Menyajikan Data Mengungkap Fakta Menjadi Sejarah

Sejarah

3/sejarah/post-list

Keluhan Para Makhluk Tertindas Agama Dari Kacamata Marxis


Oleh: Julian


Kita sering mendengar tuduhan bahwa Marxisme bertentangan dengan agama serta memusuhi orang yang taat. Bukankah Marx pernah menyebutkan agama sebagai "candu rakyat"?
Sebetulnya sikap Marx dan Lenin dalam hal ini sering disalahartikan, baik oleh orang non-sosialis maupun oleh tidak sedikit orang yang mengaku Marxis. Kritik Marx yang termasyur mengenai peranan agama dalam masyarakat sebetulnya tidak diarahkan untuk meremehkan kepercayaan manusia pada Tuhan.
Memang betul bahwa Marx, sebagai seorang filosof yang bersikap materialis, tidak percaya pada Tuhan. Namun demikian Marx sangat menaruh simpati pada rakyat biasa yang beragama. Untuk memahami sikap Marx yang sebenarnya, mari kita menyimak tulisannya "Kritik terhadap Filsafat Hukum Hegel". Di sini kita mendapati rumusan terkenal tentang "candu rakyat", tapi dalam konteks spesifik.
"Di negeri Jerman," tulisnya, "kritik terhadap agama dalam garis besar sudah lengkap". Artinya, kritik tersebut sudah diselesaikan oleh kaum filosof yang mendahului Marx (kaum "Hegelian Muda" terutama Feuerbach). Marx merangkum kritik mereka sebagai berikut:
"Landasan untuk kritik sekuler adalah: manusialah yang menciptakan agama, bukan agama yang menciptakan manusia. Agama adalah kesadaran-diri dan harga-diri manusia yang belum menemukan diri atau sudah kehilangan diri sendiri."
Kedua kalimat ini memaparkan, bahwa agama (dan Tuhan) merupakan produk ideologis yang dibuat oleh manusia. Namun di mata Marx, penciptaan itu memiliki segi yang agung sekaligus mengharukan. Kemudian Marx berpaling ke aspek sosial yang merupakan perhatian utamanya:
"Namun manusia bukanlah suatu makhluk yang berkedudukan di luar dunia. Manusia itu adalah dunia umat manusia, negara, masyarakat. Negara ini, masyarakat ini menghasilkan agama, sebuah kesadaran-dunia yang terbalik, karena mereka sendiri merupakan sebuah dunia terbalik."
Jika manusia melihat dunia melalui kacamata agamis yang terbalik, itu disebabkan karena manusia hidup dalam masyarakat yang timpang:
"Agama merealisasi inti manusia dengan cara fantastis karena inti manusia itu belum memiliki realitas yang nyata. Maka perjuangan melawan agama menjadi perjuangan melawan sebuah dunia nyata yang aroma jiwanya adalah agama tersebut." Kaum sosialis tidak diajak berkampanye malawan agama sebagai tugas pokok, melainkan diajak berkampanye melawan bentun-bentuk sosial yang timpang.
Tugas utama kaum Marxis adalah untuk memberantas eksploitasi dan penindasan, dan agama juga merupakan protes terhadap penindasan itu:
"Kensengsaraan agamis mengekspresikan kesengsaraan riil sekaligus merupakan protes terhadap kesengsaraan itu. Agama adalah keluhan para makhluk tertindas, jantung-hati sebuah dunia tanpa hati, jiwa untuk keadaan tak berjiwa. Agama menjadi candu rakyat.
Tanpa perjuangan untuk pembebasan sosial, kritik terhadap agama adalah sia-sia bahkan negatif, karena kritik semacam itu hanya mempersulit penghiburan emosional yang sangat dibutuhkan oleh manusia:
"Kritik telah merenggut bunga-bunga imajiner dari rantai, bukanlah supaya manusia akan terus mengenakan rantai yang tak terhias dan suram itu, melainkan agar dia melepaskan rantai itu dan memetik kembang hidup."
Marx menutup teks ini dengan menhimbau agar kaum filosof meninggalkan kritik terhadap agama demi memperjuangkan perubahan sosial:
