Foto 2019 : Siswa SMA Iqro Amaholu |
Pengantar
Di masa kini
membangun lembaga pendidikan formal (sekolah) yang di mulai dari titik nol
ternyata membutuhkan banyak daya, upaya, doa dan dana. Termasuk upaya dan kerja
keras kepala sekolah (kepsek) untuk dapat membuat sekolahnya diakui negara
alias resmi menjadi lembaga pendidikan formal, sesuai amanat Undang-Undang
Dasar 1945 yang dijelaskan secara khusus dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003,
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selaku manejer, Kepsek dapat menentukan masa depan sekolah
yang dipimpinnya. Apabila izin operasional telah diterbitkan dapat menjadi bukti legalitas, bahwa sekolah secara sah menyelengarakan kegiatan pendidikan dan pembelajaran.
SMA Iqro Amaholu (SMAIQA) telah berdiri sejak tahun 2015, namun hingga tahun 2016 belum mendapat ijin penyelengaraan pendidikan dari dinas pendidikan Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB).
Berubahnya kebijakan manajemen pengelolaan sekolah tingkat SMA pada tahun 2017 dari dinas kabupaten/kota ke dinas provinsi. Ditambah lagi dengan kurang progresnya pengelolah yayasan, pemimpin sekolah membuat terobosan dan koordinasi ke pihak-pihak terkait agar secepatnya mendapatkan legalitas formal, merupakan satu di antara kendala yang di hadapi lembaga pendidikan swadaya masyarakat itu.
Ganti Kepsek Pertama (November 2016)
Rusmin, seorang guru senior dari Kampung Amaholu, bersatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan guru sertifikasi aktif di Mi Muhammadiyah Amaholu, juga menjabat sebagai Sekertaris Dusun Amaholu. Selaku tokoh masyarakat dan guru senior, oleh tim pendiri (Bakti Simpati) Ia dinilai layak memimpin sekolah.
Mekipun statusnya sebagai PNS dan guru sertifikasi sesungguhnya belum memenuhi syarat kepangkatan. Akan tetapi, berhubung sekolah swasta dan masih baru, paling tidak dengan pengaruhya di masyarakat Ia dapat membantu menangkal isu-isu miring yang menyudutkan awal proses hadir dan berkembangan sekolah.
Kekhwatiran itu sering menjadi perbincangan internal tim Bakti Simpati di awal-awal sebelum sekolah lahir. Pasalnya dinilai subjektif bila yang bersangkutan tidak digandeng, boleh jadi proses lahirnya sekolah di masyarakat tersendak. Apalagi ada pro kontra, karena dianggap menjadi saingan sekolah tertentu di kampung tetangga. Pilihan untuk memberikan posisi sebagai kepala sekolah dianggap tepat saat itu.
Dalam proses memimpin sekolah dari Juli 2015, Rusmin telah berusaha mengusulkan ijin operasional ke dinas pendidikan Kabupaten SBB. Akan tetapi, hingga November 2016, lembaga pendidikan swasta ini belum juga mengantongi ijin operasional. Belakangan Ia diterjang isu miring, dianggap bermasalahan secara peribadi dengan Kadis Pendidikan Kabupaten SBB Ny F. Puttilehalat, M.Pd. Entah apa masalahnya? Namun oleh tim yang tergabung dalam bakti simpati telah berasumsi bahwa masa depan sekolah dikhawatirkan suram. Karena ijin operasional tidak akan bisa diterbitkan.
Kekhwatiran itu semakin terang, ketika salah seorang pejabat teras dilingkup dinas pendidikan SBB mengatakan kepada dua orang tim yang berkunjung langsung ke kantor pengatur pendidikan kabupaten itu. Bila Rusmin yang menjabat kepsek, sekolah akan sulit mendapatkan dukungan tanda tangan dari kadis pendidikan. “Ada kesalahpahaman antara Rusmin dengan ibu kadis,” katanya menginformasikan.
