Subscribe Us

header ads

Jumpa Pertama di Kota Daeng


Aku dan kamu berjumpa di Kota Daeng. Pertemuan itu, kali pertama kita. Setelah sekian lama mengipikan perjuampaan itu. Kita bertemu di UVRI Antang. Di Pos penjagaan, Kampus UVRI aku menggu. Dan beberapa waktu aku menunggu, kamu tiba-tiba muncul dari arah depan pintu gerbang, dengan berboncengan sepeda motor. Kamu bersama kakak Iparmu. Kamu memanggilku Bi, disini. Dengan senyum aku menjawmu, kesini saja. Tak menunggu lama kamu pun melangkah mendekatiku. Kita bersalaman, jabat tangan, saling melempar senyum. Kamu memandangku, mencubit-cubit badangku dengan penuh kasih sayang. Kaka iparmu datang menyembar kita. Aku berkenalan denganya, berjabatangan dengan senyum malu.

Kamu mengajaku kerumah sepupumu. Tak ada motor untuk bisa menjangkau rumahmu. Kamu mencarikanku ojek. Dan aku menungguhmu, hingga kamu muncul bersama ojek yang kamu ajak untuk memboncengku. Aku bersama tukang ojek satau sepeda motor dan kamu bersama kaka iparmu semotor. Kami mengikuti belakang kalian. Sekali-kali tukang ojek menancapkan gas, takut pandanganya terselip oleh kenderaan lain. Begitu cepat kalian mengendrai motor itu, hingga sesekali tukan ojek bertanya dimana mereka? Lorong demi lorong dimasuki, tetapi belum juga sampai. Lumayan jauh perjalanan dari kampus UVRI ke rumah sepupumu.

Aku mengeluarkan uang 10 ribu untuk ongkos ojek. Kalian mengajaku masuk dan aku pun masuk, memberi salam. Salam itu kalian jawab sendiri. Aku masuk, duduk bersila di dasar lantai. Beberapa menit kita duduk ngobrol berdua, datang pula saudara sepupumu. Lelaki itu tersenyum disaat memandanku. Aku membalas senyumnya. Kita ngobrol bersama. Aku, kamu dan sepupumu. Pembicaraan kita, tak begitu mencair, selain rasa tegang menyelimuti kita, juga ini kali pertama kita duduk bersama.

Dari waktu Zuhur, hingga shalat asar kita masih saja nobrol. Aku menanyakan letak mesjid dan meminta pamit sebentar untuk ke mesjid, agar bisa menuniakan Shalat Ashar. Aku meninggalkan kalian berdua, bercerita. Usai shalat aku kembali lagi ke kontarakan kaka iparmu yang tak begitu jauh dari mesjid, tempat aku menunaikan shalat Ashar. Pisang gorong..pisang goreng. Teriak anak penjual pisangoreng itu, sambil berjalan melewatiku. Akupun menahan anak itu, memintanya untuk mengikutiku. Ia pun turut berjalan bersamaku menuju romah kontrakan sepupumu itu. Disitu, kumelihatmu duduk di jendela, tak memakai jilbab, seperti halnya pertama kita berjumpa tadi. Aku menyuruhmu membeli pisang goreng yang dibawa anak itu. Kamu lalu mengambil beberapa pisang goreng itu, bersama sambalnya. Menaruhnya di sebuah piring kaca. Piring yang baru saja kamu ambil dari rak piring itu.

Kamu mengajak kami makan. Kita makan bersama, sambil menonton TV. Bercerita, sekali-kali aku melirkmu. Kita salang berpandangan lalu tersenyum. Beberapa lama kemudian aku meminta pamit, pulang ke temapt kosku. Kamu bilang tunggu sebentar. Ternyata kamu memakai jilbab dan mengantarku keluar, menuju pangkalan ojek. Sambil bercerita kita berjalan berdua. Melihat bakso, aku bilang aku ingin maken, semenjak dari tadi perutku belum menyentu nasi. Kamu bilang makan bakso, tetapi kamu tak bawah dompet. Sambil berjalan kita bercerita, berlalu dari tempat bakso. Disepanjang jalan, kamu sesekali memukul pundakku dan mengandeng tanganku.
Kaka Sepupumu mengenderai motor menyambar kita dari belakang. Mengajak aku naik. Aku pun naik. Dadaa….Katamu, dan aku membalsanya dadaaa…kita pun berlalu.

Minggu 20 September. Kamu mengajaku ke pantai losari. Tapi kita gagal bertemu. Aku datang kemu kembali. Aku salah jalur, bukan dipantai losari tapi, sampai dijalan cendra wasih.
                                                                   Sabtu, 19 September 2015. 

Posting Komentar

0 Komentar