"Maka begitu dunia di luar kebenaran itu hilang, tugas ilmu sejarah adalah untuk memastikan kebenaran dunia nyata ini. Begitu bentuk suci dari keterasingan manusia telah kehilangan topengnya, maka tugas mula bagi filsafat, yang menjadi pembantu ilmu sejarah, adalah untuk mencopot topeng keterasingan dalam bentuk-bentuk yang tak suci. Sehingga kritik terhadap surga menjelma menjadi kritik terhadap alam nyata; kritik terhadap agama menjadi kritik terhadap hukum, dan kritik teologi menjadi kritik politik."
Sentimen ini mengulangi isi semboyan revolusioner yang dimuat dalam Tesis IX Tentang Feuerbach (tulisan Marx): "Para ahli filsafat hanya telah menafsirkan dunia, dengan berbagai cara; akan tetapi soalnya ialah mengubahnya".
LENIN
Dalam Revolusi Rusia, Lenin dan Partai Bolsyevik menerapkan kebijakan yang berlandaskan pada prinsip-prinsip Marx tersebut di atas. Maka dalam pemerintahan, kaum Bolsyevik tidak mengambil sikap anti-agama, melainkan kepercayaan pada Tuhan dianggap sebagai masalah pribadi saja. Menurut Lenin (dalam "Sosialisme dan Agama", 1905):
"Kita minta agar agama dipahami sebagai sebuah persoalan pribadi ... seharusnya agama tidak menjadi perhatian negara, dan masyarakat religius seharusnya tidak berhubungan dengan otoritas pemerintahan. Setiap orang sudah seharusnya bebas mutlak untuk menentukan agama apa yang dianutnya, atau bahkan tanpa agama sekalipun, yaitu, menjadi seorang atheis ... Bahkan untuk sekedar penyebutan agama seseorang di dalam dokumen resmi tanpa ragu lagi mesti dibatasi."
Pemerintahan Bolsyevik memang memusuhi lembaga-lembaga agamis yang konservatif, dan melawan hubungan resmi antara negara dan agama, tetapi sekali lagi untuk menjaga prinsip-prinsip demokrasi:
"Subsidi-subsidi tidak boleh diberikan untuk memapankan gereja, negara juga tidak boleh memberikan tunjangan untuk asosiasi religius dan gerejawi. Ini harus secara absolut menjadi perkumpulan bebas orang-orang yang berpikiran begitu, secara independen dari negara. Hanya pemenuhan seutuhnya dari tuntutan ini yang dapat mengakhiri masa lalu yang memalukan dan terkutuk, ketika gereja hidup dalam ketergantungan feodal pada negara, dan rakyat Rusia hidup dalam ketergantungan feodal pada gereja yang mapan..."
Sikap kaum Bolsyevik sebagai partai politik memang agak berbeda. Sebagai sebuah organisasi Marxis, partai melawan ideologi agamis dalam kelas pekerja:
"Partai kita adalah sebuah perhimpunan para pejuang maju yang berkesadaran kelas, yang bertujuan untuk emansipasi kelas pekerja. Sebuah asosiasi seperti itu tidak dapat dan tidak seharusnya mengabaikan adanya kekurangan kesadaran- kelas, ketidaktahuan atau klenik-klenik dalam bentuk keyakinan-keyakinan agama ... kita mendirikan asosiasi kita ... tepatnya untuk sebuah perjuangan melawan setiap agama yang menina bobokkan para pekerja..."
Meski begitu, mereka tidak melarang orang beragama masuk partai:
"Jika memang demikian, mengapa kita tidak menyatakan dalam Program kita bahwa kita adalah atheis? Mengapa kita tidak melarang orang-orang Kristen dan para penganut agama Tuhan lainnya untuk bergabung dalam partai kita?
"[Karena] kita tidak boleh jatuh dalam kesalahan merumuskan persoalan agama secara abstrak dan idealistis, sebagai sebuah masalah "intelektual" yang tak berhubungan dengan perjuangan kelas, ... Tentulah bodoh untuk berpikir bahwa, dalam sebuah masyarakat yang berdasarkan pada penindasan tanpa akhir dan merendahkan massa pekerja, prasangka-prasangka agama bisa disingkirkan hanya melalui metode propaganda melulu."
Seperti Marx, Lenin beranggapan bahwa agama merupakan "keluhan para makhluk tertindas", sehingga "prasangka agama" tidak bisa dihilangkan tanpa menjungkirbalikkan tatanan sosial. Sebelum perubahan itu dapat tercapai, sikap anti-agama hanya menjadi sektarian, dan bisa memecahkan kelas pekerja.

