dari dusun Amaholu yang diterlantarkan.
Namun sebagian besar Masyarakat talagga Indah tidak tau menau dengan kegiatan pelajar tersebut. Sehinngga masyarakat juga tidak ambil pusing dengan kedatang Rombongan pelajar itu. Masyarakat terlihat seakan Acuh, para pemuda juga sebagian besar tak menghiraukan kegiatan tersebut.
Kesalahan ini terjadi karena sebelumnya para pelajar Dusun talagga indah tidak mengomunikasikan langsung dengan tokoh-tokoh masyarakat, terutama Kepala Dusun dan kepala pemuda sebagai pemegang kekuasaan tertinggi diwilayah Dusun tersebut. Jika hal itu dikomunikasikan, komunikasi hanya sampai sebatas pemberitahuan kepada masyarakat tentang kegiatan pelajar bukan kegiatan pemuda dan masyarakat. sehingga kepala pemuda dan pemuda lainnya di Dusun Talagga indah tidak mau bertanggung jawab dengan tamu yang ada. Bahkan kepala pemuda pun tidak pernah tau jika pelajar mendirikan sabuah didusun talaga indah. “Saya tidak tau jika pelajar mendirikan sabuh untuk pesta joget, memang sebelumnya pelajar  mengundang saya rapat bersama tapi, setelah itu pelajar sudah tidak memberitahu saya. dan saya tau persis itu kegiatan pelajar dan tidak melibatkan pemuda dan masyarakat. Jadi kalau kegiatan olah raga itu diselipkan dengan pesta joget saya tidak mau bertanggung jawab. Ungkap kepala pemuda Dusun Talaga Indah kepada saya (kharen) dan teman (kardin).
 Sempat terjadi miskomunikasi antara masyarakat, pemuda dan pelajar talaga indah tetang kegiatan yang diselengarakan para pelajar tersebut. Namun bisa diselesaikan dengan kekeluargaan sebab tamu sudah telanjur ada.
Mendengar kegiatan pelajar yang menakjubkan dan spektakuler itu, beberapa orang tua menyusul pelajar dari belakang dengan mengunakan kendaraan pentura. Kedatangan beberapa orang tua itu, ingin menyakisikan langsung permainan para Pelajar dan Pemuda Dusun Amaholu yang sedang bermain di Dusun Talaga Indah. Kedatangan beberapa orang tua tersebut sekaligus mengunjunggi kenalan dan sanak saudara mereka yang ada di Dusun Talaga Indah. Namun kedatangan beberapa orang tua itu, bukannya memberikan sport kepada para pelajar yang sedang melangsungkan permainan tapi, justru datang untuk menunjukan kebolehanya minum mabuk, lalu membuat keonaran sesama mereka di Dusun Talaga Indah. Hingga ada bahasa yang keluar dari warga Dusun Talaga Indah bahwa, “ternayata masyarakat Dusun Amaholu yang selama ini dikenal dengan Dusun taat Agama tapi, orangnya paling hancur”. Seorang ibu dari Dusun Amaholu yang mendengar bahasa tersebut tak ambil baik, menyahutnya dengan ungkapan, “kalaw bilang orang Amaholu itu lihat orangnya, jangan asal bilang, satu orang punya perbuatan jangan nama Dusun Amaholu yang dibawah-bawah”. Warga Talaga Indah yang mengucap itu langsung berdiam diri, dan hanya bisa menyaksikan beberapa orang tua dari Dusun Amaholu yang tengah mabuk parah.
Permainan berlangsung cukup seruh, para penontong saling usil, saling memberikan sport diantara kedua pendukung pun tampak terlihat. Setelah pemainan itu dilaksanakan, pelajar Dusun Amaholu kembali ditahan oleh pelajar Dusun Talaga Indah, agar bermalam untuk bersama melangsungkan pesta kadayo. Kalau pesta sebelumnya hanya mengunakan tep kampung kumpul-kumpul, pesta kali ini luar biasa,  mengunakan alat dari luar kampung yang biasa dipakai pada acara-acara besar. Pesta sebelumnya belum diketahu dusun-dusun tetangga, kali ini baik yang dekat maupun yang jauh juga turut datang mengambil bagian dan menikmati indahnya pesta joget itu.
