Langsung ke konten utama

Pemahaman Konsep Belajar Berdasarkan Teori Kognitif


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Belajar juga dapat dipandang sebagai proses elaborasi dalam upaya pencarian makna yang dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kompetensi personel. Belajar menurut teori belajar kognitif merupakan proses mental aktif untuk memperoleh, mengingat dan menggunakan pengetahuan.
            Kegiatan aktivitas pembelajaran didesain dengan tujuan untuk memfasilitasi siswa mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran. Kompetensi mencerminkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat diperlihatkan oleh seseorang setelah menempuh proses pembelajaran oleh karena itu kegiatan pembelajaran  harus berlandaskan peda teori-terori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa mencapai tujuan pembelajaran.  Teori belajar berisi serangkaian prinsip yang terorganisasi yang menjelaskan bagaiman individu belajar serta memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang baru. Teori belajar perlu dipahami oleh guru atau perancang designer dapat merancang proses pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik. Teori belajar yang bersifat penjelasan atau deskritif dapat dijadikan sebagai bahan rujukan atau referensi untuk memahami proses belajar lebih baik. Pemahaman yang baik tentang teori-teori belajar dapat digunakan sebagai dasar untuk menciptakan kegiatan pembelajaran seperti yang diharapakan, salah satunya teori belajar kognitif.
Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktek belajar yang dilaksanakan di sekolah adalah aliran kognitif. Aliran ini telah memberikan konstribusi terhadap penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar. Berbeda dengan pandangan aliran behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang bersifat sebagai mekanistik antara stimulus dan respon, aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus atau respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar.
Kendati pendekatan kognitif sering dipertentangkan dengan pendekatan behavioristik, namun pandangan-pandangan kaum behavioristik juga ada yang digunakan dalam pendekatan kognitif. Reinforcement, misalnya, yang menjadi prinsip belajar behavioristik, juga terdapat dalam pandangan kognitif tentang belajar. Namun bedanya, behavioristik memandang reinforcement sebagai elemen yang penting untuk menjaga atau menguatkan perilaku, sedangkan menurut pandangan kognitif reinforcement merupakan sebuah sumber feedback untuk melihat apakah kemungkinan yang terjadi jika sebuah perilaku diulang lagi. Sehubungan dengan teori kognitif diatas penulis makalah akan membahas tentang konsep, prinsip, ciri-ciri, hubungan dengan hakekat belajar, pengaruhnya terhadap proses belajar, aplikasi teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran.

B.     Rumusan Masalah
            Dari pembahasan diatas yang menjadi perumusan masalah adalah :
1.      Pengertian teori belajar kognitif
2.      Konsep teori belajar kognitif
3.      Macam-macam teori belajar kognitif
4.      Prinsip-prinsip dasar menurut teori Gestalt
5.      Ciri-ciri teori belajar kognitif
6.      Hubungannya dengan hakekat pembelajaran
7.      Pengaruhnya terhadap proses pembelajaran
8.      Aplikasi teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran

C.      Tujuan
            Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1.       Mengetahui pengertian teori belajar kognitif
2.      Mengetahui konsep teori belajar kognitif
3.      Mengetahui macam-macam teori belajar kognitif
4.      Mengetahui prinsip-prinsip dasar menurut teori Gestalt
5.      Mengetahui ciri-ciri belajar kognitif
6.      Mengetahui hubungannya dengan hakekat pembelajaran
7.      Mengetahui pengaruhnya terhadap proses pembelajaran
8.      Mengetahui aplikasi teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Teori Belajar Kognitif
Psikologi kognitif mulai diperkenalkan pada akhir abad XIX yaitu dengan lahirnya teori belajar Gestalt, dan salah satu tokoh psikologi Gestald adalah Max. Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia/satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Teori belajar kognitif berpandangan bahwa belajar merupakan proses mental aktif untuk memperoleh, mengingat dan menggunakan pengetahuan.  Hal ini sesuai dengan pendapat Woolfolk 2004 (dalam Pribadi, 2009) bahwa teori belajar kognitif sebagai pendekatan umum yang memandang belajar sebagai proses mental aktif untuk memperoleh, mengingat dan menggunakan informasi dan pengetahuan.
Dalam pandangan teori belajar kognitif, siswa adalah individu yang aktif mempelajari ilmu pengetahuan. Dalam menempuh proses pembelajaran, siswa tidak hanya sekadar bersifat pasif dalam menerima pengetahuan. Siswa mencari informasi untuk mengatasi masalah yang dihadapi dan menyusun pengetahuan tersebut untuk memperoleh sebuah pemahaman baru. Konsep penting yang dikemukan dalam teori belajar kognitif adanya pemprosesan informasi yang menjelaskan tentang aktivitas pikiran individu dalam menerima, menyimpan dan menggunakan informasi yang dipelajari.
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu tersendiri. Menurut teori ini,ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tetapi melalui bersambung-sambung, menyeluruh, Ibarat seseorang yang memainkan musik, orang ini tidak “memahami” not-not balok yang terpampang di partitur sebagai informasi yang saling lepas berdiri sendiri, tetapi sebagai satu kesatuan yang secara utuh masuk ke pikiran dan perasaannya. Seperti juga juga ketika anda membaca tulisan ini, bukan alphabet-alphabet yang terpisah-pisah yang dapat diserap dan dikunyah dalam pikiran, tetapi adalah kata, kalimat, paragraf, yang kesemuanya itu seolah jadi satu, mengalir, menyerbu secara total bersamaan. Dalam praktik, teori ini antara lain terwujud dalam “tahap-tahap perkembangan” yang diusulkan oleh Jean Piaget, “belajar bermakna”nya Ausubel, dan “belajar penemuan secara bebas” (free discovery learning) oleh Jerome Bruner.

B.       Pengertian Belajar Menurut Teori Kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan; pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Pengertian belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behaveoristik. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar behavioristik yang mempelajari proses belajar hanya sebagai hubungan stimulus-respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu apat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan seperti: ”Tahap-tahap perkembangan” yang dikemukakan oleh J.Piaget, advance organizer oleh Ansubel, pemahaman konsep oleh Bruner, Hirarkhi belajar oleh Gagne, Webteaching oleh Norman, dan sebagainya. Berikut akan diuraikan lebih rinci sebagian dari pandangan mereka.

C.      Konsep Teori Belajar
Suatu konsep yang penting dalam psikologi Gestalt adalah tentang “insight” yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh. Guru memberikan suatu kesatuan situasi atau bahan yang mengandung persoalan-persoalan, dimana anak harus berusaha menemukan hubungan antar bagian, memperoleh insight agar ia dapat memahami keseluruhan situasi atau bahan ajaran tersebut. Insight itu sering dihubungkan dengan pernyataan spontan seperti “aha “ atau “oh, see-now”. Menurut teori Geltalt ini pengamatan manusia pada awalnya bersifat global terhadap objek-objek yang dilihat, karena itu belajar harus dimulai dari keseluruhan, baru kemudian berproses kepada bagian-bagian. Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dalam memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan  telinga.

