Langsung ke konten utama

Hancurnya Etika Generasi Ipmam Ditengah Arus Globalisasi



Kehancuran etika, dan bobroknya mentalitas genersi, akibat tidak terkontrolnya arus globalisasi yang melanda setiap generasi tersebut dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Generasi bisa menjadi baik, utuh, dan punya komitmen dalam pembagunan sumberdaya manusia berkwalitas yang dicita-citakan bersama, ketika generasi itu, dapat menjunjung tinggi nilai-nilai etika.  Generasi yang beretika, akan lebih menghargai dan saling menghormati disetiap pergaulan dalam lingkungan masyarakat itu sendiri. Etika juga bisa dimanfaatkan untuk mendukung traspormasi arus globalisasi saat ini. Dimana setiap generasi dapat  memanfaatkan informasi, transportasi dan komunikasi dengan etika yang baik dan benar sesuai norma yang berlaku dimasyarakat.
Generasi Ipmam yang progresif, militant, dan bersolidaritas hari ini, adalah bentukan generasi masalalu.  Generasi yang menghargai keringat dan jasa perjuangan generasi terdahulu. Generasi yang tidak mudah melupakan perjuangan masalalu generasinya. Belajar dari masa lalu, akan menjadikan generasi Ipmam cerah dan  unggul dikemudian hari. Sebab masa lalu adalah pengalaman terbaik untuk masa depan. Generasi Dusun Amaholu masalalu yaitu generasi yang menjunjung tinggi etika,  solidaritas, gotong-royong, dan memiliki sopan santun terhadap sesama masyarakat. Sifat solidaritas generasi terdahulu seperti digambarkan masyarakt di Dusun Amaholu, misalkan ketika ingin mendirikan rumah. Maka, warga secara gotong royong membantu. Prinsipnya bekerja besama-sama untuk kesejateraan hidup bersama. Ketika ada tetangga meminta tolong,  tetangga yang orang lain membantu, jika dalam sebuah keluarga sudah tidak beretika, keluarga yang lain menasehati. Anak muda masih menghargai orang tua. Orang tua mendidik anaknya, dengan nilai-nilai etika didalam kehidupan keluarganya. Anak masih berbudi luhur dengan orang tuanya, orang tua berprilaku baik terhadap anaknya. Orang tua ketika menyuruh anaknya tampa ada bantahan sedikit pun dari anak, dan tidak ada anak yang mendapat perlakuan kasar dari orangtuanya. Begitulah kehidupan generasi Dusun Amaholu masa lalu. Generasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika.
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti yaitu tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Jadi, etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika tidak sama dengan etiket, “Etika” berarti “moral” dan “Etiket” berarti “sopan santun”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1989), menjelaskan Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlaq); kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlaq; nilai mengenai nilai benar dan salah, yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Etika berkaitan dengan nilai, norma, dan moral. Di dalam Dictionary of Sosciology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai dan pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi nilai itu hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri. Di dalam nilai itu sendiri terkandung cita-cita, harapan-harapan, dambaan-dambaan dan keharusan. Sehingga yang pastinya setiap masyarakat menginginkan agar generasinya harus beretika dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika itu.
Masyarakat Dusun Amaholu Khusus para orang tua juga sangat mendambakan jika generasi mereka beretika dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika dalam pergaulanya dilingkungan keluarga maupun masyarakat. Mengormati orang yang lebih tua, dan tidak berprilaku buruk dihadapan orang tua. Sehingga etika tetap ada dan dapat dipraaktekan dilingkungan keluarga maupun masyarakat, demi keutuhan mentalitas dan moralitas generasi. Dengan beretika, generasi Ipmam dapat berperilaku etiket atau sopan santun terhadap siapa pun dan apapun itu.
Namun dengan perkembangan traspormasi arus globalisasi yang menembus batas ruang dan waktu ini. Nilai etika itu, perlahan-lahan menghilang ditelan jaman. Munculnya prilaku globalisasi, menjadikan generasi Ipmam  jauh dari niai-nilai etika, angkuh, dan takabur terhadap orang lain. Merasa dirinya serba bisa, menyebabkan ia tidak menghargai orang lain dalam pergaulanya dilingkungan masyarakat khususnya masyarakat Dusun Amaholu. Anak sudah tidak menghargai orang tuanya, dalam bertingkah laku dan berkomunikas. Anak mudah kurang menghargai orang yang lebih dituakan, Parahnya lagi, orang tua menganggap prilaku anak seperti itu, biasa-biasa saja. Padahal prilaku buruk yang ditunjukan anak sudah luar bisa terjadi dihadapan orang tuanya.
 Ilmu pengetahuan yang dimiliki generasi Ipmam tidak akan berarti apa-apa, jika didalam pergaulan dilingkungan masyarakat, sudah tidak ada lagi nilai-nilai etika. Selaku generasi yang mendambakan pentingnya nilai-nilai etika, sudah sepantasnya Ipmam secara institusi mentransperkan nilai-nilai etika itu dalam pergaulan dengan masyarakat. Tetapi, tansper nilai etika tidak akan sedikit pun menyetuh masyarakat, ketika generasi cerdas Ipmam belum menunjukan mental dan moralitas yang baik kepada masyarakat.