Daya tariknya pesta joget tersebut paling luar biasa, paling meriah, sebab bukan hanya pelajar Dusun Amaholu dan pelajar Dusun Talaga Indah yang melangsungkan kadayo. Namun Dusun-Dusun yang lain pun turut hadir. Namanya juga pesta joget tamu yang tak diudang juga punya hak yang sama untuk menikmati joget. Pelajar Dusun Amaholu SMP laki-laki dan perempuan yang seharusnya belum pantas joget, karena bisa dibilang dibawa umur, juga turut coba-coba mengambil bagian, menikmati meriahnya pesta joget dimalam itu. Orang yang tak biasa joget dan belum pernah joget sama sekali, hanya bisa menjadi penontong dari luar sabuah. Namanya juga pesta joget, bermacam-macam proferman bisa dilihat didalam maupun diluar sabuah. Ada yang minum mabuk baru bisa joget, ada yang sudah tidak bisa joget karna mabuk parah. Bahkan ada yang mengonsumsi minuman keras diluar sabuah, sambil menikmati kerasnnya lantunan lagu disko. Lelaki joget sesama lelaki, perempuan joget sesama perempuan, dan ada perempuan dan lagi-laki joget berpasangan sambil keluar atau istilah kampung joget cabu-cabu. Macam-macam model jika kita yang melihat meriahnya malam pesta dimalam itu.
Para Lelaki dari Dusun Amaholu diberikan tanggungjawab oleh ketua pelajar untuk mengontrol perempuan-perempuan jangan sampai berkeliuran diluar pesta, yang menyebabkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Perempuan dari Dusun Amaholu yang sudah joget didalam sabuah dilarang keluar, jika ada yang keluar harus diantar oleh lelaki yang juga berasal dari Dusun Amaholu. Betapa perhatian para lelaki terhadap perempuan ketika berada dalam suasana pesta. Betapa baikanya, para pemuda dan pelajar lelaki Dusun Amaholu terhadap saudara perempuan mereka. Tetapi, parahnya kebaikan itu berada dalam wilayah kejahatan, jadi waspadalah.!
Meriahnya pesta joget hanya berlangsung dipertengahan malam. Bentrok pun terjadi diantara sesama pemuda yang sudah dirasuki minuman alcohol. Tak tau dari mana mereka berasal. Namanya juga pesta joget, bentrok alis kaco, sudah menjadi bagian dari bumbu kemeriah pesta joget. Pemuda yang senang dengan kekacauan itu tampil seperti pahalawan, siap dibunuh dan membunuh. Bahkan ada isu yang berkembang, ternyata yang bikin keonaran ditengah meriahnya pesta joget itu adalah salah satu pemuda Amaholu dan salah satu pemuda talaga Indah, hanya karena kesalapahaman. Siapa pun dia yang buat keonaran, maka citra kampung lagi yang dibawah-bawah. Kondisi keamanan pesta sudah tidak bisa terjamin. Pesta yang tadinya meriah, kini kembali hening. Pesta pun ditutup. Ketika keamanan sudah tidak lagi terjamin. Maka, datanglah pihak keamanan dalam hal ini aparat kepolisian untuk mengamankan dan menanyakan legalitas formal pesta joget yang dilaksanakan. Ketika pihak kepolisian menanyakan siapa yang bertanggung jawab dengan pesta tersebut. Tidak ada satu pihak pun yang mau bertanggung jawab, baik dari pelajar dan pemuda Dusun Talaga indah maupun Pelajar Dusun Amaholu. Memang generasi muda kedua belapihak, paling berani berbuat tapi tak berani bertanggung jawab.
Pagi sekitar pukul 08.30 Wit, rombongan pelajar Dusun Amaholu, bergegas pulang di Dusun Amaholu. Setibahnya dikampung, para orang tua-tua dikampung mulai bercerita tentang prilaku Anak-anak pelajar yang ikut dalam pesta joget itu. Orang tua hanya bisa melengeng kepala, kenapa generasi Amaholu bisa seperti itu, bahkan sampai-sampai tokoh masyarakat berkomentar, kalau memang pelajar berkeinginan setiap kali melaksanakan kegiatan olahraga harus dibarengi dengan pasta joget. Maka, biarlah Dusun Amaholu melaksanakan pesta joget didalam kampung. Biar para generasi muda bisa menikmati joget didalam kampung sepuasnya. Ungkapan tersebut jika kita renungkan dengan baik, maka itu bagian dari akumulasi kekecewaan orang tua terhadap generasi muda Dusun Amaholu yang semakin jauh dari nilai-nilai etika, yang menyebabkan hancurnya moralitas generasi dan buruknya citra Dusun Amaholu dimata Dusun-Dusun lain.”(Catatan Harian Kasman Renyaan alias kharen edisi Desember 2012).