D.      Macam-macam Teori Belajar Kognitif
Yang termasuk teori belajar kognitif adalah:
1.      Teori belajar Pengolahan Informasi
Informasi terus memasuki pikiran kita melalui indera kita. Sebagian ada yang di simpan dalam ingatan kita dalam waktu yang singkat dan kemudian di lupakan. Riset tentang memori manusia (lihat, misalnya, Anderson, 2005; Ashcraft, 2006; Bransford, Brown & Cocking, 1999; Byrnes, 2001; Elias & Saucier, 2006; Solso, 2001; Tulving & Craik, 2000) telah membantu pakar teori pembelajaran menjelaskan proses yang menyebabkan informasi diingat (atau dilupakan). Proses ini, yang biasanya disebut model pengolaan informasi Atkinson & Shiffrin. Ada tiga komponen utama memori ialah:
Rekaman indera, memori kerja atau jangka pendek, dan memori jangka panjang. Rekaman indera adalah memori yang sangat pendek yang terkait dengan indera. Informasi yang diterima indera tetapi tidak diberi perhatian akan terlupakan dengan cepat. Begitu diterima, informasi diolah oleh pikiran sesuai dengan pengalaman dan keadaan mental kita. Kegiatan ini disebut persepsi. Rekaman indera menerima informasi dalam jumlah besar dan masing-masingindera (penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, rasa) dan menahannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari    beberapa detik. Jika tidak ada yang terjadi pada informasi yang di tahan dalam rekaman indera, informasi tersebut hilang dengan cepat. Informasi yang diterima indera tetapi tidak diberi perhatian akan terlupakan dengan cepat.
Begitu diterima, informasi diolah oleh pikiran sesuai dengan pengalaman dan keadaan mental kita. Kegiatan ini disebut persepsi. Persepsi menegenai rangsangan bukanlah sesederhana penerimaan rangsangan, sebaliknya hal itu melibatkan penafsiran pikiran dan di pengaruhi oleh keadaan pikiran kita, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan factor lain.
Memori kerja atau jangka pendek adalah sistem penyimpanan yang menampung lima hingga sembilan potongan informasi setiap saat. Informasi masuk ke memori kerja dari rekaman indera maupun memori jangka panjang. Pengulangan adalah proses pemanggilan kembali informasi untuk menempatkannya  ke dalam memori kerja.
Memori jangka panjang  adalah bagian sistem memori dimana sejumlah besar informasi disimpan dalam kurun waktu yang tidak terhingga. Teori pembelajaran kognitif menekankan pentingnya membantu siswa menghubungkan informasi yang sedang dipelajari dengan informasi yang ada dalam memori jangka panjang.
Ketiga bagian memori jangka panjang adalah rekaman episodik, yang menyimpan ingatan kita tentang pengalaman pribadi; memori semantik, yang menyimpan fakta dan pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu. Skemata adalah jaringan gagasan-gagasan yang terkait untuk menuntut pemahaman dan tindakan kita. Informasi yang masuk dengan tepat di dalam skema yang terbentuk dengan baik lebih mudah dipelajari daripada informasi yang tidak dapat begitu diakomodasi.
Faktor yang meningkatkan memori jangka panjang, beberapa factor berperan dalam ingatan jangka panjang. Tidak mengherankan, salah satu ialah sejauh mana siswa mempelajari bahan sejak awal (Bahrick & Hall, 1991). Menarik dicatat bahwa dampak kemampuan pada ingatan tidak jelas (Semb & Ellis, 1994). Siswa yang berkemampuan yang lebih tinggi mempunyai nilai yang lebih baik pada akhir pelajaran tetapi sering melupakan yang telah mereka pelajari dengan persentase yang sama dengan siswa yang berkemampuan lebih rendah.
Model pengelolaan Informasi lain, Ada beberapa teori-teori alternative menurut Atkinson & Shiffrin, diantaranya teori tingkat pengolahan berpendapat bahwa pebelajar hanya akan mengingat hal-hal yang mereka olah. Siswa mengolah informasi ketika mereka memanipulasinya, melihatnya dari sudut pandang yang berbeda, dan menganilisisnya. Teori kode ganda lebih jauh mengusulkan pentingnya menggunakan pengkodean visual maupun verbal untuk mempelajari potongan-potongan informasi.
2.      Teori belajar Kontruktivisme
Teori belajar Kontruktivisme memandang bahwa:
a.       Belajar berarti mengkontruksikan makna atas informasi dari masukan yang masuk ke dalam otak.
b.      Peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri.
c.       Peserta didik sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak bisa digunakan lagi.
d.      Peserta didik mengkontruksikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya.
Teori Kontruktivisme menetapkan 4 asumsi tentang belajar, yaitu:
a.       Pengetahuan secara fisik dikonstruksikan oleh peserta didik yang terlibat dalam belajar aktif.
b.      Pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan oleh peserta didik yang membuat representasi atas  kegiatannya sendiri.
c.       Pengetahuan secara sosial dikonstruksikan oleh peserta didik yang menyampaikan maknanya kepada orang lain.
d.      Pengetahuan secara teoritik dikonstruksikan oleh peserta didik yang mencoba menjelaskan obyek yang tidak benar-benar dipahaminya
Slavin menyarankan 3 strategi belajar efektif, yaitu:
a.       Membuat catatan.
b.      Belajar kelompok
c.       menggunakan metode PQ4R (preview, question, read, reflect, recite, review)