Generasi Ipmam khusnya kaum intelektual sering mendapat cemooh dari para orang tua, akibat kurang adanya etika baik yang ditunjukan dilingkungan masyarakat. Siswa dan Mahasiswa yang mondar mandir keliling kampung tidak tau arah dan tujuannya, ketika melihat dan melewati orang tua yang sedang duduk, tidak ada tegur sapa. Lewat begitu saja. Siswa dan mahsiswa Sering mabuk-mabukan didalam kampung, ikut pesta kampung bersama pemuda-pemuda kampung, dikampung-kampung tetangga. Pokoknya, para orang tua sudah tidak bisa lagi mengurus kelakuan generasi Ipmam yang semakin menjadi-jadi. Prilaku yang paling rusak yang ditunjukan generasi Ipmam ketika berada dilingkungan masyarakat yaitu disaat hari lebaran itu tiba. Generasi Ipmam yang memakai lebel siswa dan mahasiswa ada yang paling senang jika harus mengonsumsi minuman keras (miras) disaat lebaran. Para orang tua kampung hanya bisa sapu dada dan mengatakan, kenapa! generasi Amaholu sudah semakin hancur seperti itu. Problem Ini yang harus dipikirkan bersama oleh kaum intelektul Ipmam lainya yang peduli akan perubahan kampung.
Budaya joget yang sering dipraktekan oleh sebagian genersi-generasi Ipmam di Dusun-Dusun tetangga ketika malam pesta tiba. Semakin menjadikan generasi Ipmam jauh dari nilai-nilai etika, dan seruan syariat islam agar menghindari perbuatan keji dan mungkar tersebut. Padahal perbuatan itu adalah perbuatan setan yang akan membawa generasi Ipmam kepada jurang kehancuran.
Dusun Amaholu sejak dulu sampai sekarang, paling melarang pesta joget diadakan didalam kampung. Namun sebagian generasinya paling senang jika harus mengikuti pesta joget dikampung-kampung tetangga. Ketika generasi  Dusun Amaholu yang ikut pesta joget dikampung lain, kemudian melakukan sedikit kesalahan, joget tidak sopan, minum mabuk dipesta orang lain, dan lain sebagainya. Maka, sudah barang tentu citra Dusun Amaholu akan semakin buruk dihadapan Dusun-Dusun lain. Hanya lantaran perbuatan individu-individu generasi Dusun Amaholu pecandu joget.  Dusun Amaholu selama ini dikenal oleh Dusun-Dusun lain diwilayah pesisir Huamual Barat, dengan sebutan Dusun yang taat beragama. Namun ungkapan itu hanya bisa dilihat dari sisi eksternal, tapi dari sisi internal belum begitu mendukung untuk katagori Dusun yang punya ketaatan beragama.
Budaya Joget adalah hal yang wajar bagi anak muda yang jauh dari syariah. Tetapi, paling tidak wajar jika harus datang dipesta orang lain, dengan tidak menunjukan etika dan sopan santun yang baik. Mabuk-mabukan dipesta, joget yang tidak beraturan, kurang adanya sopan santun yang ditunjukan terhadap pasangan joget. Inilah yang membuat citra Dusun Amaholu tercoreng.
Penulis mengambil contoh kasus pesta joget agar memperjelas persoalan dimana penulis menyaksikan langsung bertapa hancurnya etika, dan tidak adanya etiket baik generasi Ipmam ditengan keidahan arus globalisasi ini;
Pesta joget yang dipraktekan sebagian generasi Ipmam di Dusun lain, sebut saja Dusun Talaga Indah pada tahun 2012 lalu. Generasi Ipmam khusunya pelajar, dimana saat itu tengah melaksanakan kegiatan Volly Ball dan sepak bola, untuk mengembangkan bakat dan menumbuhkan minat olahraga dikalangan generasi muda Dusun Amaholu. Para pelajar berinisiatif mengundang pelajar Dusun Talaga Indah untuk bermain Volly Ball dan Sepak Bolla. Sebagai bentuk solidaritas (persahabatan) sesama pelajar. Undangannya boleh dibilang ekspansi wilayah Kecamatan. Pelajar Amaholu dari Kecamatan Huamual, dan Pelajar Talaga Indah, dari Kecamatan Waisala dalam lingkup wilayah  Kabupaten Seram Bagian Barat. Luar biasa hebatnya persahabatan para pelajar.
Sungguh Aneh tapi nyata. Baru pertama kali terjadi untuk ukuran generasi muda Dusun Amaholu.  Pelajar Dusun Amaholu yang mengundang Dusun Talaga Indah, justru tempat mainya di Dusun Talaga Indah. Pelajar Dusun Amaholu yang mengundang bukan yang di undang tapi, tempat mainya di Dusun yang diundang. Alsanyanya sederhana, hanya lantara Dusun Amaholu tidak punya Lapangan bola kali. Alasan yang tidak logis tapi, masih bisa diterima, namun bisa dipertimbangkan. Disisi lain  alasan tersebut dibarengi dengan dilarangnya Dusun Amaholu melaksanakan pesta joget didalam kampung. Jadi menurut pelajar, apapun undangannya, bagaimana pun bentuknya, mainya harus di Dusun Talaga Indah.
Setelah siangnya melangsungkan kegiatan permainan Volly Ball dan Sepak Bola, Pelajar Amaholu ditahan oleh Pelajar Talaga Indah untuk bermalam. Karena ditahan bermalam, para Pelajar Dusun Amaholu pun ikut bermalam, mumpun hanya satu malam. Kemudian para pelajar kedua belapihak bersepakat untuk melangsungkan pesta joget. Memang rencana joget itu, sudah ada sejak awal dalam angenda kegiatan. Demi menghilangkan rasa cape permainan olah raga itu. Happy happy biar capenya hilang. Joget pun belangsung cukup meriah, aman, nyaman, damai, rukun, tampa ada ganguan, sehingga pesta joget berlangsung sampai pagi.