Permasalahan itu kemudian dibenarkan Rusmin, bahwa Ia dilaporkan oleh orang lain ke kadis pendidikan SBB. Lantaran diketahui berbeda dukungan politik. Dari persoalan itulah, membuat Buyung Amin dan Arsad Ibrahim, pesimis ketika keduanya mengantar berkas proposal pengusulan izin operasional ke kantor dinas pendidikan SBB.
Pesimisme itu dihantui pihiran khwatir bila izin operasional sekolah ini tidak akan berhasil dan menuai banyak kendala. Setelah mendapat saran dari seorang pegawai dinas pendidikan tersebut, untuk segera menganti kepsek. Intinya mengunakan nama orang lain selain Rusmin, sebelum proposal pengusulan izin operasional diserahkan kepada ibu kadis. Informasi yang menjadi sumber kekhwatiran itu membuat berkas proposal yang telah tersusun rapi tidak jadi diajukan kepada kadis pendidikan di hari itu. Berhubung juga kadis tidak berada dikantornya.
Menindaklanjuti temuan tersebut sepulang dari kota kabupaten, Pengawas Yayasan Buyung Amin dan Arsad Ibrahim bersama Ketua Yayasan Riki Amin mendatangi Rusmin di kediamannya di Dusun Amaholu. Di hadapan sang kepsek, mereka menyampaikan perihal temuan dan kendala yang dihadapi tersebut. Termasuk menginformasikan permasalahan yang nantinya akan dihadapi terkait status kepsek.
Berdasarkan kenyataan lapangan Pak Rus, akhirnya ikhlas menerima pergantian posisinya sebagai kepsek. Meskipun sebelumnya, Ia masih timbang-menimbang kenyataan itu. Namun setelah diyaknikan oleh Ketua Yayasan Riki Amin, bahwa pergantian dirinya sebagai kepsek hanya untuk sementyara menyiasati agar mempermudah izin operasional. Akhirnya, Ia pun relah melepaskan jabatan tersebut secara lisan.
Pergantian kepsek ini dibicarakan secara internal antara pihak YBSM dengan Rusmin sehingga tidak menimbulkan ketersingungan, mengedepankan etika kekeluargaan. Hal ini dilakukan demi kepentingan masa depan siswa dan sekolah.
Sehari setelah musyawarah-mufakat pergantian kepsek secara lisan itu dilakukan, langkah selanjutnya adalah pihak yayasan yang mengelolah sekolah mencari kepsek baru. Pertimbangan pilihan penganti kepsek adalah Harmin Samiun, M.Pd yang juga pendiri sekolah ini.
Setelah dikonfirmasi Ustat Harmin, panggilan akrabnya, menolak menjadi kepsek di sekolah yang belum mengantongi ijin operasional ini. Alasanya, Ia masih memiliki tugas dan tanggungjawab lain, sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi negeri di Ambon. Alasan itu membuat pihak yayasan mempertimbangkannya lagi. Akan tetapi kepsek baru segara ada, sehingga dapat bertanggungjawab terhadap manajemen dan urusan adimistrasi sekolah.
Timbang-menimbang pilihan kemudian jatuh pada Kasman Renyaan, yang saat itu tengah berada di Kota Makassar. Ia sedang menunggu waktu pelaksanaan wusuda (S2)-nya di Unversitas Negeri Makassar.
Dipilih Kasman, sebagai kepsek penganti rusmin oleh pihak yayasan dengan pertimbangan dari sisi kapasitas, sudah cukup mampuni. Pasalnya besik keilmuannya berasal dari sarjana pendidikan dan telah menyelesaikan studi pendidikan magisternya. Selain itu, Ia juga senior dari antara guru yang ada di sekolah dan juga pendiri. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk memperlancar proses pengurusan izin operasional. Usulan itu disetujui para guru termasuk kepsek lama.
Beberapa waktu kemudian Ketua yayasan menelpon Kasman, membicarakan perihal pengangkatanya sebagai kepsek. Menyambung pembicaraan telpon itu, Rusmin, turut angkat berbicara sekaligus meminta Kasman secara baik-baik, menjadi kepsek menganti posisinya. Permintaan itu sempat ditolaknya. Alasannya, belum menyelesaikan wisuda S2 dan ingin mengembangkan krirnya di tempat lain. Karena itu, Ia menyarangkan kepada Rusmin untuk berkomunikasi lagi dengan Ustat Harmin. Apabila ustat, masih tetap menolak dengan terpakasa jabatan kepsek akan diterimanya. Setelah berkomunikasi untuk sekian kalinya, Ustat Harmin, tetap pada pendiriannya. Tidak mau menjadi kepsek. Akhirnya amanat pengabdian itu diterima oleh Kasman.