E.       Prinsip-prinsip Dasar Menurut Teori Gestalt
1.      Belajar berdasarkan keseluruhan.
Orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Bahan pelajaran tidak dianggap terpisah, tetapi merupakan satu kesatuan. Bahan pelajaran yang telah lama tersimpan di otak dihubung-hubungkan dengan bahan pelajaran yang baru saja dikuasai, sehingga tidak terpisah, berdiri sendiri. Dengan begitu lebih mudah didapatkan pengertian. Bahan pelajaran yang bulat memang lebih mudah dimengerti daripada bagian-bagian.
2.      Belajar adalah suatu proses perkembangan.
Anak-anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila ia telah matang untuk menerima bahan pelajaran itu. Manusia sebagai suatu organisme yang berkembang, kesediannya mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa bathiniah, tetapi juga perkembangan anak karena lingkungan dan pengalaman.
3.      Anak didik sebagai organisasism keseluruhan
Anak didik belajar tidak hanya intelektualnya saja, tetapi juga emosional dan jasmaniahnya. Dalam pengajaran modern, selain mengajar guru juga mendidik untuk membentuk pribadi anak didik.
4.      Terjadi Transfer
Belajar pada pokoknya yang terpenting penyesuaian pertama, yaitu Memperoleh tanggapan yang tepat. Mudah atau sukarnya masalah itu terutama adalah masalah pengamatan. Bila dalam suatu kemampuan telah dikuasai betul-betul, maka dapat dipindahkan untuk menguasai kemampuan yang lain. Dengan kata lain, kemampuan itu dapat dipakai untuk mempelajari hal-hal yang lain. Belajar matematika, misalnya, bila ia telah dikuasai dapat dipergunakan dalam masalah jual beli bahan-bahan tertentu. Demikian juga halnya dengan penguasaan tata bahasa Indonesia, dapat ditransfer (dipergunakan) untuk mempelajari grammar bahasa Inggris.
5.      Belajar adalah pengalaman yang terorganisasi
Pengalaman adalah hasil dari suatu interaksi antara anak didik dengan lingkungannya. Anak kena api, misalnya, kejadian ini menjadi pengalaman bagi anak. Anak merasa panas kena api. Kulitnya mengelupas akibat terbakar. Anak belajar dari pengalamannya bahwa kena api itu panas dan api itu bisa membakar kulit manusia. Karena pengalamannya itu, anak didik tidak akan mengulangi lagi untuk bermain-main dengan api. Dengan demikian, belajar itu baru timbul bila seseorang menemui suatu situasi/social baru dalam kehidupannya. Dalam menghadapi hal itu ia akan menggunakan semua pengalaman yang telah dimilikinya. Anak mengadakan analisis reorganisasi pengalamannya.
6.      Belajar harus dengan Insight
Insigh adalah suatu saat dalam proses belajar di mana seseorang melihat pengertian (insight) tentang sangkut paut dan hubungan – hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu problem. Misalnya, peristiwa banjir yang melanda suatu daerah.
Peristiwa itu tidak dipandang berdiri sendiri, tetapi ada faktor penyebab lainnya yang menyebabkan terjadinya peristiwa banjir itu disuatu daerah. Artinya, peristiwa banjir berhubungan dengan faktor-faktor lainnya.
7.      Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan.
Hal itu terjadi bila banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan anak didik dalam kehidupan sehari-hari, di sekolah progresif, anak didik diajak membicarakan tentang proyek/unit agar tahu tujuan yang akan dicapai dan yakin akan manfaatnya.
8.      Belajar berlangsung terus menerus
Belajar tidak hanya disekolah, tetapi juga diluar sekolah. Oleh karena itu, dalam rangka untuk memperoleh ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya, anak didik harus banyak belajar, tidak hanya ketika di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Anak didik dapat memperoleh pengetahuan/ pengalamannya sendiri-sendiri dirumah atau di masyarakat. Pihak lain harus turut membantunya. Pihak sekolah harus bekerja sama dengan orang tua di rumah dan di masyarakat dalam kehidupan social yang lebih luas, agar semua turut serta membantu anak secara harmonis.