Hari berikutnya, Pelajar Dusun Amaholu kembali diundang oleh pelajar Dusun Talaga Indah untuk bermain Volly Ball dan Sepak Bola. Undangan kali ini sebagai bentuk undangan balasan, karena tadinya pelajar Dusun Amaholu yang mengundang, kini giliran pelajar Dusun Talaga Indah yang mengundang.  Pelajar Dusun Amaholu yang diundang, dan Pelajar Dusun Talaga Indah yang mengundang. Permainan olah raga tersebut dilangsungkan di Dusun Talaga Indah. Sekitar ratusan orang yang ikut berangkat dari Dusun Amaholu menuju Dusun Talaga Indah. Para pemain dan penontong terdiri dari Pelajar laki-laki dan perempuan, gabung pemuda-pemudi, juga puluhan orang tua ikut serta dalam rombongan tersebut. Ada beberapa orang tua khusunya ibu-ibu yang berangkat bersama rombongan itu, namun bertujuan  ingin mencari batang ubih di Dusun Talaga Indah. Beberapa ibu-ibu itu, Bukan bermaksud ingin menoton permainan tapi, karena kebetulan bertepanatan dengan kegiatan pelajar akhirnya bebrapa orang ibu-ibu itu, juga ikut berangkat berasama para rombongan menuju tempat kegiatan.
Keberangkatan rombongan Pelajar dari Dusun Amaholu menuju Dusun Talaga Indah dengan mengunakan dua buah kapal Motor (TS) alias Bodi Minyak. Kedua kapal motor tersebut, terlihat sarat dengan penumpang. Sampai-sampai awak kapal motor melarang penumpagnya untuk duduk diatas Dek Kap. Menghindari jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bersama. Suasana motor berjalan diair laut, seakan berjalan dilautan minyak. Laut yang tenang dan tak bergelombang membuat perjalanan semakin asik, indah dipandang mata. Dibarengi lantunan merdu suara music, menambah semangat generasi mudah IPMAM ingin tetap melakukan kegiatan yang sama dikemudian hari dibidang olah raga. Sesampainya di Dusun Talaga Indah, ratusan orang berjejer di Talut Pantai menyaksikan datangnya rombongan pelajar Dusun Amaholu itu. Para Perajar di Dusun talaga indah  langsung menyabut kehadiran rombongan itu dengan ucapan selamat datang. Rombongan Pelajar Dusun Amaholu kemudian diarahkan disabuah yang telah disediakan. Tidak ada arahan dan sepata kata yang keluar dari perwakilan pelajar dari kedua bela pihak. Tampa berlamam-lama didalam sabuah, Pelajar talagah Indah langsung mengambil tamunya masing-masing, agar bisa beristrahat dirumah untuk sebentar persiapan bermainan. Karena pelajar Talaga Indah kuantitasnya sedikit, dibanding dengan pelajar dan pemuda Dusun Amaholu yang datang. Para orang tua dan pemuda yang merasa iba terut mengambil tamu sehingga tidak ada rombongan dari dusun Amaholu yang diterlantarkan.
Namun sebagian besar Masyarakat talagga Indah tidak tau menau dengan kegiatan pelajar tersebut. Sehinngga masyarakat juga tidak ambil pusing dengan kedatang Rombongan pelajar itu. Masyarakat terlihat seakan Acuh, para pemuda juga sebagian besar tak menghiraukan kegiatan tersebut.
Kesalahan ini terjadi karena sebelumnya para pelajar Dusun talagga indah tidak mengomunikasikan langsung dengan tokoh-tokoh masyarakat, terutama Kepala Dusun dan kepala pemuda sebagai pemegang kekuasaan tertinggi diwilayah Dusun tersebut. Jika hal itu dikomunikasikan, komunikasi hanya sampai sebatas pemberitahuan kepada masyarakat tentang kegiatan pelajar bukan kegiatan pemuda dan masyarakat. sehingga kepala pemuda dan pemuda lainnya di Dusun Talagga indah tidak mau bertanggung jawab dengan tamu yang ada. Bahkan kepala pemuda pun tidak pernah tau jika pelajar mendirikan sabuah didusun talaga indah. “Saya tidak tau jika pelajar mendirikan sabuh untuk pesta joget, memang sebelumnya pelajar  mengundang saya rapat bersama tapi, setelah itu pelajar sudah tidak memberitahu saya. dan saya tau persis itu kegiatan pelajar dan tidak melibatkan pemuda dan masyarakat. Jadi kalau kegiatan olah raga itu diselipkan dengan pesta joget saya tidak mau bertanggung jawab. Ungkap kepala pemuda Dusun Talaga Indah kepada saya (kharen) dan teman (kardin).
 Sempat terjadi miskomunikasi antara masyarakat, pemuda dan pelajar talaga indah tetang kegiatan yang diselengarakan para pelajar tersebut. Namun bisa diselesaikan dengan kekeluargaan sebab tamu sudah telanjur ada.
Mendengar kegiatan pelajar yang menakjubkan dan spektakuler itu, beberapa orang tua menyusul pelajar dari belakang dengan mengunakan kendaraan pentura. Kedatangan beberapa orang tua itu, ingin menyakisikan langsung permainan para Pelajar dan Pemuda Dusun Amaholu yang sedang bermain di Dusun Talaga Indah. Kedatangan beberapa orang tua tersebut sekaligus mengunjunggi kenalan dan sanak saudara mereka yang ada di Dusun Talaga Indah. Namun kedatangan beberapa orang tua itu, bukannya memberikan sport kepada para pelajar yang sedang melangsungkan permainan tapi, justru datang untuk menunjukan kebolehanya minum mabuk, lalu membuat keonaran sesama mereka di Dusun Talaga Indah. Hingga ada bahasa yang keluar dari warga Dusun Talaga Indah bahwa, “ternayata masyarakat Dusun Amaholu yang selama ini dikenal dengan Dusun taat Agama tapi, orangnya paling hancur”. Seorang ibu dari Dusun Amaholu yang mendengar bahasa tersebut tak ambil baik, menyahutnya dengan ungkapan, “kalaw bilang orang Amaholu itu lihat orangnya, jangan asal bilang, satu orang punya perbuatan jangan nama Dusun Amaholu yang dibawah-bawah”. Warga Talaga Indah yang mengucap itu langsung berdiam diri, dan hanya bisa menyaksikan beberapa orang tua dari Dusun Amaholu yang tengah mabuk parah.