Komunikasi penobatan Kasman berjalan sesuai kesepakatan bersama antara pihak yayasan dan Rusmin, sehingga tidak ada sedikitpun ketersinggungan yang dapat menimbulkan konflik internal di dalam sekolah. Karena tujuan awalnya adalah ikhlas beramal. Mengabdi untuk kampung melalui pendidikan. Menyelamatkan masa depan anak bangsa yang telah menempuh pendidikan di sekolah yang belum legal tersebut.
Pasca Kasman, diangkat menjadi Kepsek kemudian Rahman Latif selaku operator juga merangkap admistrator sekolah menggunkanan leptopnya memperbaiki proposal itu atas arahan tim pendiri. Setelah proposal siap di bawa ke kepala dinas pendidikan, Buyung diboncengi Arsad kembali lagi ke Piru untuk menghadap kadis pendidikan. Alhasil, mereka pun bertemu kadis di ruang kerjanya.
Kadis pendidikan dengan senang hati merespon kehadiran SMA di Kampung Amaholu. Apalagi pengagasnya terdiri dari anak-anak muda. Dirinya berjanji akan membantu sekolah ini dalam proses selanjutnya. Setelah proposal usulan ijin operasional itu diperiksa, Kadis berkesimpulan belum dapat menandatangani proposal dan memberikan rekomendasi ijin operasional. Pasalnya, yang menghadap bukanlah Kepsek. Mekipun mereka berupaya meyakinkan bahwa kepsek sedang berada di Makassar mengurus proses admistrasi akhir studinya. Namun kadis tetap ingin kehadiran kepsek langsung. Singkatnya, pertemuan dengan kadis dengan pihak yayasan di hari itu tak membuahkan hasil.
Dari Makassar ke Piru
Meski berkas proposal belum ditandatangani, tetapi signal untuk memperlancar admistrasi itu telah kuat. Sepulang dari kantor dinas pendidikan di Piru, Buyung Amin dan Arsad Ibrahim lalu menelpon Kepsek Kasman, dan menceritakan perihal pertemuan mereka dengan kadis pendidikan tersebut. Kemudian memintanya untuk segera balik ke SBB. Pasalnya, pengurusan ijin operasional sekolah ini dipermudah (ditandatangai), apabila kepseknya yang menghadap langsung dengan ibu Kadis.
Atas informasi itu, Kasman pun memintah waktu beberapa hari. Sembari berkomunikasi dengan orang tuanya agar dikirimkan uang untuk trasportasi kembali ke Seram Bagian Barat. Berhubung sekolah belum memiliki dana, orang tuanya lalu memberikan uang trasportasi dan akomodasi untuk kebutuhan selama proses megurus sekolah. Meski sedikit berberat hati karena anak sulunya itu juga akan menghadapi wisuda pascasarjana. Tentu membutuhkan uang yang cukup menguras kantong keluarga. Apalagi trasportasi dan akomodasi pulang pergi mengunakan pesawat. Akan tetapi, sang anak terus meyaknikan bahwa ini adalah jalan terjal pengabdian kepada masyarakat dan menyelamatkan masa depan generasi di kampung. Akhirnya uang masuk kerekeningnya meskipun menguras kantong pribadi orang tua.
Tepat pada hari Jumat, 18 November 2016, pagi dini hari, Kasman lalu mengudara bersama Lion Air dari Makassar menuju Kota Ambon. Setelah mengudara kulang lebih satu jam tiga puluh menit, Ia tiba di Ambon sekitar pukul 06.30, WIT. Tak menunggu lama, Ia lalu bergerak menuju kompleks Batu Merah (di atas termian oto Hila) untuk menaruh beberapa barang bawaanya, di sebuah kamar yang dikontrak orang tuanya.