PASCA REVOLUSI
Bagaimana dalam masyarakat sosialis di masa depan? Apakah kaum Marxis akan melarang agama atau menindas orang yang taat? Pertanyaan ini sering diungkit dan bisa dipahami, karena rezim-rezim stalinis (yang pura-pura sosialis) memang melarang serta menindas agama. Selain itu, bukankah Marx dan Lenin menekankan bahwa agama hanya bisa amblas setelah penindasan diberantas? Kalau begitu, apakah agama mau "dihilangkan" secara aktif oleh masyarakat sosialis?
Sama sekali tidak. Marxisme, yang berlandaskan pada materialisme, berharap agama akan menghilang dengan sendirinya bila semua penindasan diberantas. Artinya, selama manusia masih merasa memerlukan agama, itu membuktikan bahwa pendindasan masih terjadi. Maka kaum Marxis mesti berjuang terus melawan penindasan, bukan memushi agama.
Dalam waktu jangka panjang, pandangan teoritis kaum Marxis dalam hal ini memang akan teruji. Apabila dalam masyarakat sosialis seutuhnya yang akan tiba, manusia tetap merasa memerlukan agama, itu hak mereka. Akan tetapi jika mereka tidak lagi merasa begitu, analisis materialis Marxisme tentang agama akan terbukti benar.

