Pahela adalah istilah lokal komunitas Buton Cia-Cia. Sebuah istilah yang bermakna maritim. Pahela yang berarti tarik dan berlayar menjadi kekuatan ekonomi orang Buton yang menetap di pesisir pantai barat Seram, Maluku hingga saat ini. Istilah kemaritiman ini sekaligus memantapkan Buton bersama sebagai sukubangsa lainnya, Bugis, Bajo, Makassar, Mandar dan Madura, menjadi pewaris tradisi maritim di Indonesia hari ini.
Pahela menjadi dayatarik dan daya dorong orang Buton menetap di pesisir barat Pulau Seram, Maluku. Dalam catatan sejarah maritim sukubangsa pelaut itu menjelaskan, bahwa kehadiran orang Buton di kawasan pesisir itu untuk mencari peluang yang bernilai ekonomis, diantaranya damar (pidamara). Ramainya pencarian damar di hutan pedalaman Seram Barat menjadikan mereka memahami betul kondisi alam dan lingkungan tempat yang di datangi.
Banyaknya keungulan potensi sumberdaya alam daerah yang didatangi itu lalu menarik mereka mengelolah lahan pertanian, mendirikan pemukiman dan akhirnya menetap di sana. Faktor ini didasarkan pada kondisi alam dan kehidupan Wuta Wolio (Tanah Buton), tidak memberikan harapan kesejateraan bagi mereka di masa masa mendatang.
Dimana orientasi kehidupan mereka ketika itu hanya melaut dan bertani, suatu tradisi matapencarian hidup yang diilhami dari ideologi barata Kesultanan Buton, sebagai kesimbangan hidup antara darat dan laut. Hal ini juga didasarkan pada ikatan sejarah dengan kawasan itu, bahwa sejak ramainya pedagangan rempah cengkeh di kawasan Hoamual abad ke-17. Orang Buton telah terlibat aktif sebagai palayar pedagang dan membangun jaringan niaga maritim di kawasan itu.
Ketika tentara VOC hendak melakukan usaha monopoli dagang yang berakhir pada konflik kepentingan dengan penduduk lokal di Hoamual, sebagian di antara mereka ikut bersama Kesultanan Makassar terlibat di dalam konflik melawan bangsa penjajah itu, meski kehadiran itu bukan resmi sebagai utusan Kesultanan Buton.
Dalam konteks itu Buku ini tidak memfokuskan pada periode abad ke 17, namun lebih banyak menyoroti abad ke-20 sebagai fokus utama kajian, Pahlea sejarah maritim orang Buton dan dinamikanya di pesisir pantai barat Pulau Seram.
Dinamika kehidupan migran Buton pada awal penjajakan wilayah, harus berhadapan dengan penjajahan (Jepang) di kawasan pantai barat Seram, sehingga mendorong sebagian mereka kembali ke Buton, sedangkan sebagian lainnya memilih bertahan di Kepulauan Maluku
Kehidupan bahari orang Buton di pantai barat Seram dikembangkan setelah mereka benar-benar menetap di daerah itu. Setelah berdaya mereka melakukan ekspansi pelayaran ke daerah lain, guna memperoleh komoditi niaga dan menjajakan barang dagangan.
Kondisi
dinamis orang Buton ketika konflik diperhadapkan dengan wacana usir BBM (Buton,
Bugis, Makassar) dari Maluku. Banyak orang Buton kembali mencari tanah leluhur
mereka. Bagi pelaut, kondisi itu dianggap peluang untuk memperoleh keuntungan
dinamis. Karena itu, mereka bertahan dan eksis melaut. Hal ini dilakukan
demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga juga biaya pendidikan anak mereka. ** (K.R).
Catatan: Uraian lengkapnya tentang studi tersebut dapat ditemukan di buku PAHELA seperti gambar diatas. Namun dicetak untuk kalangan terbatas karena menjadi milik negara dan tidak diperdagankan.
Komentar
Posting Komentar