F.       Ciri-ciri teori belajar kognitif
Proses belajar yang menggunakan insight mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Insight tergantung pada kemampuan dasar
2.      Insight tergantung kepada pengalaman masa lampau yang relevan (dengan apa yang dipelajari).
3.      Insight tergantung kepada pengaturan situasi yang dihadapi maksudnya insigh hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek yang perlu diamati.
4.      Insight didahului dengan periode mencari dan mencoba-coba (insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit).
5.      Belajar dengan insight dapat diulangi artinya solusi masalah dengan menggunakan insight dapat diulangi dengan mudah, dan akan berlaku secara berlangsung.
6.      Jika insight telah berbentuk, maka masalah pada situasi-situasi yang lain akan dapat dipecahkan.
G.      Hubungannya dengan Hakekat Pembelajaran
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Jadi hubungan teori kognitif dengan hakekat belajar menurut kacamata penulis adalah bahwa belajar atau pembelajaran adalah suatu proses yang lebih menitikberatkan proses membangun ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek yang bersifat intelektualitas lainnya. Oleh sebab itu, belajar juga dapat dikatakan bagian dari kegiatan yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks dan komprehensif.
H.      Pengaruhnya terhadap Proses Belajar
Proses belajar adalah kata yang berasal dari bahasa latin “proccessus” yang berarti “berjalan kedepan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin, seperti yang dikutip oleh Muhibbin syah, proses adalah proses adalah perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan. Kemudian proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan prilaku kognitif.
Dari uraian diatas kiranya teori kognitif ini menurut penulis sangat besar pengaruhnya dalam proses pembelajaran, akibatnya pembelajaran di Indonesia pada umumnya lebih cenderung kognitif oriented (berorientasi pada intelektual atau kognisi). Implikasinya lulusan pendidikan atau pembelajaran kaya intelektual tetapi miskin moral kepribadian. Mestinya proses pembelajaran harus mampu menjaga keseimbangan antara peran kognisi dengan peran afeksi (perasaan dan emosi yang lunak), sehingga lulusan pendidikan memiliki kualitas intelektual dan moral kepribadian yang seimbang.
Pengaruhnya juga dengan proses belajar pengamatan kita pada awalnya betul-betul global, kita melihat secara awal adalah vas bunga, setelah kita amati dengan seksama barulah kita menemukan bagian-bagiannya dimana kita ada melihat sejumlah lekukan, ornament, dan isinya yang menjadi bagian yang terpisahkan dari vas bunga tersebut dan sebagainya (Rasyad, 2003:74).
I.         Aplikasi Teori Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.      Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2.      Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat bekajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
3.      Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4.      Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.
5.      Pemahaman dan retensi akan meningkatkan jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6.      Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
7.      Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini angat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal, dan sebagainya.