Dari sekilas contoh kasus tersebut diatas, penulis berkesimpulan bahwa, Pertama : Sebagaian besar generasi muda Dusun Amaholu khusunya yang berada dikampung, dan ketika ada dikampung paling senang jika harus mengikuti traspormasi globalisasi yang menyebabkan generasi jauh dari nilai-nilai etika dan hancurnya moralitas generasi di Dusun Amaholu salah satunya ikut dan merasakan nikmatnya pesta joget dikampung lain. Keterterikan pemuda dan pelajar Dusun Amaholu untuk menghadiri udangan talaga indah bukan karena kewajibanya sesama muslim terhada muslim yang lain. Tapi, karena pesta jogetnya yang penuh daya tarik. Pelajar Dusun Amaholu paling senang melaksanakan kegiatan olahraga dan mengundang, jika pelajar dan pemuda dusun lain itu bisa melangsungkan pesta joget. Pelajar SMP yang masih dibawa umur turut menikmati meriahnya peseta joget, inilah yang menyebabkan hancurnya generasi Ipmam, generasi yang semakin jauh dari ahlakul qarimmah.
Kedua: Beberapa orang tua yang menyusul datang didusun talagga indah itu, bukanya memberikan sport dan dukungan yang baik kepada para pelajar agar melaksanakan kegiatan olah raga sebaik mungkin, tapi justru turut serta menebarkan kejahatan untuk generasi muda masa depan Dusun Amaholu, sehingga dapat mencoreng Citra Dusun Amaholu yang dikenal dengan Dusun yang taat beragama.
Ketiga: Kegiatan yang dilaksanakan pelajar selaku generasi ipmam tidak mau mengkomunikasikan hal tersebut kepada mahasiswa atau orang kampung yang dituakan, untuk meberikan pertimabangan antara manfaat dan mudaratnya ketika kegiatan olaraga dilangsungkan dengan pesta joget. Ini menunjukan etika komunikasi yang tidak baik, sebab pelajar telah merasa dirinya mampu hinga tidak mau membicarakan kegiatan tersebut dengan orang yang dituakan dikampung.
Keempat; Para orang tua saking kesalnya dengan prilaku generasi muda yang semakin buruk moralitasnya, dan sudah tidak menjunjung tinggi norma kesopanan yang berlaku di Dusun Amaholu, akhirnya memberikan kebebasan kepada genresai muda, untuk mengadakan pesta joget didalam kampung, yang sangat melarang keras pesta joget diadakan. Ini adalah bentuk akumulasi kekecewaan orang tua yang melihat generasinya hancur berantakan dan jauh dari nilai-nilai aqhlakul karimah aqhlah yang baik, dan bobroknya moralitas generasi.
Budaya joget adalah bagian dari transpormasi arus globalisasi yang tak dapat dibendung. Masuknya budaya Barat salah satunya joget. Sebenarnya ingin merusak tatanan budaya timur yaitu orang-orang islam untuk mengikuti budaya Barat. Sehingga menggantikan tatanan nilai etika, adat istiadat, didalam kehidupan bermasyarakat yang dipraktekan oleh orang islam itu sendiri.  Strategi Barat ingin menghancurkan umat islam adalah dengan cara mengiur orang-orang islam itu, dengan keindahan-keindahan dunia. Salah satunya adalah di adakan budaya joget. Dari sisi historis (sejarah) budaya joget diperkenalkan oleh orang-orang eropa (belanda, portugis dan spanyol) untuk mengiur orang- orang timur (sekarang indonesia) yang dulu paling dikenal kental dengan kerajaan-kerajaan islamnya. Salah satu misi utama orang orang eropa adalah gospel (penyebaran Agama kristen).