Permainan berlangsung cukup seruh, para penontong saling usil, saling memberikan sport diantara kedua pendukung pun tampak terlihat. Setelah pemainan itu dilaksanakan, pelajar Dusun Amaholu kembali ditahan oleh pelajar Dusun Talaga Indah, agar bermalam untuk bersama melangsungkan pesta kadayo. Kalau pesta sebelumnya hanya mengunakan tep kampung kumpul-kumpul, pesta kali ini luar biasa,  mengunakan alat dari luar kampung yang biasa dipakai pada acara-acara besar. Pesta sebelumnya belum diketahu dusun-dusun tetangga, kali ini baik yang dekat maupun yang jauh juga turut datang mengambil bagian dan menikmati indahnya pesta joget itu.
Daya tariknya pesta joget tersebut paling luar biasa, paling meriah, sebab bukan hanya pelajar Dusun Amaholu dan pelajar Dusun Talaga Indah yang melangsungkan kadayo. Namun Dusun-Dusun yang lain pun turut hadir. Namanya juga pesta joget tamu yang tak diudang juga punya hak yang sama untuk menikmati joget. Pelajar Dusun Amaholu SMP laki-laki dan perempuan yang seharusnya belum pantas joget, karena bisa dibilang dibawa umur, juga turut coba-coba mengambil bagian, menikmati meriahnya pesta joget dimalam itu. Orang yang tak biasa joget dan belum pernah joget sama sekali, hanya bisa menjadi penontong dari luar sabuah. Namanya juga pesta joget, bermacam-macam proferman bisa dilihat didalam maupun diluar sabuah. Ada yang minum mabuk baru bisa joget, ada yang sudah tidak bisa joget karna mabuk parah. Bahkan ada yang mengonsumsi minuman keras diluar sabuah, sambil menikmati kerasnnya lantunan lagu disko. Lelaki joget sesama lelaki, perempuan joget sesama perempuan, dan ada perempuan dan lagi-laki joget berpasangan sambil keluar atau istilah kampung joget cabu-cabu. Macam-macam model jika kita yang melihat meriahnya malam pesta dimalam itu.
Para Lelaki dari Dusun Amaholu diberikan tanggungjawab oleh ketua pelajar untuk mengontrol perempuan-perempuan jangan sampai berkeliuran diluar pesta, yang menyebabkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Perempuan dari Dusun Amaholu yang sudah joget didalam sabuah dilarang keluar, jika ada yang keluar harus diantar oleh lelaki yang juga berasal dari Dusun Amaholu. Betapa perhatian para lelaki terhadap perempuan ketika berada dalam suasana pesta. Betapa baikanya, para pemuda dan pelajar lelaki Dusun Amaholu terhadap saudara perempuan mereka. Tetapi, parahnya kebaikan itu berada dalam wilayah kejahatan, jadi waspadalah.!
Meriahnya pesta joget hanya berlangsung dipertengahan malam. Bentrok pun terjadi diantara sesama pemuda yang sudah dirasuki minuman alcohol. Tak tau dari mana mereka berasal. Namanya juga pesta joget, bentrok alis kaco, sudah menjadi bagian dari bumbu kemeriah pesta joget. Pemuda yang senang dengan kekacauan itu tampil seperti pahalawan, siap dibunuh dan membunuh. Bahkan ada isu yang berkembang, ternyata yang bikin keonaran ditengah meriahnya pesta joget itu adalah salah satu pemuda Amaholu dan salah satu pemuda talaga Indah, hanya karena kesalapahaman. Siapa pun dia yang buat keonaran, maka citra kampung lagi yang dibawah-bawah. Kondisi keamanan pesta sudah tidak bisa terjamin. Pesta yang tadinya meriah, kini kembali hening. Pesta pun ditutup. Ketika keamanan sudah tidak lagi terjamin. Maka, datanglah pihak keamanan dalam hal ini aparat kepolisian untuk mengamankan dan menanyakan legalitas formal pesta joget yang dilaksanakan. Ketika pihak kepolisian menanyakan siapa yang bertanggung jawab dengan pesta tersebut. Tidak ada satu pihak pun yang mau bertanggung jawab, baik dari pelajar dan pemuda Dusun Talaga indah maupun Pelajar Dusun Amaholu. Memang generasi muda kedua belapihak, paling berani berbuat tapi tak berani bertanggung jawab.
Pagi sekitar pukul 08.30 Wit, rombongan pelajar Dusun Amaholu, bergegas pulang di Dusun Amaholu. Setibahnya dikampung, para orang tua-tua dikampung mulai bercerita tentang prilaku Anak-anak pelajar yang ikut dalam pesta joget itu. Orang tua hanya bisa melengeng kepala, kenapa generasi Amaholu bisa seperti itu, bahkan sampai-sampai tokoh masyarakat berkomentar, kalau memang pelajar berkeinginan setiap kali melaksanakan kegiatan olahraga harus dibarengi dengan pasta joget. Maka, biarlah Dusun Amaholu melaksanakan pesta joget didalam kampung. Biar para generasi muda bisa menikmati joget didalam kampung sepuasnya. Ungkapan tersebut jika kita renungkan dengan baik, maka itu bagian dari akumulasi kekecewaan orang tua terhadap generasi muda Dusun Amaholu yang semakin jauh dari nilai-nilai etika, yang menyebabkan hancurnya moralitas generasi dan buruknya citra Dusun Amaholu dimata Dusun-Dusun lain.”(Catatan Harian Kasman Renyaan alias kharen edisi Desember 2012).