Kemudian melanjutkan perjalanan mengunakan angkutan umum (Oto Liang) menuju Hunimua. Tempat dermaga Feri penyebrangan Ambon-SBB. Sayang waktu kedatanganya agak terlambat dari jadwal keberangkatan kloter pertama, sehingga Ia tak mendapat mengunakan jasa angkutan feri penyebrangan jam 8 pagi. Karena itu, Ia harus menunggu lagi beberapa waktu.
Dalam perjalanan Kasman, saling berkomunikasi dengan Buyung dan Arsad melalui HP. Keduanya juga sedang dalam perjalanan dari kampung menuju Kota Piru dengan berboncengan sepeda motor. Mereka berjanji akan bertemu di pasar kota Piru. Keterlambatan keberangkatan membuat waktu kedatangan di kota Kabupaten SBB itu agak terlambat dari waktu yang ditargetkan sebelumnya.
Dari pasar Kota Piru, kepsek harus menunggu kedua temanya Arsad dan Buyung. Padahal sebelumnya mereka telah bersepakat untuk bertemu di pasar terminal, namun hingga Kasman tiba di terminal pasar, kedua temannya belum terlihat. Sang kepsek lalu menelopon mengeceek posisi kedua temanya itu. Teryata keduanya telah berada di kawasan Piru. Akan tetapi, masih berurusan di salah satu kantor di kota kabupaten itu. Dalam telpon, Kasman, meminta kedua temannya untuk cepat menemuinya di terminal pasar. Di tampat yang telah mereka sepakati sebelumnya. Beberapa saat menunggu di terminal munculah kedua sosok yang dinanti itu, sambil tersenyum berjabat tangan sebagai tanda lama baru berjumpa. Tak menunggu lama, mereka langsung bergerak menuju kantor dinas pendidikan di Jalan Puttilehalat. Kira-kira dua kilo meter dari pasar Piru. Karena motor tak bisa membonceng tiga orang, Kasman, lalu memilih naik ojek dari pasar ke tempat ke kantor dinas pendidikan. Ya. Hitung-hitung harga ojek dari pasar ke kantor dinas pendidikan Rp 15.000.,
Setelah berada di halaman belakang kantor dinas pendidikan, mereka bertiga langsung masuk ke dalam ruangan untuk menemui kadis pendidikan. Sayang sial lagi, kadis tidak berada di ruang kerjanya. Ia sedang keluar istrahat mungkin makan siang, kata sekertarisnya. Bertepatan dengan hari Jumat, sehingga waktu istrahat agak cepat dari har-hari sebelumnya. Meski demikian mereka tetap setia menunggu.,
Setelah lebih dua jam berada diruang tunggu, kadis tak kunjung hadir di kantornya. Waktu yang semakin siang, perut pun mulai keroncongan. Mereka lalu melangkah menuju warung terdekat, yang tak jauh dari kantor Dinas. Masing-masing di antara mereka memesan satu mangkok bakso, dan segelas minuman dinggin. Usai makan siang itu, mereka kembali lagi ke kantor dinas. Tetapi, keadaan masih seperti biasanya. Kadis belum masuk ke ruang kerjanya.
Menghadap Kadis Pendidikan SBB Hari Pertama
Melihat Kasman, Arsad dan Buyung, yang sejak tadi menunggu dan mondar-madir ruangan kantor dinas pendidikan itu. Sekertaris kadis lalu menemui mereka dan mengarahkan untuk langsung menemui kadis di sebuah warung makan. Tempat makannya para pegawai dan pejabat dinas. Letaknya hanya beberapa meter dari kantor dinas pendidikan. Posisinya langsung berhadapan dengan kantor dinas. Tampak berfikir panjang mereka pun pergi menemui kadis di warung makan itu, namun ketika hendak masuk ke dalam warung. Mereka melihat kadis tengah asik bercerita dengan seseorang. Dari penampilannya, mereka menduga ia adalah pejabat. Mereka tak mengenalnya, siapa gerangan? Hari itu, kali pertama Kasman Renyaan, melihat dan bertemu Kadis Pendidikan SBB. Selama ini Ia hanya mendengar namanya, tetapi belum melihat wajah yang sebenarnya. Kini ia menemuinya langsung.