Stategi politik etis disusupkan didalam internal kerajaan, agar para raja bisa dihibur dengan pesta joget, dansa dan sejenisnya. didatangkan perempuan-perepuan eropa yang cantik-cantik, mulus tubuhnya, indah dipandang mata. Sehingga para raja mulai tergiur dengan keindahan-keindahan itu, dan lupa akan pengamalan syariat islam diwilayah kerajaan. Ketika raja sudah tergiur dengan keindahan budaya barat. Kerajaan islam sebagian mulai bersekutu dengan orang-orang Eropa. Sehingga Para raja-raja islam sering melakukan ekspansi (perluasan) kerajaan di wilayah kerajaan islam itu sendiri. Terjadinya perebutan tahta Kerajaan, benturan antara sesama kerajaan islam. dan kerajaan islam sudah tidak lagi satu komitmen perjuangan. Maka, mulailah orang eropa melaksanakan misi glory (penjajahan) dengan tidak meninggalkan misi gospel (penjebaran agama).
Ketika Indonesia telah merdeka, para penjajah kemudian mengangkat kaki dari Indonesia, tapi tidak serta merta membawah pulang budayahnya. Namun budaya barat salah satunya joget itu, telah ditinggalakan oleh para penjajah kepada kaum pribumi, agar kaum pribumi yang beragama islam secara perlahan-lahan tapi pasti dijauhkan dari syariaat islam. Budaya barat salah satunya joget tersebut, masih mendara daging dan dipraktekan orang-orang islam sampai saat ini. Padahal budaya joget tersebut adalah warisan budaya barat yang ingin menghancurkan dan menjauhkan orang-orang islam dari syariat. Joget yang dipraktekan oleh orang-orang islam membuat mereka tidak beretika, kadang kita melihat ada perempuan islam yang berjilbab, turut menikmati pesta joget dengan jilbabnya, inilah bagian dari kurang adanya etika dan sopan santun yang dipraktekan oleh orang-orang islam dari sisi syariah.
Olehnya itu, etika sangatlah penting jika dimiliki dan ditanamkan pada setiap generasi Ipmam. Dengan beretika, generasi impam akan semakin disegani oleh generasi paguyuban lain diwilayah pesisir Huamual Barat. Bahkan boleh jadi paguyubah lain akan mengambil contoh etika keorganisasian dari paguyuban Dusun Amaholu (Ipmam). Sehingga peguyuban IPMAM dapat mejadi tauladan bagi paguyuban lain dalam hal beretika.
Dierah globalisasi saaat ini, dimana terjadi kepesatan perkembangan informasi dan transportasi telah berhasil menerobos batas-batas wilayah. Artinya batas-batas wilayah Negara yang semula merupakan pedoman penting didalam perkembangan masyarakat, kini menjadi kurang atau bahkan kurang relepan lagi. Dan kecendrungan ini menimbulkan perubahan-perubanan didalam sikap serta prilaku suatu masyarakat atau bangsa terhadap perkembangan diluar dirinya. Dalam banyak hal persoalan penerobosan-penerobosan yang terjadi itu, Akibat kurang adanya etika generasi yang menyebabkan hancurnya mentalitas dan moralitas anak bangsa. Dalam kelompok organisasi, dimana ketika orang  dalam organisasi itu, sudah tidak beretika, maka organisasi itu tidak akan berjalan efektif sesuai dengan rencana organisasi.
Paling tidak, etika dalam keorganisasisian harus ditanamkan disetiap generasi Ipmam. Dari relitas yang ada, nilai-nilai etika itu sudah mulai menghilang dalam diri setiap pergaulan generasi Ipmam. Baik itu diinternal organisasi, maupun dilingkungan masyarakat. Siswa dan mahasiswa sudah semakin jauh dari nilai etika. Padahal etika bagian dari bentuk pengamalan dari  tujuan organisasi yaitu berbudi luhur. Dalam pergaulan dilingkungan organisasi misalkan, generasi ipmam ada yang berprilaku takabur, angkuh dan tak mau menghargai orang lain. Yunior sudah merasa hebat, hingga tak lagi menghargai senior. Siswa sudah tidak menghargai mahasiswa, dan mahasiswa pun sudah tidak menghargai masyarakat. Harus diingat pula bahwa pegaruh negativ globalisasi  menyebabkan Bobroknya moralitas, mentalitas, dan hilangnya etika yang berakibat hancurnya generasi.