****
Share:

Demokrasi Kapitalisme Membungkam Elit Dan Partai Politik Penipu Rakyat


 
Demokrasi Kapitalisme Tak Sudi.!! lawan dan hancurkan

Dalam perkembangan Demokrasi di Indonesia pasca kemerdekaan hingga saat ini telah mengembangkan asas pemikiran dari rakyat untuk mengiplementasikan asas kedaulatan rakyat dengan berbagai cara yaitu kedaulatan berada langsung ditangan rakyat namun kedaulatan tersebut tidak pernah terwujud sebagaimana mestinya. Rakyat hanya bisa merasakan kedaulatan disaat perhelatan politik dimana keterlibatan langsung rakyat dalam menetukan pemimpinya di parlamen. Sementara perwakilan rakyat di parlamen pun tidak bisa berbuat banyak disebabkan para wakil rakyat hanya bisa berjuang untuk partai politiknya.
 Banyak Partai dan Elit Politik di negara ini tidak bisa lagi dipercaya membawa kedaulatan dan kepentingan rakyat, sebab yang ada hanyalah janji-janji politik demi meloloskan mereka (Para Elit Politik) pada saat bertarung di pentas perpolitikan baik tingkat Nasional maupun daerah dalam hal ini baik pemilihan lembaga legeslatif maupun esekutif. Rakyat hanya bisa mendapat Visi dan Misi para kandidat sedangakan kesejateraan rakyat sangat mustahil didiperoleh.
        Dengan kata lain, seorang Pemerhati Sosial Benny Susetyo mengatakan Partai Politik sejauh ini belum memberikan makna yang signifikan dalam mengawal demokrasi. Demokrasi hanya dimaknai sebagai sekadar cara untuk membeli dukungan belaka. Demokrasi pun tak lagi memberikan harapan ketika partai politik dan elite politik terjebak pada permainan politik tingkat tinggi (high politics) yang tentunya juga berbiaya politik tinggi. Kegagalan partai politik menjalankan fungsi-fungsinya secara maksimal mengakibatkan citra partai politik semakin memburuk di era reformasi ini. Fungsi sosialisasi, rekrutmen, dan artikulasi politik selalu dikalahkan oleh fungsi meraih kekuasaan. Ciri elitisme yang diperankan partai politik selama ini telah meningkatkan apatisme rakyat. Ketidakpercayaan itu semakin menguat dalam banyak hal, bahkan terhadap hal-hal baik yang dilakukannya. Antipati itu bukan tanpa sebab, partai politik dinilai lebih banyak peduli kepada kepentingan kekuasaan daripada memediasi kepentingan rakyat.
        Memang para wakil rakyat ketika  bertarung dipentas politik membutukan modal besar, mulai dari proses rekrutmen sampai tahap sosialisasasi. Keinginan bertarung dipentas politik hanya bagi mereka yang berpemodal, artinya hanya bagi mereka-mereka yang bermodal besar bisa menang dalam pertarunan sebab dengan kekuatan modal (finangsial) dapat mengahasilkan berbagai macam strategi untuk menang dalam pertarungan. Maka tidaklah heran jika partai dan elit politik yang lolos dari pertarungan politik tidak mau melirik dan mensejaterakan rakyat sebab dibenak mereka hanyalah bagaimana modal mereka biasa kembali dan partai meraka sejatera.
Sistem sosialisasi politik oleh elit dan partai politik di masyarakat yaitu Kapital system atau sistem modal. Kapital atau kapitalisme adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal biasa mengatasi segala permasalahan, sebab modal dapat menentukan segalanya. Jika para elit politik sudah ada didalam system, maka setiap kebijakan mengarah pada sebuah system kebijakan dengan menghasilkan keuntungan besar, lagi-lagi wujud rampasannya adalah Korupsi Kolusi dan Nepotisme.
Jangan pilih Pemimpin Korup, jangan pilih Partai Korup jika terdapat politik uang (mani politik) di saat perelatan dan kampanye politik oleh elit dan partai politik maka ambil uang mereka dan jangan pilih mereka. Agar Demokrasi dikembalikan kepada demokrasi yang sejati yaitu demokrasi yang betul-betul berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Rakyat jangan lagi dibodohi oleh janji-janji busuk dari elit dan partai politik penipu rakyat, jangan ada lagi pemimpin absoluth di Negara ini seperti masalalu masa-masa ORBA yang banyak membugkam kebebasan Demokasi dan telah membajak hak-hak berdemokrasi sehingga kedaulatan sepenuhnya tidak dirasakan rakyat secara kolektif.
Kemudian yang paling terpenting jika ada kesadaran rakyat untuk menjadi bebas dari berbagai bentuk ancaman dan intimidasi akibat imbas dari perhelatan politik, maka perjuangan rakyat melalui teriakan perjuangan janganlah dituduh sebagai hal yang subvesib atau mengangu keamanan. Teriakan dan perjuangan rakyat harus tetap disampikan dan dilestarikan baik lewat lisan maupun tulisan tampa harus dibatasi selama hal tersebut tidak melangar norma yang berlaku. Kesadaran rakyat untuk sama2 berjuang melawan pemerintahan dengan menerapkan sistem yang menindas tidak semestinya dibungkam, sebab kesadaran perjuangan tersebut bagian dari perjuangan tegaknya Demokrasi agar penguasa, tidak menyalah gunakan kekuasaannya dan para wakil rakyat yang mengatasnaakan kepentingan rakyat bisa punya power dalam mendongkrak setiap kebijakan yang diperjuangkan untuk kesejateraan rakyat dan bukan untuk kesejateraan partai politik.
