IPMAM HANYA TUNGGAL DALAM IDE”ATAUKAH SEBALIKNYA “
Oleh: Jubaer Hart
Sebuah pandangan
Perbedaan gagasan, politik, dan ideologi
berimplikasi terhadap generasi dan kader IPMAM di abad ke 21. Berbagai macam
latarbelakang dan pergerakan kader-kader
IPMAM di rana akademisi, membuat
organisasi ini berada dipersimpangan jalan. Berbekal pengetahuan ideologi islam
yang fundamentalis dan diskusi-diskusi tentang keislaman yang tauhid, sampai
membaiat IPMAM diharamkan berpolitik mengingat politik bernuansa sangat ekstrim
terhadap kepentingan individual maupun golongan. Lantas kemudian disimpan
dimana-dan dikemanakan kader-kader yang
berkualitas ini? Atau politik seperti apa yang harus dipakai oleh IPMAM? Mungkin
karnah IPMAM adalah organisasi yang menggunakan rujukan Al-Quran dan As-Sunnah,
sehingga berpolitk dijadikan sebagai tabuh. Saya rasah pertanyaan-pertanyaan
seperti ini yang harus kita carikan jalan keluar atau soslusi, sehingga
nilai-nilai dan maknah organisasi terkontruksi dengan baik dalam tindak tanduk
kehidupan berorganisasi kita. Dengan demikian, ketunnggalan IPMAM terejahwantakan
dalam tindakan konkrit, bukan hanya
tunggal dalam ide kita saja.
Kader IPMAM adalah harapan bangsa dan
masyarakat Amaholu khusunya. Olehnya itu, patut bertanggungjawab ketika ada
segolongan atau segerombolan dari luar datang mengeksploitasi dan menjadikan
IPMAM dan masyarakat Amaholu sebagi obyek eksploitasi dan mengobrakabrik
masyarakat untuk mengeruk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Patutkah hal ini
kita melakukan pembiaran, sehingga selamanya kita diklaim sebagai
masyarakat dan generasi yang inferior. Yang
selalu takut dan tunduk terhadap hegemoni dan dominasi orang lain. Saya rasa, ini adalah sebuah kebiadaban yang
harus kita lawan dengan sumberdaya kita yang ada. Yaitu dengan kita fungsikan kader kita yang
berkualitas dan revolusioner, sehingga menjadi dewa penolong bagi masayarakat
amaholu dan masyarakat huamual secara general dan klimaksnya kita akan
meruntuhkan stegmen dari La Arifin bania sehingga kejayaan Sembilan belas dusun
dan sentral geografisnya ada di Amaholu
dan generasinya.
Ada
beberapa hal kenapa saya mengangkat tema Ipmam Hanya Tunggal Dalam Ide atau kah sebaliknya, didalam
tulisan ini. Mengacu kepada realitas historis perjalanan IPMAM dan gerasinnya
selalui dilewati dan diwarnai dengan
kontradikitif-kontradiktif, baik itu yang konkrit maupun yang abstrak. Anehnya dari
kontradiktif –kontradikti tersebut, tidak menjadikan sebagai rahmat, malahan
saling menyerang dan menyalahkan satu sama lain. Dimanakah letaknya kita memposisikan perbedaan adalah
rahmatan lilalamini tersebut? Entahlah kenapa! Mungkin ini adalah hukum alam
dan berlaku seluruh mahluk hidup yang ada dijagat raya ini, sehingga setiap mahluk hidup tidak bisah lari dan menghindarinya. Dan hukum alam itupun demikian berlaku terhadap organisasi ini. Anehnya, kebanyakan
sumber kontradiktif tersebut mengacu kepada mempersepsikan politik sebagai
satu-satunya sumber kontradiktif sehingga solidariatas dan loyaliatas dalam
organisasi hanya tunggal dalam ide-ide individu-individu saja. Bukan di dalam
sikap dan tindakan kita yang konkrit dalam berorganisasi.
Berbicara politik, ada baiknnya kita
mendevinisikan politik secara sahih, sehingga
kita tidak terjebak secara parsial, serta naïf dan kolot dalam memahami
politik. Alhasil, yang ada dipikiran kita politik semata-semata hanya untuk
kepentingan primordial dan golongan, sehingga tidak melihat politik dari sisi
positifnya. mengacu pada beberapa pendekatan baik secara islam maupun dimensi
ilmu politik itu sendiri. Menurut sumber historis yang kutemui dalam islam,
bahwa politik sudah diajarkan pada fase Rasullah SAW menjalankan dakwahnya
yaitu pada saat Rasullah Hijrah dari Mekah
ke Madina dengan mengambil sebuah kebijakan politik yaitu mempersaudarakan
kaum muhajirin dan ansar yang ada di Madina. Di mana sebagi sebuah strategi dan
taktik untuk keselamatan mereka menuju suatu missi yaitu membebaskan umat
manusia dari perbudakan dan eksploitasi dengan konsep islamnya. Konsep kenegaraan pun dicetuskan pertama kali
di Madina (Baca: konsep Islam dan
Negara). Kalimat ini, sebenarnya harus menjadi sebuah kehalalan toiban bahwa
apapun organisasinya dan ideologinya pada dasarnya politik bukan lagi menjadi
sebuah keyakinan tradisonalisme atau menjadiakan sebuah isme yang harus
diajauhi oleh generasi bangsa dan generasi IPMAM.
Ketika generasi IPMAM diejahwatahkan dalam kehidupan konkrit dengan
mendorong kadernya menuju kepentingan jamaah maka ketunggalan IPMAM dalam ide
tersebut tidak bersifat peyoratif,gagasan kebersamaan dan keutuhan organisasi
semakin terwujud dalam realitas dan tindakan kita dengan mengambil sebuah
keputusan kolektif kolegial sehingga badai politik tidak menembus dalam
organisasi yang kita cintai ini.karna materi yang menentukan ide, sehingga IPMAM selalu tunggal dalam warna warni kehidupan
berorganisasi , sebaliknya bukan ide yang menetukan materi, alhasil
ketunggalan IPMAM hanya terwujud dalam
angan-angan yang kosong tanpa terkonstruksi dalam tindakan dan perbuatan kita
yang lebih konkrit.
Tulisan ini bukalah sebuah kebenaran
sejati yang harus menjadi sumber pemahaman kawan-kawan, tapi hanya sebagai batu loncatan untuk
merevitalisasi kontelasi didalam organisasisi dan penulis bukan dimaa’sumkan
dari kesalahan.karna kebenaran sejati hanya ada dilangit.salam pembebasan,
salam organisasi IPMAM, semoga jaya selalu, dan bongkar kebiasaan lama ciptakan
kebiasaan baru yang inovatif, revolusioner, dan religious. *****
0 Komentar