Peringatan hari Pattimura setiap tanggal 15 Mei
merupakan momen yang sangat dinantikan oleh ribuan masyarakat Maluku. Puncak
Peringatan hari pahlawan Maluku ini, bertempat dilapangan Merdeka Kota Ambon. Namun
oleh pemerintah Kota Ambon dalam peringatan hari Pattimura yang jatuh pada hari
selasa,(15/05/203) ini, dipindahkan tempatkan di Saparua. Awalnya, perayaan hari
Pattimura ini dilakukan dari saparua menuju Ambon, sesuai rute sejarah. Kini acara sacral itu, hanya difokuskan di daerah
Saparua Kabuapten Maluku Tenggah itu sendiri.
Pemindahan lokasi peringatan perayaan hari Pattimura
dengan puncak acara di lapangan merdeka kota Ambon ini, karena dengan alasan
keamanan. Pemda dan Pemkot beserta Aparat Keamanan, tidak dapat menjamin damainya
perayaan hari Pattimura tahun ini. Keamanan dan kedamian menjadi barang mahal
di negri ini. Keamanaan tidak bisa dijamin, karena jangan sampai konflik Ambon berulang
kembali dalam momentum sacral Pattimura kali ini. Pemda Maluku dan Pemkot Ambon
traumatic, atas konflik masyarakat Maluku tahun lalu, dalam peringatan hari Pattimura
di Kota Ambon.
Momentum hari Kapitan Maluku ini, sangat
dinanti-nantikan oleh ribuan masyarakat Maluku yang ada di kota Ambon dan
sekitaranya. Masyarakat ingin menyaksikan langsung bagaimana cerita sejarah
Pattimura. Cerita perjuangan Kapitan Pattimura yang dikisahkan dalam catatan sejarah
Maluku dan momentum hari jadi itu. Puncak acara ini dilakukan dengan pertukaran
obor sacral, antara satu negeri dengan negeri lainya. Acara dengan pawai obor itu sendiri diikuti oleh
ribuan masyarakat Maluku sambil berjalan kaki, penuh atraksi yang dapat mengiur
penontong ketika melihat momentum itu.
Masyarakat Maluku yang ikut dalam perayaan itu,
diwajibkan memakai kain berang layaknya Kapitan Pattimura masa lalau. Merayakan
acara itu sambil berjalan kaki membawa obor sacral, dari Saparua menuju tempat
esekusi terakhir di Lapangan Merdeka Ambon. Acara sacral ini, dilakukan berdasarkan
cerita sejarah perjuangan Kapitan Pattimura masalalu dalam catatan sejarah
Maluku. Sungguh nikmatnya, penonton yang menyaksikan puncak acara ini. Warga yang
diberada kota Ambon pun amat menyesal, jika mereka melewati peringatan hari pejuang
ini.
Dengan melihat momentum sacral ini, masyarakat
Maluku bisa punya kesadaran sejarah dalam menceritakan kebenaran sejarah
perjuangan Kapitan Pattimura itu sendiri. Bisa ada persatuan dan kedamaian bagi
Masyarakat Maluku.
Namun naifnya, momentum sacral yang mengiur ini,
segaja dialihkan dan Pemkot Ambon hanya karena alasan keamanan. Alasan pemindahan lokasi yang dikemukan pemkot sanga kontroversial dengan alasan pemda provinsi Maluku, dimana pemindahan lokasi agar menjadikan saparuah sebagai kota sejarah. Padahal
Pemda dan Pemkot adalah orang yang mempunyai kekuasan di daerah, yang bisa
memikirkan bagaimana keamanan dan kedamaian di Maluku dan kota Ambon bisa terjamin.
Apa gunanya Aparat Keamanan, Apa gunanya pemerintah daerah dan kota, jika
mereka tidak mampu menjamin keamanan di daerah ini. Pemda dan Pemkot tidak ada kesadaran sejarah, sehingga sesuka hati melakukan sesuatu tampa melihat nilai-nilai sejarah yang terkandung di dalam perayaan itu.
Pemindahan perayaan hari patimura ini sebuah
penistan dan kecelakaan sejarah. Pemda Maluku dan Pemkot Ambon sudah tidak
punya kesadaran sejarah. Pemeritah di negeri ini dengan sengaja memutus mata
rantai cerita, dan kebenaran sejarah Kapitan Pattimura.