Negara Indonesia adalah salah satu Negara yang punya kekayaan sumber daya Alam namun tenaga-tenaga produktifnya tidak dimanfaatkan dengan baik, alasanya adalah karena kuwalitas produk yang dihasilkan oleh tenaga produktif negara ini masih sangat rendah jika hasilnya dipasarkaan dipasaran global hal itu sangatlah jauh dari harapan akan kesejateraan negara. Akibatnya Indonesia menjadi negara konsutif terbesar. Sementara pemimpinya hanya biasa berkowar-koawar dihadapan public bahwa produk dalam negeri dapat mensejaterakan rakyat. Intinya adalah kampanye untuk kesejateraan rakyat, realitasnya bukan rakyat yang sejatera namun pemimpin dan pemodal yang sejatera dan membiarkan yang miskin tetaplah miskin karena yang miskin tidaklah akan kaya. Inilah sistem kapitalisme saat ini diterapkan dengan mengandalkan paham individualisme.
Individualisme merupakan salah satu unsur penting dalam ideologi kapitalisme. Individualisme penting dalam kapitalisme sebab manusia melihat diri mereka sendiri bukan sebagai bagian dari masyarakat, tetapi sebagai "individu-individu" yang berdiri sendiri di atas kedua kakinya dan harus memenuhi kebutuhan pribadi dengan kerja kerasnya sendiri. "Masyarakat kapitalis" adalah arena dimana para individu bersaing satu sama lain dalam lingkungan yang keras dan tanpa belas kasih. Ini adalah arena yang persis sebagaimana penjelasan Darwin, yang menempatkan hanya yang kuat yang tetap hidup, sedangkan kaum lemah dan tak berdaya akan terinjak-injak dan tersingkirkan; ini juga tempat di mana kompetisi sengit merajalela. Sistim inilah yang diterapkan dinegara ini sebenarnaya bentuk penjajahan baru atau impralisme dimasa kini.
Memang akhir-akhir ini perkembangan situasi internasional sudah semakin menunjukan bahwa kapitalisme semakin dekat dengan jurang kehancurannya, negara negara Eropa yang mengacu kepada sistim kapitalisme semakin terlihat ketidak puasan rakyatnya dan mencari jalan keluar untuk perubahan yang lebih baik, gelombang perlawanan tidak lagi terhindarkan, ketika krisis melanda negri negri yang mengacu kepada sistem kapitalisme. Maka tidak ada cara yang lain untuk mempertahankan sistem ini, negara negara kapitalis yang akan mengalami krisis kemudian mau tidak mau harus mencari negara yang sedang berkembang untuk mengexploitasi expansi modal serta pasar.
Indonesia adalah tempat yang menjadi sasaran bagi negara negara maju dengan berbagai macam cara untuk mempertahankan agar para kapitalisme bisa bertahan. Maka diberbagai macam sektor di Negara Indonesia dibuatkan aturan melalui tangan negara dengan berbagai UU regulasinya. Jadi tidaklah heran mengapa perampasan tanah terjadi di mana mana Pendidikan mahal serta  tidak ilmiyah dan demokratis, bahkan diarahkan untuk kepentingan kapitalisme Kesehatan menjadi barang mahal Bahkan pasar tenaga kerja yang flexibeliti, (baca : Pernyataan Sikap Serikat Buruh Transportasi Perjuangan Indonesia). Lolosnya kepentingan kapitalisme di Negara ini ternyata di dukung oleh borjuasi nasional, lokal, dan sebagian besar elit dan partai politik. Dengan mengesahkan UU penanaman modal Asing lewat perjuangan parlamen, dimana infestor asing bisa berinfestasi dinegara Indonesia dengan satu tujuan bersama yaitu demi terciptanya kesejateraan bangsa.
Dengan munculnya kebijakan kapitalisme realitas riil Negara Kesatuan Repoblik Indonesia saat ini adalah Negara yang tak lagi utuh seperti Negara para feodalisme masa lalu akibat dari cengraman sistem demokrasi kapitalis. Dimana-mana daerah inginya berjuang untuk melepaskan diri dari pemerintahan Indonesia, sebut saja munculnya Kelompok Opm, Gam, Rms, dan kelompok2 yang melakukan aksi teror diberbagai daerah. Kelompok ini sebenarnya hanya menginginkan sebuah kemerdekaan sejati dalam segala hal termasuk ingin merasakan hakekat cita-cita kemerdekaan yang diperjuangkan oleh rakyat Indonesia 1945 yaitu kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Namun bagi daerah yang ingin merdeka lagi-lagi disebut Sepratis, teroris, padahal hak-hak rakyat telah dijajah oleh yang punya kekuasaan. Maka yang menjadi pertanyaan besarnya yaitu siapakah yang spratis, teroris, rakyat ataukah yang punya kekuasaan alias penguasa ? butuh kajian panjang ? sebab Konsep Negara adalah sekali merdeka tetap merdeka. Daerah ini hanyalah menuntut kemerdekaan artinya kemerdekaan dalam segala hal termasuk kemerdekaan untuk merasakan sendiri hasil kekayaan sumberdaya Alam yang dimilik rakyat, dengan tidak harus mengekspolitasi untuk kepentingan para infestor Asing dan  kepentingan individual yaitu borjuasi local dan borjuasi Nasional. Maka kembalikanlah hakekat kemerdekaan itu pada kemerdekaan sejati bukan kemerdekaan palsu secara djure. Kemerdekaan yang harus betul-betul merdeka agar sekali merdeka tetap merdeka, sehingga tidak ada lagi daerah yang ingin merdeka didalam negara yang telah merdeka.