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.
Di antara para teori kognitif, paling tidak ada tiga yang terkenal yaitu Piaget, Bruner, dan Ausubel. Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta melalui proses asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Sedangkan Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan dan informasi, dan bukan ditentukan oleh umur. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap anaktif, ikonik, dan simbolik. Sementara itu Ausubel mengatakan bahwa proses belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks. Pebedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

Makalah di atas: Diterjemahkan dari Bahan Ajar Dosen Pisikoliogi, Yang Bertulisan  Bahasa Inggris, Program Pasca Sarjana Universitas Negei Makassar, Kuliah Pertemuan ke-2. September 2014.

Komentar

  1. nice post
    jangan lupa mampir
    http://undy-blog.blogspot.com/

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH KETERTIBAN

KATA PENGANTAR Dengan Menyebut nama Allah SWT, yang selalu melimpahkan kasih sayang kepada makhluknya, segala puja dan puji hanya dipersembahkan kepadanya, shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, sebagai penunjuk jalan bagi umat menuju keridhaan Allah SWT. Makalah ini disusun dengan maksud untuk menambah bahan pengetahuan tentang Ketertiban. Ketertiban yang dimaksud dalam makalah ini adalah ketertiban sebagai landasan kehidupan dilingkungan baik lingkungan pendidikan, perkantoran, maupun dilingkungan masyarakat umum dan kedisiplinan seseorang terhadap aturan yang berlaku. Namun demikian   usaha seperti ini dirasakan masih sangat kurang bila dibandingkan dengan luasnya permasalahan-permasalahan Ketertiban diberbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Penulis menyadari bahwa penulisan Makalah ini jauh dari harapan akan kesempurnaan. Namun berkat usaha penulis dan bantuan yang selalu datang dari berbagai pihak, hingga penulisan makalah ini dapat diseles...

Universitas Banda Naira Gelar Yudisium Sarjana Perdana

  Wakil rektor bidang akademik (tengah depan) beserta dekan dan sejumlah ketua program studi dalam acara Yudisium Sarjana Rabu (11/1/2023), Pagi. AG-HISTORIS.com , Banda ; Setelah resmi naik status dari sekolah tinggi (STP dan STKIP) Hatta-Sjahrir menjadi Universitas Banda Naira (UBN) pada 2022 lalu, kampus yang dikelolah Yayasan dan Warisan Budaya Banda itu, mengelar yudisum masal perdana kepada 47 orang mahasiswa yang telah menempuh ujian sarjana hingga pekan lalu. Kegiatan serimonial akademik untuk pengesahan pengunaan gelar sarjana ini, diikuti oleh sebanyak 27 lulusan Fakultas Perikanan dan 20 mahasiswa lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di gedung Harmony Society, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Rabu (11/1/2023). Dalam sambutannya, Wakil Rektor (Warek 1) Bidang Akademik UBN Budiono Senen, S.Pi., M.Si, mengatakan pemberian gelar sarjana ini merupakan suatu kebangaaan sekaligus beban. "Masyarakat di luar sana menunggu pengabaian Anda sebagai ...

AKULTURASI KEBUDAYAAN ISLAM DI NUSANTARA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI POLITIK SOSIAL DAN BUDAYA

KATA PENGANTAR Mendahului kata pengantar ini, penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa Pengasih Lagi Maha Penyayang atas limpahan rahmat-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun dengan maksud untuk menambah bahan pengetahuan tentang “ Akulturasi Kebudayaan Islam Dalam Persingunganya Dengan Kebudayaan Lokal Dalam Perspektif Ekonomi Politik Sosial Dan Budaya.” Kemampuan Islam untuk beradaptasi dengan budaya setempat, memudahkan Islam masuk ke lapisan paling bawah dari masyarakat. Akibatnya, kebudayaan Islam sangat dipengaruhi oleh kebudayaan petani dan kebudayaan pedalaman, sehingga kebudayaan Islam mengalami transformasi bukan saja karena jarak geografis antara Arab dan Indonesia, tetapi juga karena ada jarakjarak kultural. Proses kompromi kebudayaan seperti ini, tentu membawa resiko yang tidak sedikit, karena dalam keadaan tertentu seringkali mentoleransi penafsiran yang mugkin agak menyimpang dari aja...