Padahal Pattimura dikenal dan dikenang sebagai seorang
Kapitan yang sangat menjujung tinggi kebenaran, tidak pandai berbohong.
Pattimura di sebut pahlawan, sebab perjuangan dan komitmenya dalam membelah
serta memperjuangkan hak-hak rakyat Maluku tampa pamrih. Kerelaan Pattimura
menjadi kapitang perang, hanya untuk membela dan mempertahankan tanah dan
rakyat Maluku, yang dirampas dan ditindas kaum penjajah klonial kala itu. Pattimura
pun relah mati ditiang gantungan, hanya untuk mempertahankan komitmen dan idealismenya,
agar kelak Pattimura tidak dikenal dan dikengang sebagai pahlawan penghianat.
Namun celakanya juga, nama besar nan suci
Kapitang Patimmura ini, telah dikotori para pembuat sejarah Pattimura, yang mencoba
menulis cerita sejarah perjuangan pattimura, sesuai dengan versi masing-masing.
Multitafsir itu, menyebabkan Pattimura adalah pahlawan kontroversi di kalangan
generasi muda Maluku saat ini. Penulisan sejarah perjuangan Kapitang Pattimura
sebagai seorang pahlawan kebanggaan masyarakat Maluku ini,juga tidak didasarkan
objektifitas dan kebenaran mutlak dari sumber sejarah itu sendiri.
Distorsi penulisan sejarah Kapitan Pattimura
itupun terjadi, sehingga semakin membingungkan generasi muda masyarakat Maluku saat
ini. Siapa sebenarnya Pattumura itu.? Pertanyaan ini belum ditemukan jawaban
mutlak sesungguhnya.Jawaban tentang siapa patimura? menjadi kontrovesial
dikalangan generasi muda masyarakat Maluku saat ini.
Kapitan Pattimura adalah pahlawan yang
kontroversial bagi masyarakat Maluku. Ada yang menyebut nama Patimura sebagai Thomas
Mattulesy, (versi Kristen) ada juga menjebut Pattimura adalah Ahmad Lesy (versi
islam). Dua nama dalam satu orang yang membinggungkan, dan menjadi kotroversial
dari kebenaran sejarah. Namun biarpun multitafsir tentang Kapitang Pattimura.
Jelasnya, perjuangan suci Kapitang Pattimura yaitu untuk membebaskan rakyat
Maluku dari sitem kolonialisme dan inpralisme yang menindas.
Perjuangan Pattimura dengan penuh idealisme
kala itu, bagi generasi muda saat ini hanyalah sebuah foklor (cerita rakyat) yang
tidak dapat di uji kebenaranya.Banyak orang Maluku mengkleim bahwa Kapitan
Pattimura adalah berasal dari daerah ini, dan daerah itu. Bahkan anehnya lagi, mereka
juga mengkleim bahwa Kapitan Pattimura adalah keturunan moyang mereka.Entah atas
dasar apa, dan pendekatanya seperti apa, sehingga mereka bisa mengklein sesuka
nafsu mereka sendiri. Bahwasanya pattimura itu, adalah bagian dari moyang
mereka.
Menurutku, Pemindahan lokasi peringatan hari
pattimura di Saparua sudah tidak cukup membuktikan kebenaran sejarah perjuangan
patimura. Karena pemidahan lokasi tersebut, telah memutus mata rantai kebenaran
cerita sejarah pattimura maka, hal ini justru semakin menambah dan menampakan
distorsi sejarah perjuangan pattimura itu sendiri. Padahal mestinya, peringatan
hari patimura itu didasarkan atas kebenaran sejarah. Tampa harus ada distorsi
sejarah, sehingga memunculkan kesadaran sejarah bagi anak Maluku, agar generasi
muda Maluku saat ini bisa belajar seperti generasinya pattimura masalalu, yang
penuh semangat, idelisme, komitmen dalam membela kebenaran, dan menegakan
keadilan kepada seluruh rakyat Maluku.
Sebagai orang mempunyai kesadaran sejarah,
mestinya peringatan hari patimura itu harus dilaksanakan berdasarkan kebenaran dan
fakta sejarah. Pemidahan lokasi itu, bagian dari Penistaan terhadap kebenaran
perjalanan sejarah pattimura, Kembalikan kebenaran sejarah patimura demi
memunculkan kesadaran sejarah bagi generasi-generasi muda Maluku.
Komentar
Posting Komentar