Sedikit kujelaskan bahwa, globalisasi dalam pandangan umum adalah terintegrasinya seluruh Negara, bangsa dan umat manusia di muka bumi menjadi suatu kesaatuan kehidupan bersama, menyatu dan dibarengi relative lengkapnya batas-batas ruang dan waktu. Menurutku, globalisasi mempermudah ruang gerak sesorang  dalam hal berkomunikasi, mendapatkan informasi dan meperoleh transportasi. Kapan dan dimana saja seseorang bisa berkomunikasi, memperoleh informasi, dan mendapat trasportasi. Perkembagan globalisasi menjadikan masyarakat mudah tersentuh dengan kebutuhan traspormasi, informasi dan komunikasi.
Karena dengan globalisasi pula, masyarakat bisa belajar melalui media baik cetak maupun elektronik tentang-nilai-nilai etika. Orang tua bisa dengan mudah mendapatkan pengetahuan pendidikan anak tentang moral dan etika melalui tayangan televisi. Para orang tua dengan mudah mendapatkan informasi ketika anaknya sedang studi didaerah lain. Globalisasi memang tidak bisa dihindari. Namun penanaman nilai-nilai etika seharusnya terbentuk disetiap generaasi, sehingga tidak mudah tergiur dengan perkebangan arus globalisasi.
Mengutip perkataan jamal Ma’mur Asmani (2011:5-8) bahwa Globalisasi yang ada dihadapan kita sebagai sebuah fakta tidak bisa dihindari. Revolusi teknologi traspormasi, informasi, dan komunikasi menjadikan kita bisa mengetahui sesuatu yang terjadi dibelahan dunia lain dalam hitungan detik melalui televise internet dan lain-lain. globalisasi tidak hanya membawa dampak positif, tetapi juga negative. Kompotisi, integrasi dan kerja sama adalah dampak positif organisasi. Lahirnya generasi instan (generasi now, sekarang, langsung, bisa menikmati keinginan tampa proses perjuangan dan kerja keras), dedikasi moral dan konsumerisme, bahkan, fermisifisme adalah sebagai dampak negative globalisasi. Moralitas menjadi longgar, sesuatu yang dianggap tabu, sekarang menjadi biasa-biasa saja. cara berpakian, berinteraksi dengan lawan jenis, menikmati hiburan ditempat-tempat special menjadi tren didunia modern yang sulit ditanggulangi. Globalisasi menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan manusia, negative maupun positif. Banyak manusia terlena dengan menuruti selluruh keinginanya, apalagi memiliki rezeki melimpah dan lingkungan kondusif. Globalisasi mebuat seseorang hanyut dengan prilaku kemewahan dunia dan kadang meninggalakan persiapan kehidupan akhirat kelak.
Berdasarkan ungkapan tersebut bahwa, globalisasi juga bisa menjadikan manusia buta dengan kemewaahan, mengagumkan kelemahan yang dimiliki. Perinsip individual yang mengandalakan kepemilikan pribadi sangatlah kental. Bahkan individu sudah tidak menghaargai individu lainya. Egoimsme dalam diri sendiri juga dapat membludak dan tak bisa dibendung. Disinilah peranan etika yang dapat menjadi pendorog lairnya sifat solidaritas dan mengahargai sesama manusia. Memang etika memegang peranan penting dierah globalisasi ini.
Dampak prilaku globalisasi yang paling terasa di Dusun Amaholu saat ini yang menyebabkan hancurnya etika dan hilangnya moral generasi ipmam, juga salah satunya adalah penyalaguanan TV dengan tayangan sinetron yang disalah artikan. Penulis mengajak kita memandang sepanjang jalan, lorong, dan gang-gang, berjejer antenna cainal TV (prabol) alias parabola dalam istilah kampung disetiap rumah warga di Dusun Amaholu. Konsumsi TV masyarakat Dusun Amaholu, seakan menjadi kebutuhan primer. Hampir sebagian besar di rumah warga sudah mempunya prabol dan TV. Rasanya sebuah rumah tak lengkap, jika didalamnya tidak ada prabol dan TV.