Katidak utuhan Negara diakibatkan oleh pemimpin yang tak lagi memikirkan kesejateraan rakyat, hanya memikirkan kepentingan kelompok dan partai politiknya rakyat hanya dibiarkan mengemis di negeri sendiri. Ekspolitasi justru terjadi disetiap daerah2 yang punya kekayaan SDA misalnya saja Aceh, Kalimantan, Papua, Maluku, dan masi banyak lagi daerah lainya yang mengalami nasib yang sama yaitu ekspolitasi lahan untuk kepentingan para kaum pemodal. Anehnya ekspolitasi tersebut justru di biarkan terjadi begitu saja. Memang hakekatnya para elit politik dan partai politik hanya bisa mampu menipu rakyat dan tak pernah tulus dalam memperjuangkan kepentingan rakyat, hal ini terjadi akibat cengkraman system kapitalisme telah membugkam para elit dan partai politik di Negara ini.
Untuk itu negara ini dibutuhkan sosok pimpinan professional, jujur, adil, bijaksana, berani, tegas, bertanggunjawab, demokratis dan sosialis serta berasal dari pemerintahan rakyat miskin agar kedaulatan itu betul2 ada langsung ditangan Rakyat. Dengan penuh kemandirian diatas kaki sendiri dan tidak harus bergantung pada system kapitalisme Negara lain agar negara ini bisa mandiri dalam mengatur kebijakan yang dapat menasionalisasi seluruh asset-aset Negara dibawa control rakyat.
Rakyat pun harus sadar, dan betul betul sadar bukan hanya kesadaran palsu namun kesadaran sejati untuk bangkit dan melawan atas segala bentuk sistem yang menindas dengan satu tujuan kemerdekaan dan rakyat harus punya musuh bersama, musuh rakyat yaitu menghancurkan Kapitalisme dan neoliberalisme demi terwujudnya nasionalisme menuju demokrasi yang demokratis.


                                                                                                         Penulis; Kasman Renyaan
Share:

Unordered List

3/sosial/post-list

Latest blog posts

3-latest-65px

BTemplates.com

3/sosial/col-right
Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Statistik Pengunjung

Ekonomi

3/ekonomi/col-left

Publikasi

3/publikasi/feat-list

Error 404

Sorry! The content you were looking for does not exist or changed its url.

Please check if the url is written correctly or try using our search form.

Recent Posts

header ads
Ag-Historis

Text Widget

Sample Text

Pengikut

Slider

4-latest-1110px-slider

Mobile Logo Settings

Mobile Logo Settings
image

Comments

4-comments

Budaya

budaya/feat-big

Subscribe Us

Recent Posts

sejarah/hot-posts

Pages

Popular Posts