Dari sekilas contoh kasus tersebut diatas, penulis berkesimpulan bahwa, Pertama : Sebagaian besar generasi muda Dusun Amaholu khusunya yang berada dikampung, dan ketika ada dikampung paling senang jika harus mengikuti traspormasi globalisasi yang menyebabkan generasi jauh dari nilai-nilai etika dan hancurnya moralitas generasi di Dusun Amaholu salah satunya ikut dan merasakan nikmatnya pesta joget dikampung lain. Keterterikan pemuda dan pelajar Dusun Amaholu untuk menghadiri udangan talaga indah bukan karena kewajibanya sesama muslim terhada muslim yang lain. Tapi, karena pesta jogetnya yang penuh daya tarik. Pelajar Dusun Amaholu paling senang melaksanakan kegiatan olahraga dan mengundang, jika pelajar dan pemuda dusun lain itu bisa melangsungkan pesta joget. Pelajar SMP yang masih dibawa umur turut menikmati meriahnya peseta joget, inilah yang menyebabkan hancurnya generasi Ipmam, generasi yang semakin jauh dari ahlakul qarimmah.
Kedua: Beberapa orang tua yang menyusul datang didusun talagga indah itu, bukanya memberikan sport dan dukungan yang baik kepada para pelajar agar melaksanakan kegiatan olah raga sebaik mungkin, tapi justru turut serta menebarkan kejahatan untuk generasi muda masa depan Dusun Amaholu, sehingga dapat mencoreng Citra Dusun Amaholu yang dikenal dengan Dusun yang taat beragama.
Ketiga: Kegiatan yang dilaksanakan pelajar selaku generasi ipmam tidak mau mengkomunikasikan hal tersebut kepada mahasiswa atau orang kampung yang dituakan, untuk meberikan pertimabangan antara manfaat dan mudaratnya ketika kegiatan olaraga dilangsungkan dengan pesta joget. Ini menunjukan etika komunikasi yang tidak baik, sebab pelajar telah merasa dirinya mampu hinga tidak mau membicarakan kegiatan tersebut dengan orang yang dituakan dikampung.
Keempat; Para orang tua saking kesalnya dengan prilaku generasi muda yang semakin buruk moralitasnya, dan sudah tidak menjunjung tinggi norma kesopanan yang berlaku di Dusun Amaholu, akhirnya memberikan kebebasan kepada genresai muda, untuk mengadakan pesta joget didalam kampung, yang sangat melarang keras pesta joget diadakan. Ini adalah bentuk akumulasi kekecewaan orang tua yang melihat generasinya hancur berantakan dan jauh dari nilai-nilai aqhlakul karimah aqhlah yang baik, dan bobroknya moralitas generasi.
Budaya joget adalah bagian dari transpormasi arus globalisasi yang tak dapat dibendung. Masuknya budaya Barat salah satunya joget. Sebenarnya ingin merusak tatanan budaya timur yaitu orang-orang islam untuk mengikuti budaya Barat. Sehingga menggantikan tatanan nilai etika, adat istiadat, didalam kehidupan bermasyarakat yang dipraktekan oleh orang islam itu sendiri.  Strategi Barat ingin menghancurkan umat islam adalah dengan cara mengiur orang-orang islam itu, dengan keindahan-keindahan dunia. Salah satunya adalah di adakan budaya joget. Dari sisi historis (sejarah) budaya joget diperkenalkan oleh orang-orang eropa (belanda, portugis dan spanyol) untuk mengiur orang- orang timur (sekarang indonesia) yang dulu paling dikenal kental dengan kerajaan-kerajaan islamnya. Salah satu misi utama orang orang eropa adalah gospel (penyebaran Agama kristen).
Stategi politik etis disusupkan didalam internal kerajaan, agar para raja bisa dihibur dengan pesta joget, dansa dan sejenisnya. didatangkan perempuan-perepuan eropa yang cantik-cantik, mulus tubuhnya, indah dipandang mata. Sehingga para raja mulai tergiur dengan keindahan-keindahan itu, dan lupa akan pengamalan syariat islam diwilayah kerajaan. Ketika raja sudah tergiur dengan keindahan budaya barat. Kerajaan islam sebagian mulai bersekutu dengan orang-orang Eropa. Sehingga Para raja-raja islam sering melakukan ekspansi (perluasan) kerajaan di wilayah kerajaan islam itu sendiri. Terjadinya perebutan tahta Kerajaan, benturan antara sesama kerajaan islam. dan kerajaan islam sudah tidak lagi satu komitmen perjuangan. Maka, mulailah orang eropa melaksanakan misi glory (penjajahan) dengan tidak meninggalkan misi gospel (penjebaran agama).
Ketika Indonesia telah merdeka, para penjajah kemudian mengangkat kaki dari Indonesia, tapi tidak serta merta membawah pulang budayahnya. Namun budaya barat salah satunya joget itu, telah ditinggalakan oleh para penjajah kepada kaum pribumi, agar kaum pribumi yang beragama islam secara perlahan-lahan tapi pasti dijauhkan dari syariaat islam. Budaya barat salah satunya joget tersebut, masih mendara daging dan dipraktekan orang-orang islam sampai saat ini. Padahal budaya joget tersebut adalah warisan budaya barat yang ingin menghancurkan dan menjauhkan orang-orang islam dari syariat. Joget yang dipraktekan oleh orang-orang islam membuat mereka tidak beretika, kadang kita melihat ada perempuan islam yang berjilbab, turut menikmati pesta joget dengan jilbabnya, inilah bagian dari kurang adanya etika dan sopan santun yang dipraktekan oleh orang-orang islam dari sisi syariah.
Olehnya itu, etika sangatlah penting jika dimiliki dan ditanamkan pada setiap generasi Ipmam. Dengan beretika, generasi impam akan semakin disegani oleh generasi paguyuban lain diwilayah pesisir Huamual Barat. Bahkan boleh jadi paguyubah lain akan mengambil contoh etika keorganisasian dari paguyuban Dusun Amaholu (Ipmam). Sehingga peguyuban IPMAM dapat mejadi tauladan bagi paguyuban lain dalam hal beretika.