Kadis sedang asik bercerita, tetapi apapun keadaanya mereka harus bertemu kadis. Tampa banyak pertimbangan, mereka langsung datang duduk di kursi yang tak jauh dari meja makan kadis. Tujuannya agar kadis mengetahui keberadaan mereka. Sebab, wajah Arsad dan Buyung mungkin tak asing langi bagi kadis. Tak lama bercerita, orang yang menemani kadis itu, berdiri dan pamit pergi keluar ruangan. Inilah waktu yang tepat, mereka langsung bergegas melangkah ke meja kadis itu. Melihat mereka, kadis pun tersenyum dan berkata dengan dialeg Melayu Ambon, “kapala sekola yang mana?” Rupanya kadis telah mengetahui maksud kedatangan Mereka. “Saya bu kepala sekolahnya,” jawab Kasman Renyaan.
Pendek cerita, pertemuan itu tidak membuahkan hasil juga. Rupanya Kadis mulai tidak komitmen dengan janji-janji sebelumnya. Jika sebelumnya berkata, apabila Kepsek yang menghadap langsung di Kadis, maka draf proposal akan ditandatangani. Kini berbeda lagi, Kadis belum mau menandatanganinya, dengan alasan mengecek terlebih dahulu ke dinas Provinsi Maluku. Apakah rekomendasi itu boleh ditandatangani kadis atau tidak? Untuk meyaknikan mereka, Kadis memanggil bawahanya, kepala bagian pendidikan menegah dan sekertaris pribadinya datang dihadapannya. Kemudian menyuruh kedua bahwahannya itu, untuk mencatat nomor HP di antara mereka. Buyung, yang bertukaran nomor HP dengan kedua pegawai dinas itu. Tujuan bertukar nomor itu, apbila ada hal-hal yang diperlukan terkait kepentingan sekolah ini, dalam artian agar akses informasi mudah
Sebagai kepala sekolah Kasman mencoba merasionalisasi peroalan dengan menjelaskan kepada Kadis, mereka telah berkoordinasi dengan pihak dinas pendidikan Provinsi Maluku. Proposal harus disetujui Kadis pendidikan SBB terlebih dahulu, baru selanjutnya dilimpahkan kepada dinas pendidikan Provinsi Maluku untuk diproses. Pasalnya kebijakan pengalihan kewenagan SMA di atur provinsi belum secara berjalan maksimal karena masih baru direncanakan. Tahun 2017 baru benar-benar terealisasi dengan baik. Akan tetapi, rasionalisasi itu tak dapat merubah sikap dan keputusan Kadis yang sudah final tersebut.
Pertemuan hari itu berkas proposal tidak dapat ditandatangani. Kadis hanya memberikan harapan, menemuinya dinas pendidikan Provinsi Maluku, di Kota Ambon. Meskipun sikap Kadis terkesan masih berbelit-belit, namun signal kedua telah ada. Kadis masih tetap membatu perjuangan itu.
Mereka menyetujui itu dan berjabatangan dengan kadis dan pamit keluar, tampak tak bersemangat. Buyung dan Arsad Ibrahim tampak kecewa dengan sikap kadis yang berberlit-belit itu, tetapi itulah pejabat. Kadang tidak pernah komitmen dengan peryataan-peryataanya. Akan tetapi, perjuangan ini berlum berakhir. Kadis akan tetap membantu. Ini hanya persoalan waktu saja. Demikian, Kasman Renyaan, meyakinkan kedua orang temannya itu.
Setelah melihat dan membaca tatabahasa dan kalimat dalam beberapa surat yang tercantum dalam draf proposal usulan izin operasional itu, Teryata ditemukan banyak keganjalan tulisan, mulai dari huruf, kata, kalimat penulisan gelar Kadis, hingga dokumentasi yang ditampilkan tidak menarik. Isilahnya, kerja adistrator pembuat proposal tidak rapi.