Para orang tua Membeli TV agar anak-anak mereka tidak lagi keluar malam dan berkeliuran dijalanan, hanya karena ingin menonton TV dirumah tetangga. Dorongan orang tua untuk membeli TV. Juga, kadang lantaran anak perempuan mereka yang masih gadis, sering keluar malam dan pulangnya larut malam. Kekawatiran orang tua dengan tingkahlaku anak-anak mereka, adalah salah satu factor pendukung pengadaan TV didalam rumah. Mungkin dengan adanya TV didalam rumah, dipastikan Perempuan gadis mereka tidak lagi keluar malam dan pulangya larut malam, berkeliuran dijalan, hanya karena lantaran ingin nonton sinetron.
Tapi namanya juga manusia. Sudah ada kebutuhan TV, belum juga merasa puas dengan itu. Karena memang itulah hakekat manusia. Tidak akan merasa puas dengan kebutuhan yang dimiliki. TV yang dipajamkan didalam rumah tidak dapat membatasi langkah anak-anak dan perempuan gadis keluar malam dan pulangya larut malam.
Sebenarnya bukan persoalan anak keluar malam atau tidak, tapi kalaw, keluar malam dengan alasan jelas seperti ingin belajar kelompok, diskusi dirumah teman atau sejenisnya, itu yang harus di dukung dan didorong. Tapi tidak dibenarkan jika anak-anak keluar malam dan pulangya larut malam hanya lantaran ingin meneton sinetron.
Problem terbesar dalam keluaraga yang harus dibenahi adalah  persoalan orang tua menonton sinetron bersama-anak-anak mereka yang masih usia dini. Sehingga prilaku anak sering meniru prilaku yang ditontongnya lewat sinetron. Apalagi jika ada sinetron yang menayangkan prilaku anak durhaka kepada orang tuanya. Anak pun bisa saja mengikuti apa yang dilihatnya. Tidak heran jika anak tidak menghargai orang tuanya, tidak mau menuruti perintah orang tuanya, membetak orang tuanya, dan kadang keras kepala jika disuruh oleh orang tuanya. Pendidikan etika didalam keluarga kurang ditrasperkan dengan baik oleh orang tua, sehingga anak pun jauh dari nilai-nilai etika. Prilaku-prilaku seperti itu, bisa saja terbentuk dalam watak anak jika sering menontong sinetron.
Saking asiknya menonton TV dengan tayangan sinetron yang mingiur pemirsa. Menyebabkan orang tua lupa akan kebutuhan  belajar anak-anak mereka. Para orang tua tidak lagi menghiraukan anak untuk belajar. Anak pun lebih asik jika harus nonton sinetrion yang sedang tayang besama orang tuanya.  Para orang tua merasa nyaman jika harus dikelilingi anak-anak mereka ketika menonton sinetron. Inilah kekeliruan orang tua dalam membentuk watak dan etika serta keribadiaan anak.
Para orang tua seharusnya pandai memilah-milahkan, mana yang harus ditonton oleh anak dan mana yang tidak harus ditonton anak. Anehnya Didalam keluarga kadang lebih memilih nonton sinetron dari pada harus menontong berita perkembangan informasi terkini,  didalam maupaun luar negeri. Menonton sinetron bagi anak usia dini dan anak usia remaja hanya akan membawa anak pada kehancuran moral dan etika generasi. Anak usia dini dan usia remaja paling gampang meniru, mempraktekan apa yang ia lihat. Apalagi yang dilihatnya adalah hal-hal negative, seperti porno grafih dan porno aksi. Maka, hal itu hanya akan membawa generasi kepada juran kehancuran. Jauhkanlah anak usia dini dan usia remaja dari praktek nonton sinetron, manfaatkanlah siaran televisi kepada hal-hal yang menunjang itelektual anak, perbiasakan anak untuk menonton berita sehingga ilmu dan pengetahuan anak juga  bisa didapat melalu medi masa. Bila perlu jika ada siaran yang menyangkan daawa islam, ajaklah anak untuk meneton itu, sehingga watak dan keperbadian anak bisa terbentuk melalui siaran yang diliat dan didengar. Hal tersebut akan lebih bermanfaat dari pada harus menonton sinetron. Sebab itu, bagian dari pemanfaatan globalisasi dari sisi informasi dengan etika yang baik dan benar.