Dierah globalisasi saaat ini, dimana terjadi kepesatan perkembangan informasi dan transportasi telah berhasil menerobos batas-batas wilayah. Artinya batas-batas wilayah Negara yang semula merupakan pedoman penting didalam perkembangan masyarakat, kini menjadi kurang atau bahkan kurang relepan lagi. Dan kecendrungan ini menimbulkan perubahan-perubanan didalam sikap serta prilaku suatu masyarakat atau bangsa terhadap perkembangan diluar dirinya. Dalam banyak hal persoalan penerobosan-penerobosan yang terjadi itu, Akibat kurang adanya etika generasi yang menyebabkan hancurnya mentalitas dan moralitas anak bangsa. Dalam kelompok organisasi, dimana ketika orang  dalam organisasi itu, sudah tidak beretika, maka organisasi itu tidak akan berjalan efektif sesuai dengan rencana organisasi.
Paling tidak, etika dalam keorganisasisian harus ditanamkan disetiap generasi Ipmam. Dari relitas yang ada, nilai-nilai etika itu sudah mulai menghilang dalam diri setiap pergaulan generasi Ipmam. Baik itu diinternal organisasi, maupun dilingkungan masyarakat. Siswa dan mahasiswa sudah semakin jauh dari nilai etika. Padahal etika bagian dari bentuk pengamalan dari  tujuan organisasi yaitu berbudi luhur. Dalam pergaulan dilingkungan organisasi misalkan, generasi ipmam ada yang berprilaku takabur, angkuh dan tak mau menghargai orang lain. Yunior sudah merasa hebat, hingga tak lagi menghargai senior. Siswa sudah tidak menghargai mahasiswa, dan mahasiswa pun sudah tidak menghargai masyarakat. Harus diingat pula bahwa pegaruh negativ globalisasi  menyebabkan Bobroknya moralitas, mentalitas, dan hilangnya etika yang berakibat hancurnya generasi.
Sedikit kujelaskan bahwa, globalisasi dalam pandangan umum adalah terintegrasinya seluruh Negara, bangsa dan umat manusia di muka bumi menjadi suatu kesaatuan kehidupan bersama, menyatu dan dibarengi relative lengkapnya batas-batas ruang dan waktu. Menurutku, globalisasi mempermudah ruang gerak sesorang  dalam hal berkomunikasi, mendapatkan informasi dan meperoleh transportasi. Kapan dan dimana saja seseorang bisa berkomunikasi, memperoleh informasi, dan mendapat trasportasi. Perkembagan globalisasi menjadikan masyarakat mudah tersentuh dengan kebutuhan traspormasi, informasi dan komunikasi.
Karena dengan globalisasi pula, masyarakat bisa belajar melalui media baik cetak maupun elektronik tentang-nilai-nilai etika. Orang tua bisa dengan mudah mendapatkan pengetahuan pendidikan anak tentang moral dan etika melalui tayangan televisi. Para orang tua dengan mudah mendapatkan informasi ketika anaknya sedang studi didaerah lain. Globalisasi memang tidak bisa dihindari. Namun penanaman nilai-nilai etika seharusnya terbentuk disetiap generaasi, sehingga tidak mudah tergiur dengan perkebangan arus globalisasi.
Mengutip perkataan jamal Ma’mur Asmani (2011:5-8) bahwa Globalisasi yang ada dihadapan kita sebagai sebuah fakta tidak bisa dihindari. Revolusi teknologi traspormasi, informasi, dan komunikasi menjadikan kita bisa mengetahui sesuatu yang terjadi dibelahan dunia lain dalam hitungan detik melalui televise internet dan lain-lain. globalisasi tidak hanya membawa dampak positif, tetapi juga negative. Kompotisi, integrasi dan kerja sama adalah dampak positif organisasi. Lahirnya generasi instan (generasi now, sekarang, langsung, bisa menikmati keinginan tampa proses perjuangan dan kerja keras), dedikasi moral dan konsumerisme, bahkan, fermisifisme adalah sebagai dampak negative globalisasi. Moralitas menjadi longgar, sesuatu yang dianggap tabu, sekarang menjadi biasa-biasa saja. cara berpakian, berinteraksi dengan lawan jenis, menikmati hiburan ditempat-tempat special menjadi tren didunia modern yang sulit ditanggulangi. Globalisasi menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan manusia, negative maupun positif. Banyak manusia terlena dengan menuruti selluruh keinginanya, apalagi memiliki rezeki melimpah dan lingkungan kondusif. Globalisasi mebuat seseorang hanyut dengan prilaku kemewahan dunia dan kadang meninggalakan persiapan kehidupan akhirat kelak.
Berdasarkan ungkapan tersebut bahwa, globalisasi juga bisa menjadikan manusia buta dengan kemewaahan, mengagumkan kelemahan yang dimiliki. Perinsip individual yang mengandalakan kepemilikan pribadi sangatlah kental. Bahkan individu sudah tidak menghaargai individu lainya. Egoimsme dalam diri sendiri juga dapat membludak dan tak bisa dibendung. Disinilah peranan etika yang dapat menjadi pendorog lairnya sifat solidaritas dan mengahargai sesama manusia. Memang etika memegang peranan penting dierah globalisasi ini.
Dampak prilaku globalisasi yang paling terasa di Dusun Amaholu saat ini yang menyebabkan hancurnya etika dan hilangnya moral generasi ipmam, juga salah satunya adalah penyalaguanan TV dengan tayangan sinetron yang disalah artikan. Penulis mengajak kita memandang sepanjang jalan, lorong, dan gang-gang, berjejer antenna cainal TV (prabol) alias parabola dalam istilah kampung disetiap rumah warga di Dusun Amaholu. Konsumsi TV masyarakat Dusun Amaholu, seakan menjadi kebutuhan primer. Hampir sebagian besar di rumah warga sudah mempunya prabol dan TV. Rasanya sebuah rumah tak lengkap, jika didalamnya tidak ada prabol dan TV.