Kepala Sekolah Kasman Renyaan membongkar kembali proposal yang telah terjilid rapi itu. Hal ini tentu menjadi catatan penting, bagi guru untuk teliti dalam bekerja, bila isi draf proposal bermasalah, tentu semua akan bermasalah. Pengajuan proposal bisa jadi ditolak karena tidak menarik untuk disimak. Pekerjaan membongkar ulang proposal tersebut dilakukan disebuah warung internet (warnet), di Batu Merah, Ambon. Akan tetapi, kondisi tidak memungkinkan, sehingga pekerjaan dilanjutkan di rumah adik mahasiwa, di komplek IAIN Ambon. Rumah yang pernah ditinggali Jojon Wahab, saat Ia menjadi mahasiswa. Di rumah itu, terdapat dua adiknya, Siman dan Larsi.
Dari dalam rumah itu Kasman Renyaan, menelpon Waldin, mahasiwa asal Kampung Amaholu untuk dipinjamkan letopnya. Waldin mengiakan, dan segera menemui Kepsek dan Bendahara SMA Iqro Amaholu itu, di kompleks IAIN. Sambil menunggu Waldin, kemudian Jojon Wahab mencari leptop, meminjam leptop kenalanya di kempleks rumahnya itu. Tak lama kemudian Ia datang dengan membawa sebuah leptop.
Pekerjaan pun langsung dimulai. Namun leptop itu pun bermasalah, tidak bisa pring. Jojon lalu meminjam leptop temannya yang lain. Kemudian masalah berikutnya adalah mesin pring mengalami ganguan. Ketrik warnanya rusak, tak dapat mempring gambar dokumentasi. Jojon kemudian pergi lagi meminjam mesin pring tetangganya.
Di saat pekerjaan masih berlangsung datang Waldin, membawa leptopnya. Akan tetapi, keperjaan yang dilihatnya itu hampir selesai. Waldin datang terlambat menemui kepala sekolah dan bendahara SMA Iqro Amaholu itu. Tenyata simpel maslahnya, Ia harus berjalan kaki dari Ahuru ke kompleks IAIN, jaraknya kurang lebih 1 kilo. Maklumlah mahasiswa, tak punya uang untuk naik angkot sudah biasa. Tetapi, Ia memiliki semangat. mememui dua orang siniornya itu, meski berjalan kaki, demi kelancaran urusan adiministrasi SMA Iqro Amaholu.
Hari Guru : Mengulang Peristiwa Sejarah (Proposal Ditandatangai)
Seminggu kemudian setelah pertemuan dengan kepala dinas itu. Pada Jum’at, 25 November 2016, bertepatan dengan momentum hari guru. Usai Shalat Subuh, Kasman Renyaan, seorang diri berangkat mengunakan angkot dari Ambon menuju Piru. Hanya bermodalkan uang yang diberikan bendara, Rp.150.000 dan ditambah dengan uang peribadinya.
Pada Jum’at ini, Ia tiba di kantor dinas pendidikan di Kota Piru, agak awal dari kedatangan Jum’at sebelumnya. Tepat Kadis sedang berada di ruang kerjanya. Di kantor sedang ramai dari hari-hari sebelumnya. Mungkin karena hari guru, sehingga semua pegawai masuk kantor. Makanan prasmanan telah disiapkan di dalam kantor. Ada acara makan patita di sini. Kali ini harus berhasil, tak boleh gagal lagi. Apapun caranya dan bagaimanapun modelnya.
Strategi diplomasi ala Diplomat Sutan Sayhril, ketika bernegosiasi dengan diplomat Belanda, dalam pengakuan kedaulatan Indonesia, dalam kondisi ini harus diguanakan. Take and gife (menerima dan memberi) menjadi alternatif untuk meyakinkan Kadis. Agar pertemuan khusus ini, bisa membuahkan hasil.
Mengulang kembali cerita sejarah. Hari ini hari guru, sebagai kepala sekolah, dan paham sejarah negogiasi, Kasman Renyaan harus berani mengambil resiko. Inilah momentumnya, Jika kadis memberi tandatangannya, maka sebagai kepala sekolah Kasman Renyaan akan menjalangkan interuksinya. Apapun resikonya, diatur belakangan. Asalkan kepentingan masing-masing harus terjawab. Berhubungan kakak kandung pejabat teras itu sedang maju sebagai calon Bupati SBB periode 2016-2017.