Islam telah mengajarkan bahwa manusia  harus berperilaku sopan terhadap manusia lain, yang dimulai dari lingkungan keluaraga. kita harus menghargai yang lebih tua dari kita, etika di dalam Islam sama dengan akhlaq, dan generasi Ipmam sebagai mahluk Allah SWT, yang telah diberikan karunia berupa akal harus dimanfaaykan dengan baik dan benar. Akhlaq yang baik ditujukan bukan hanya kepada manusia saja melainkan kepada semua mahluk, baik mahluk hidup ataupun benda mati. Sehingga sifat dengi terhadap orang lain tidak tumbuh dilingkungan generasi Ipmam. Sebagaiman Rasullulah Saw menyerukan kita agar “Janganlah kamu saling dengki, saling membenci, saling mengintip rahasia, saling bersaing, saling mencari keburukan, saling menawar lebih tinggi untuk menipu pembeli sehingga menawar tinggi, saling memutuskan hubungan, saling bermusuhan, janganlah sebagian kalian menjual atas jualan yang lain. Jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang diperintahkan Allah. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh menganiaya, tidak boleh menelantarkannya dan tidak boleh menghinanya, (H. R Muslim dan Bukhari).
Dari hadisht tersebut mengingatkan kita bahwa dengan beretika yang baik dan benar, maka manusia tidak akan ada saling benci, saling dengki, saling tidak menghargai. Bagaiman manusia bisa saling menjaga habllumminnas yang baik dengan tidak boleh memutuskan silaturahim. Pada prisipnya Ipmam, sebagai generasi yang berhaluan Alhusunna waljamaah harus betul-betul menanamkan nilai-nilai etika didalam maupun diluar organisasi, sehingga generasi bisa dipandang baik oleh generasi yang lain. Karena etika bisa terbentuk didalam diri masing-masing generasi ipmam, jika para kaum intelektual sudah bisa saling menghargai dan saling menghormati diantara sesama generasi Ipmam dan masyarakat Dusun Amaholu. Siswa menghargai mahasiswa, dan mahasiswa berprilaku sopan dan santun terhadap para orang tua dikampung. Mahasiswa Ipmam  yunior bisa menghormati senior dan yang senior bisa menghargai yunior. Dengan begitu etika keorganisasian bisa terwujud dengan baik didalam internal organisasi dan lingkungan masyarakat Dusun Amaholu.
Menananmkan nilai-nilai etika di dalam tubuh keorganisasian bukan berarti mewujudkan borjuasi ditubuh generasi ipmam. Dimana Mahsiswa harus  bertindak sewenang-wenang memaksakan kehendaknya untuk tetap dihargai dan disegani dikalangan internal organisasi serta masyarakat. Mahasiswa ketika merasa sudah dihormati oleh siswa. Maka, harus berprilau seperti borjuasi. Maunya ingin dihargai dan tak mau menghargai. Maunya memerintah dan tak mau diperintah. Prilaku-prilaku seperti ini bagian dari sifat borjuasi. Seperti yang dilakukan oleh kaum borjuasi masa lalu, rakyat harus mengikuti keinginanya. Jadi mahasiswa tidak harus berprilaku seperti borjuasi kecil, karena sebelum kita dihargai, mari kita menghargai diri kita sendiri. Mari kita menghormati diri sendiri. Dengan begitu kita juga akan menghargai orang lain, dan orang lain pun akan menghormati dan menghargai kita. Itulah pentingnya beretika ditengah bergejolaknya arus globalisasi saat ini.
Share:

Unordered List

3/sosial/post-list

Latest blog posts

3-latest-65px

BTemplates.com

3/sosial/col-right
Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Statistik Pengunjung

Ekonomi

3/ekonomi/col-left

Publikasi

3/publikasi/feat-list

Error 404

Sorry! The content you were looking for does not exist or changed its url.

Please check if the url is written correctly or try using our search form.

Recent Posts

header ads
Ag-Historis

Text Widget

Sample Text

Pengikut

Slider

4-latest-1110px-slider

Mobile Logo Settings

Mobile Logo Settings
image

Comments

4-comments

Budaya

budaya/feat-big

Subscribe Us

Recent Posts

sejarah/hot-posts

Pages

Popular Posts