Para orang tua Membeli TV agar anak-anak mereka tidak lagi keluar malam dan berkeliuran dijalanan, hanya karena ingin menonton TV dirumah tetangga. Dorongan orang tua untuk membeli TV. Juga, kadang lantaran anak perempuan mereka yang masih gadis, sering keluar malam dan pulangnya larut malam. Kekawatiran orang tua dengan tingkahlaku anak-anak mereka, adalah salah satu factor pendukung pengadaan TV didalam rumah. Mungkin dengan adanya TV didalam rumah, dipastikan Perempuan gadis mereka tidak lagi keluar malam dan pulangya larut malam, berkeliuran dijalan, hanya karena lantaran ingin nonton sinetron.
Tapi namanya juga manusia. Sudah ada kebutuhan TV, belum juga merasa puas dengan itu. Karena memang itulah hakekat manusia. Tidak akan merasa puas dengan kebutuhan yang dimiliki. TV yang dipajamkan didalam rumah tidak dapat membatasi langkah anak-anak dan perempuan gadis keluar malam dan pulangya larut malam.
Sebenarnya bukan persoalan anak keluar malam atau tidak, tapi kalaw, keluar malam dengan alasan jelas seperti ingin belajar kelompok, diskusi dirumah teman atau sejenisnya, itu yang harus di dukung dan didorong. Tapi tidak dibenarkan jika anak-anak keluar malam dan pulangya larut malam hanya lantaran ingin meneton sinetron.
Problem terbesar dalam keluaraga yang harus dibenahi adalah  persoalan orang tua menonton sinetron bersama-anak-anak mereka yang masih usia dini. Sehingga prilaku anak sering meniru prilaku yang ditontongnya lewat sinetron. Apalagi jika ada sinetron yang menayangkan prilaku anak durhaka kepada orang tuanya. Anak pun bisa saja mengikuti apa yang dilihatnya. Tidak heran jika anak tidak menghargai orang tuanya, tidak mau menuruti perintah orang tuanya, membetak orang tuanya, dan kadang keras kepala jika disuruh oleh orang tuanya. Pendidikan etika didalam keluarga kurang ditrasperkan dengan baik oleh orang tua, sehingga anak pun jauh dari nilai-nilai etika. Prilaku-prilaku seperti itu, bisa saja terbentuk dalam watak anak jika sering menontong sinetron.
Saking asiknya menonton TV dengan tayangan sinetron yang mingiur pemirsa. Menyebabkan orang tua lupa akan kebutuhan  belajar anak-anak mereka. Para orang tua tidak lagi menghiraukan anak untuk belajar. Anak pun lebih asik jika harus nonton sinetrion yang sedang tayang besama orang tuanya.  Para orang tua merasa nyaman jika harus dikelilingi anak-anak mereka ketika menonton sinetron. Inilah kekeliruan orang tua dalam membentuk watak dan etika serta keribadiaan anak.
Para orang tua seharusnya pandai memilah-milahkan, mana yang harus ditonton oleh anak dan mana yang tidak harus ditonton anak. Anehnya Didalam keluarga kadang lebih memilih nonton sinetron dari pada harus menontong berita perkembangan informasi terkini,  didalam maupaun luar negeri. Menonton sinetron bagi anak usia dini dan anak usia remaja hanya akan membawa anak pada kehancuran moral dan etika generasi. Anak usia dini dan usia remaja paling gampang meniru, mempraktekan apa yang ia lihat. Apalagi yang dilihatnya adalah hal-hal negative, seperti porno grafih dan porno aksi. Maka, hal itu hanya akan membawa generasi kepada juran kehancuran. Jauhkanlah anak usia dini dan usia remaja dari praktek nonton sinetron, manfaatkanlah siaran televisi kepada hal-hal yang menunjang itelektual anak, perbiasakan anak untuk menonton berita sehingga ilmu dan pengetahuan anak juga  bisa didapat melalu medi masa. Bila perlu jika ada siaran yang menyangkan daawa islam, ajaklah anak untuk meneton itu, sehingga watak dan keperbadian anak bisa terbentuk melalui siaran yang diliat dan didengar. Hal tersebut akan lebih bermanfaat dari pada harus menonton sinetron. Sebab itu, bagian dari pemanfaatan globalisasi dari sisi informasi dengan etika yang baik dan benar.
Islam telah mengajarkan bahwa manusia  harus berperilaku sopan terhadap manusia lain, yang dimulai dari lingkungan keluaraga. kita harus menghargai yang lebih tua dari kita, etika di dalam Islam sama dengan akhlaq, dan generasi Ipmam sebagai mahluk Allah SWT, yang telah diberikan karunia berupa akal harus dimanfaaykan dengan baik dan benar. Akhlaq yang baik ditujukan bukan hanya kepada manusia saja melainkan kepada semua mahluk, baik mahluk hidup ataupun benda mati. Sehingga sifat dengi terhadap orang lain tidak tumbuh dilingkungan generasi Ipmam. Sebagaiman Rasullulah Saw menyerukan kita agar “Janganlah kamu saling dengki, saling membenci, saling mengintip rahasia, saling bersaing, saling mencari keburukan, saling menawar lebih tinggi untuk menipu pembeli sehingga menawar tinggi, saling memutuskan hubungan, saling bermusuhan, janganlah sebagian kalian menjual atas jualan yang lain. Jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang diperintahkan Allah. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh menganiaya, tidak boleh menelantarkannya dan tidak boleh menghinanya, (H. R Muslim dan Bukhari).