Hampir satu jam, menunggu di ruang tamu. Rupanya kadis sedang berada di ruang kerjanya. Bercerita dengan dengan salah seorang tamunya. Dari balik jendela kaca, dari penampilanya nampak dia seorang wakil rakyat. DPR SBB itu di dalam, kata salah seorang guru yang duduk di samping Kasman Renyaan, yang sama-sama ingin bertemu kadis.
Lama menunggu, sehingga Ia, sempat mengetik pesan SMS, yang disimpan di konsep layar HP-nya, seperti berikut ini: “Pejabat itu senang, dikala Ia bertemu sejawatnya. Pejabat itu sesukanya bicara, berlama-lama. Bila keasikan mereka tak lupa memikirkan bawahanya yang sedang menunggu di ruang tamu. Dan pejabat itu memerintah, setiap kali bersuara anak buahnya mengiyakan, bergerak cepat memnemuinya.”
Setelah sekilan lama menunggu, tamunya itu belum juga keluar. Orang lain mulai berdatangan. Mereka nampaknya wartawan, yang juga sama ingin bertemu kadis. Setelah sekian lama mengunggu, anggota DPR itu keluar ruangan disusul kadis. Sampai didepan pintu, kadis masuk lagi di ruang kerjanya. Namun di susul lagi dua pegawainya, sepertinya pengawai itu ingin memberikan laporan. Entah apa laporannya? Tamu yang sejak tadi menuggu harus kehilangaan waktu lagi. Dua pegawai itu keluar, orang tua yang ada di sampan Kasman Renyaan maminta ijin untuk masuk duluan bertemu kadis. Katanya, tak lama. Ia meyakinkan Kasaman Renyaan, yang juga ingin cepat-cepat masuk di ruang kerja kadis.
Dari balik jendela kaca, pegawai tua itu sedang presentase meyakinkan Kadis. Entah apa yang dibicarakan? Kasman Renyaan terus memperhatikan, bila orang itu bergerak melangkah keluar, maka Ia langsung menyambutnya agar tidak lagi didahuli tamju yang lain, yangjuga sedang menunggu. Alhasil Kepsek bertemu Kadis pendidikan empat mata. Inilah saatnya, agar Kadis tidak lagi beralasan yang bukan-bukan. Seperti rencana sebelumnya, negosiasi dilakukan. Ternyata rencana itu berhasil jitu. Kadis ingin menadatangai berkas proposal itu. Ia lalu menyedorkan berkas proposal tersebut.
Kadis lalu sedikit memeriksa proposal itu dan menemukan 1 huruf salah pengetikan angka tanggal lahirnya, yang tertera dalam Nip-nya. Tetapi, Kadis seperti tidak mempermasalahkan itu dan langsung membubuhkan tandatangannnya di dalam berkas proposal usulan izin operasional SMA Iqro Amaholu. Selantunya untuk dibawa ke dinas penddikan provinsi agar diproses.
Kini terjawab sudah, betapa susahnya mendapat tandatangan Kadis pendidikan SBB. Kepsek kemudian diingatkan untuk pilih dan memenagkan nomor 1 di kampungnya. Nomor urut untuk pasangan RODAL di Pilkada SBB, 15 Februari 2017. Ya..!! Sebagai bawahan yang tunduk pada perintah atasan, Kepsek dalam kondisi itu ikut mengiyakan. Namun, itulah strategi negosiasi ala Sutan Sahril, negosiator ulung Indonesia merdeka. Tentang apa yang saya mau? dan apa yang kamu mau? Ini hanya mengulang kembali sejarah diplomasi ala Bung Sjahrir, take and give. Kasman, selalu mengingat catatan-catatan kecilnya yang berserakah, sekolah dilarang dan tidak boleh dipolitisasi apapun itu. (Bersambung......) ****** (.K.R)
Komentar
Posting Komentar