Dari hadisht tersebut mengingatkan kita bahwa dengan beretika yang baik dan benar, maka manusia tidak akan ada saling benci, saling dengki, saling tidak menghargai. Bagaiman manusia bisa saling menjaga habllumminnas yang baik dengan tidak boleh memutuskan silaturahim. Pada prisipnya Ipmam, sebagai generasi yang berhaluan Alhusunna waljamaah harus betul-betul menanamkan nilai-nilai etika didalam maupun diluar organisasi, sehingga generasi bisa dipandang baik oleh generasi yang lain. Karena etika bisa terbentuk didalam diri masing-masing generasi ipmam, jika para kaum intelektual sudah bisa saling menghargai dan saling menghormati diantara sesama generasi Ipmam dan masyarakat Dusun Amaholu. Siswa menghargai mahasiswa, dan mahasiswa berprilaku sopan dan santun terhadap para orang tua dikampung. Mahasiswa Ipmam  yunior bisa menghormati senior dan yang senior bisa menghargai yunior. Dengan begitu etika keorganisasian bisa terwujud dengan baik didalam internal organisasi dan lingkungan masyarakat Dusun Amaholu.
Menananmkan nilai-nilai etika di dalam tubuh keorganisasian bukan berarti mewujudkan borjuasi ditubuh generasi ipmam. Dimana Mahsiswa harus  bertindak sewenang-wenang memaksakan kehendaknya untuk tetap dihargai dan disegani dikalangan internal organisasi serta masyarakat. Mahasiswa ketika merasa sudah dihormati oleh siswa. Maka, harus berprilau seperti borjuasi. Maunya ingin dihargai dan tak mau menghargai. Maunya memerintah dan tak mau diperintah. Prilaku-prilaku seperti ini bagian dari sifat borjuasi. Seperti yang dilakukan oleh kaum borjuasi masa lalu, rakyat harus mengikuti keinginanya. Jadi mahasiswa tidak harus berprilaku seperti borjuasi kecil, karena sebelum kita dihargai, mari kita menghargai diri kita sendiri. Mari kita menghormati diri sendiri. Dengan begitu kita juga akan menghargai orang lain, dan orang lain pun akan menghormati dan menghargai kita. Itulah pentingnya beretika ditengah bergejolaknya arus globalisasi saat ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH KETERTIBAN

KATA PENGANTAR Dengan Menyebut nama Allah SWT, yang selalu melimpahkan kasih sayang kepada makhluknya, segala puja dan puji hanya dipersembahkan kepadanya, shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, sebagai penunjuk jalan bagi umat menuju keridhaan Allah SWT. Makalah ini disusun dengan maksud untuk menambah bahan pengetahuan tentang Ketertiban. Ketertiban yang dimaksud dalam makalah ini adalah ketertiban sebagai landasan kehidupan dilingkungan baik lingkungan pendidikan, perkantoran, maupun dilingkungan masyarakat umum dan kedisiplinan seseorang terhadap aturan yang berlaku. Namun demikian   usaha seperti ini dirasakan masih sangat kurang bila dibandingkan dengan luasnya permasalahan-permasalahan Ketertiban diberbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Penulis menyadari bahwa penulisan Makalah ini jauh dari harapan akan kesempurnaan. Namun berkat usaha penulis dan bantuan yang selalu datang dari berbagai pihak, hingga penulisan makalah ini dapat diseles...

Universitas Banda Naira Gelar Yudisium Sarjana Perdana

  Wakil rektor bidang akademik (tengah depan) beserta dekan dan sejumlah ketua program studi dalam acara Yudisium Sarjana Rabu (11/1/2023), Pagi. AG-HISTORIS.com , Banda ; Setelah resmi naik status dari sekolah tinggi (STP dan STKIP) Hatta-Sjahrir menjadi Universitas Banda Naira (UBN) pada 2022 lalu, kampus yang dikelolah Yayasan dan Warisan Budaya Banda itu, mengelar yudisum masal perdana kepada 47 orang mahasiswa yang telah menempuh ujian sarjana hingga pekan lalu. Kegiatan serimonial akademik untuk pengesahan pengunaan gelar sarjana ini, diikuti oleh sebanyak 27 lulusan Fakultas Perikanan dan 20 mahasiswa lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di gedung Harmony Society, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Rabu (11/1/2023). Dalam sambutannya, Wakil Rektor (Warek 1) Bidang Akademik UBN Budiono Senen, S.Pi., M.Si, mengatakan pemberian gelar sarjana ini merupakan suatu kebangaaan sekaligus beban. "Masyarakat di luar sana menunggu pengabaian Anda sebagai ...

AKULTURASI KEBUDAYAAN ISLAM DI NUSANTARA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI POLITIK SOSIAL DAN BUDAYA

KATA PENGANTAR Mendahului kata pengantar ini, penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa Pengasih Lagi Maha Penyayang atas limpahan rahmat-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun dengan maksud untuk menambah bahan pengetahuan tentang “ Akulturasi Kebudayaan Islam Dalam Persingunganya Dengan Kebudayaan Lokal Dalam Perspektif Ekonomi Politik Sosial Dan Budaya.” Kemampuan Islam untuk beradaptasi dengan budaya setempat, memudahkan Islam masuk ke lapisan paling bawah dari masyarakat. Akibatnya, kebudayaan Islam sangat dipengaruhi oleh kebudayaan petani dan kebudayaan pedalaman, sehingga kebudayaan Islam mengalami transformasi bukan saja karena jarak geografis antara Arab dan Indonesia, tetapi juga karena ada jarakjarak kultural. Proses kompromi kebudayaan seperti ini, tentu membawa resiko yang tidak sedikit, karena dalam keadaan tertentu seringkali mentoleransi penafsiran yang mugkin agak menyimpang dari aja...